Rico mengamati wajah Becky yang terlelap bersama Sasha. Ia tidak ingat kapan terakhir bermesraan dengan Becky. Sepertinya ada yang salah dalam hidup keluarga ini. Semua waktu tercurah untuk Sasha, sehingga mereka tidak memiliki waktu berdua. Hanya berdua. Membicarakan hal romantis ataupun masa depan.
Akhir - akhir ini Becky begitu sabar terhadap keterlambatannya menjemput dari kantor. Biasanya wajah yang cemberut disertai omelan bertubi - tubi menyambut kedatangannya. Aneh juga rasanya, he...he...
Rasanya capek memang menjadi alasan mereka jarang berkomunikasi. Pulang malam, sesampai di rumah, Becky selalu ketiduran saat menemani Sasha. Ataukah ada sesuatu yang lain ?
Rico menghalau pikiran jeleknya. Becky adalah wanita sempurna baginya. Polos, meskipun cerewet. Tidak pernah meminta yang aneh - aneh. Handal dalam pekerjaannya sehingga begitu dipercaya atasannya.
Akhir - akhir ini memang Rico sering bertemu dengan teman - teman lamanya. Sejak kepulangannya ke kota kelahirannya, ia mulai menemukan satu  per satu sahabatnya yang sudah jadi orang.
Aku masih seperti ini saja, belum maju - maju. Usahaku biasa saja, nothing special. Sudah bagus tidak merugi.
Sebaliknya, karir Becky makin cemerlang. Banyak temannya mengenal Becky dan terkejut saat tahu bahwa Becky adalah istrinya. Mungkin inilah yang membuat Rico cemburu pada keberhasilan Becky. Meskipun Becky tetap menghormatinya sebagai suami.
Hari makin larut, dan Rico belum bisa memejamkan mata. Ia membuka smartphonenya dan mulai chatting dengan beberapa teman yang masih online.
Mila : "Hai Ric, kok belum tidur ?"
Rico : "Kamu juga, ngapain belum tidur ?"
Mila : "Iya nih, belum ngantuk. Padahal Kris sudah ngorok dari tadi...he...he..."