Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Lahat ke 152 Perayaan ke-23 jatuh pada tanggal 20 Mei bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional ke-113.Â
Dahulu saya ingat kemeriahan peringatan HUT Lahat gaungnya dimulai sejak awal bulan Mei, ada pasar malam, pameran, beserta aneka lomba yang di setiap lapangan besar gaungnya terasa. Namun berbeda sejak setahun lalu Pandemi Covid melanda negeri ini, terasa senyap, semua lini kehidupan terasa lumpuh dengan kondisi carut marut di setiap sudut.
Hal ini bukan kesalahan siapapun, tapi ini karena pembatasan yang terjadi setahun lebih membuat banyak kekacauan, tapi di balik itu semua segengam harapan selalu ada. Cita-cita dan mimpi serta terus berusaha tetap saja dilakukan semua orang.
Berikut secara random saya sekedar berbincang via sosial media dengan beberapa teman, sebagai perbincangan tentang harapan Lahat ke depan, untuk bersama maju, bangkit. Bukan semakin terpuruk.Â
"Lahat adalah kabupaten yang sudah cukup berumur di Sumatera Selatan (Sumsel) semoga lebih baik lagi ke depannya dan dapat menjadi contoh dan tauladan bagi kabupaten lain terutama pemimpinnya juga masyarakatnya," ungkapnya.
Dahulu Lahat  terkenal kesejukan udaranya dengan motto TAKWA saat ini entah kemana, namun tetap berharap semuanya akan kembali sedia kala dan sesuai dengan nasehat tetua  Lahat Dek tau ngiluk i dide merusak jadilah.
faktor Eksternal adalah kondisi di luar yang berpengaruh diantaranya mobilisasi masyarakat, termasuk  banyak perusahaan, serta kondisi daerah sekitar luar kabupaten serta regulasi yang terus mengalami perubahan. Semua itu dapat terlewati meskipun dampak secara luas memang sulit untuk kita hindari. "Harapan ke depan pandemi ini bisa teratasi secara lokal regional dan nasional. Percuma lahat teratasi jika regional dan nasional tidak tuntas," ucapnya. Bahwa semangat dan kekompakan semua stake holder adalah kunci mengatasi pandemi ini.
Pasang surut kegiatan masyarakat selama kurun waktu satu tahun lebih ini yang paling berimbas adalah segi ekonomi, pendidikan dan penanggulangan masalah perempuan dan anak.
"Harapan pada HUT Lahat kali ini, semoga Lahat semakin maju dengan pendidikannya, olahraganya, wisatanya, budayanya, lingkunganya dan ekonomi kreatifnya," papar Andra.
Menurut Andra kendala masyarakat dari jasa tranportasi yang sangat terasa, misalnya tukang ojek turun pendapatan karena kurang jumlah penumpang, dan juga yang paling terasa jualan pedagang  kalangan (pasar mingguan dalam bahasa Lahat).
Namun menurut Rose bahwa kegiatan perekonomian terasa mulai bangkit. Meski kita tidak bisa berharap lonjakan peningkatan perdagangan yang ada. Sebagai pendidik yang kebanyakan mengajar daring atau online, Rose lebih memanfaatkan penggunaan gagdet selain untuk mengajar dimanfaatkannya untuk memaksimalkan kegiatan jualan online. Hal ini mungkin bisa menginspirasi masyarakat untuk mencontoh perilaku positif Rose dan keluarga dalam memanfaatkan waktu.
Hal menarik dari yang diungkapkan Rose jika kondisi pendidikan seperti ini secepatnya di buat sistem mengajar online dan kombinasi tatap muka yang efektif dan tetap menjaga keselamatan siswa. Walaupun pendidikan pun penting menurut Rose.
Saat ini yang mereka rasakan adalah kebosanan di rumah terus, lebih sering pegang handphone daripada belajar yang sesungguhnya. "Pengen sekolah seperti semula," harapan Alfero.
"Padahal di tahun 2021 ini ada peningkatan selama setahun. Â Tahun 2020 setahun sekitar dibawah 20 laporan tentang masalah perempuan dan anak yang harus diatasi. Saat ini dari Januari hingga Mei 2021 sudah ada 15 kasus yang masuk dan harus di mediasi," kata Lena.
Hanya saja pihak PPA tidak tahu signifikasi antara Covid 19 ini berpengaruh atau tidak. Dibenarkannya bahwa yang banyak berpengaruh faktor ekonomi di masyarakat pemicu terjadinya perselisihan keluarga dan kekerasan rumah tangga. Â Harapan ke depan, masyarakat bisa lebih peduli pada perempuan dan anak. Supaya tingkat kekerasan terhadap perempuan dan anak diminimalisir. Melibatkan yg terkait, polisi, TNI, semua elemen masyarakat sebab kepedulian bersama dapat melindungi perempuan dan anak.
Sebagai perangkat Desa Lubuk Sepang, Lahat, Â Agus Sriansyah juga prihatin melihat kondisi ekonomi masyarakat Lahat. Kebanyakan masyarakt petani di desanya ini sangat merasakan imbasnya dalam kurun setahun belakangan ini. Untungnya hasil panen padi, kopi dan komoditas karet yag menjadi unggulan masyarakat sendiri tidak turun. Harga beras tetap stabil antara Rp 9.500,- hingga Rp 11.000, komoditi kopi masih rendah tetap di harga Rp 17.000-18.000, sementara harga karet yang syukurnya meningkat dari Rp3.000 menjadi hingga Rp 7.000 - Rp 8.000.Â
"Pasar Kalangan tetap dilakukan seminggu sekali dengan mengikuti protokol kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan dan ketertiban sehingga kerumunan tidak terlalu banyak," Jelas Agus.
Namun yang mereka sangat heran dengan banyaknya pendataan yang dilakukan setiap instansi pemerintahan namun mereka sendiri tidak mendapatkan penjabaran dari pendataan masyarakat. "Yang katanya pendataan Misbar alias masyarakat miskin baru, hingga detik ini tak ada ealisasinya," katanya.Â
Yang jelas Masyarakat Lahat, tetap bersemangat menyambut hari esok.  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H