Mohon tunggu...
Soufie Retorika
Soufie Retorika Mohon Tunggu... Penulis - Penyuka seni, budaya Lahat

Ibu rumah tangga, yang roastery coffee dan suka menulis feature, juga jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Padi Darat, Kearifan Lokal yang Terlupakan

22 Juli 2021   00:31 Diperbarui: 22 Juli 2021   00:33 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto. Dok. Pribadi. Padi Darat Desa Padang, Kec.Merapi Selatan, Lahat

                                                             

Cerita ini berawal pada tahun 2012 lalu, penulis berjumpa Amirrudin salah satu staf di Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura  kala itu. Sekarang menjadi Dinas Pertanian, Lahat. Amiruddin berkisah tentang padi local Lahat. Padi yang bahasa latinnya Oryza sativa L merupakan salah satu tanaman yang banyak di konsumsi masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok yang setelah diolah menjadi beras dan dimasak menjadi nasi, kini ada beras putih, beras merah dan beras hitam yang penulis ketahui. Juga pernah dikonsumsi dengan kadar kandungan yang berbeda-beda.

Tinggalan Sejarah Tentang Padi

Rupanya sejak jaman dahulu padi sudah banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Keterangan dari Retno Purwati dari Balai Arkeologi Palembang, diketahui dari situs-situs masa pra-sejarah sudah ditemukan sekam padi.

"Di Situs Liyangan, Temanggung,  Jawa Tengah juga ditemukan padi dalam jumlah banyak lengkap dengan sawahnya. Dating dari padi sekitar abad 2-3 masehi," Kata Retno.

Untuk Kabupaten Lahat sendiri bukti tentang padi di dapat dari beberapa situs ada temuan gerabah yang berisi bekal kubur, di Kecamatan Jarai, dan alat menumbuk sendiri dari lesung yang banyak ditemukan di beberapa kecamatan yang terletak di tengah sawah.

Ada dolmen berkaki tiga yang menarik pernah penulis lihat sekitar tahun 2012 di dalam Kota Lahat. Dolmen tersebut terdapat lubang-lubang yang menurut keterangan penduduk setempat dahulunya dipakai sebagai tempat menumbuk biji-bijian, antara lain padi.

"Dolmen yang berlubang ini hanya satu ini dan bisa jadi merupakan rasi bintang yang dipakai nenek moyang penanda waktu bercocok tanam selain sebagai tempat menumbuk biji-bijian, antara lain padi," ujar Irfan Witarto budayawan Lahat yang saat itu menunjukkan lokasi megalith yang diduga dolmen berbentuk perahu.

Ket. Foto. Dok.pribadi, dolmen perahu, Lahat.
Ket. Foto. Dok.pribadi, dolmen perahu, Lahat.

Padi Darat Lahat

Nenek moyang kita mengumpulkan beberapa jenis padi darat yang turun temurun menyimpannya sebagai bibit (Mulan dalam bahasa Lahat) dan bisa di konsumsi. Pada 2012 itu terkumpul sekitar 10 jenis padi lokal Lahat yang ada, dan merupakan padi ladang yakni padi yang ditanam di lahan kering atau istilah masyarakatnya padi darat.

Musim tanam padi di Kabupaten Lahat terus terjadi sepanjang tahun. Sebab persawahan yang ada memiliki masa tanam yang berbeda-beda di setiap hamparan dan kecamatan yang ada. Begitu pula masa bertanam padi ladang yang berbeda-beda waktunya, tanpa menggunakan pupuk ataupun obat-obatan

Ketersediaan pangan terutama beras jadi tidak mengkhawatirkan bagi masyarakat Bumi Seganti Setungguan,Lahat dan harga yang ada juga bisa dikendalikan petani. Sebab petani menjual beras yang mereka miliki secukupnya, sisanya disimpan sebagai kebutuhan sendiri di lumbung. Biasanya Padi yang ditanam selain di ladang dengan mengandalkan hujan, juga sawah irigasi, dan sawah tadah hujan. Dari data di Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Lahat, pada 2012 saja, lahan padi sawah seluas 31.753 hektar (Ha) dan padi lahan kering atau padi ladang seluas 4.499 Ha dan dengan sasaran produksi sebesar 147.623 ton gabah kering giling atau meningkat 8, 75% dari tahun sebelumnya.

Berbagai upaya dilakukan untuk memperbaiki dari kualitas tanaman hingga kuantitas hasil padi. Upaya ini antara lain dengan mengumpulkan 10 jenis padi lokal yang ada. Jenis ini di dapat dari masyarakat yang melakukan pembenihan, antara lain jenis, Padi Abang/Merah, Padi Agai, Padi Padang, Padi Kiling Madu, Padi Kumpai, Padi Serai, Padi Rindik, Padi Merun, Padi Serendah Merah dan Serendah Putih. Pemberian nama padi darat diberikan oleh nenek moyang mereka (puyang dalam Bahasa Lahat) sebagai kearifan lokal.

Foto Dok. Pri, Padi Darat Desa Padang, Merapi Selatan
Foto Dok. Pri, Padi Darat Desa Padang, Merapi Selatan

Varietas padi ladang ini merupakan padi lokal, yang ditanam di Kecamatan Kikim Area, Merapi Area, Pseksu, Gumay Ulu, Gumay Talang, Pagar Gunung, Pulau Pinang dan Kota Lahat. Tanaman padi ini sangat cocok di lahan yang ada di Kabupaten Lahat, sehingga menjadi produk unggulan. Saat itu diperkirakan masih banyak jenis padi lokal daerah setempat,hanya saja tidak semua petani,kelompok tani atau kecamatan yang melaporkan jenis padi lokal mereka.

"Kami sengaje nanam padi lokal saje, selain rasanye lebih enak. Dan bibitnya dak sulit di dapat, yo dari turun temurun puyang kami ni la nanamnye," kata Ramdin (40) petani yang ada di Kecamatan Merapi Selatan ini.

Benih yang ada di dapat dengan mengambil dari hasil panen terdahulu. Caranya dengan dijemur hingga kering, dimasukkan ke kaleng yang bersih lalu dilapisi kertas, kemudian ditutup rapat-rapat. Cara ini cukup awet hingga setahun kedepan di musim tanam selanjutnya bisa ditanam.

"Kami hanye setaun sekali nanam padi darat ni. Sebab tegantung dengan musim ujan saje," begitu diungkapkan Ramdin.

Keunggulan Padi Darat

Sebagai Kabid Produksi Padi dan Palawija, Amiruddin HS mengatakan padi lokal yang ada ini memang rasanya lebih enak, keunggulan lainnya lebih tahan hama, cocok untuk lahan di Kabupaten Lahat, dan ditanam di ladang.

"Masa tanamnya setahun sekali, antara bulan September atau Oktober sehingga dipanen sekitar Januari atau Februari, dengan lama penanaman antara 4 hingga 5 bulan," jelas Amir.

Sayangnya lahan yang mereka tanami padi darat setiap tahunnya menurun, tidak seperti sawah yang jumlahnya tetap. Hal ini dikarenakan berubahnya lahan, menjadi perkebunan karet dan sawit bahkan berubah menjadi lahan pertambangan batubara.

Bibit padi darat yang dikumpulkan Dinas TPH ini nantinya akan di kirimkan ke Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Padi di Sukamandi Provinsi Jawa Barat. Tujuannya untuk pengembangan ilmu pengetahuan untuk menciptakan padi jenis baru yang lebih tahan hama dan kualitas baik. Selain itu untuk melestarikan warisan nenek moyang yang teknologinya sangat sederhana dan cocok bagi lahan di Bumi Seganti Setungguan.

"Mempertahankan kemurnian jenis padi varietas lokal ini. Sebagai bagian dari warisan budaya nenek moyang yang harganya tak ternilai. Karena apabila tidak didata dan disimpan nantinya ditakutkan varietas lokal ini akan hilang begitu saja. Padahal ini termasuk bagian dari identitas kedaerahan kita, kearifan lokal," tegas Amir.

Padi Darat Warisan Kearifan Lokal 

Dan sebagai warisan budaya dan kearifan lokal nenek moyang, bukan tidak mungkin jumlahnya lebih dari 10 ini. Karena setiap wilayah desa/kelurahan dan kecamatan ada yang memiliki kesamaan tapi ada pula yang berbeda.

Kembali ke masa 2010 lalu, penulis juga menulis tentang cerita rakyat Padi Kiling Emas. Yang didapat dari Desa Padang, Kecamatan Merapi Selatan, Lahat. Saat itu di salah satu ladang milik warga setempat terdapat tinggalan batu tapak puyang. Sebagai penanda bahwa saat itu Puyang Patidar mengucap sumpah dan larangan pada anak cucu. Aturan adat di beberapa desa di Lahat juga mengatur tentang cara menjemur padi, hingga sedekah tanam dan sedekah setelah panen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun