Becky merasa sangat egois. Ia juga tidak ingin pernikahannya berantakan hanya karena masalah yang "semestinya " kecil. Mungkin karena ia hanya memendam semua omelan itu, menuruti nasehat orang tua untuk tidak sering menceramahi suami, akhirnya justru membuat kekesalan menumpuk di dada.
***
Becky pulang ke rumah setelah seharian bertapa. Didapati rumahnya gelap, sepi. Kemana anaknya ya ? Ia melihat jam di pergelangan tangannya. Masih pukul lima sore. Hari ini mestinya Sasha tidak ada acara luar, dan Rico belum waktunya pulang.
Rasa kuatir mulai menyelimuti hatinya. Ia merasa bersalah karena meninggalkan Sasha hanya dengan pembantu yang telah ikut bekerja dengannya sejak ia menikah.
Ia membuka lampu ruang tamu. Rapi. Tidak ada bekas Sasha sedang bermain di sana.
Dengan tergesa ia menuju kamar Sasha. Masih rapi. Tidak ada tanda Sasha tidur siang.
Setengah berlari ia menuju bagian belakang rumahnya. Kamar Asih masih juga rapi. Sepertinya belum pulang dari sekolahnya. Meja makan juga rapi, tidak ada tanda sisa makanan.
Becky mulai panik. Ia mengeluarkan HPnya, dan segera menelpon Asih. Tidak diangkat. Aduh, kemana ya orang - orang ini. Becky rasanya ingin berteriak.
Bayangan penculikan, child abuse, berita buruk dari broadcasting message ataupun televisi membuatnya ingin menangis.
- bersambung -
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI