Becky tidak bisa berhenti menangis. Kesal sekali rasanya. Betapa ia sudah mengalah ribuan kali setiap Rico lupa dengan janjinya. Ada apa sih di otak suaminya itu, Â sampai untuk mengingat bahwa istrinya menunggu saja, tidak sanggup ???
Becky mengambil keputusan malam itu. Ia tidak boleh membiarkan dirinya menjadi pribadi yang berbeda. Kembali menjadi Becky yang tegas, cepat dalam bertindak dan tepat dalam waktu. Apakah Rico dapat mengikuti iramanya atau tidak, biar saja, Becky harus bisa cuek.
Selama ini pekerjaan Rico lambat maju juga karena kesulitan menepati waktu. Janji ketemu klien atau suplier tidak pernah tepat waktu sehingga di sela jam kantornya Becky harus membantu Rico membuat surat.
Karakter dominan yang dimiliki seorang wanita tentu saja mempersulit Becky untuk tunduk di bawah komando suaminya yang menurutnya "super lambat". Meskipun Becky tidak pernah bermaksud melawan atau mengatur Rico, tetapi pada kenyataannya, kalau tidak diarahkan, Rico tidak pernah selesai. Dia begitu suka sosialisasi sehingga pekerjaannya terbengkalai.
Tadinya Becky begitu tertarik pada Rico yang riang, pandai sosialisasi, dan teliti dalam pekerjaan. Tidak seperti dirinya yang begitu cepat mengambil keputusan, tidak pandai basa - basi, dan terlalu serius dalam segala sesuatunya. Tetapi gesekan perbedaan mereka rupanya terlalu sering terjadi, dan inilah puncaknya.
Becky tertidur dengan mata sembab dan make up yang belum dibersihkan, yang luntur oleh air matanya.
Forgiveness, easy to say, hard to do.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H