Duh... senangnya Idul Fitri 1441 Hijriah sebentar lagi. Kisah seorang anak yatim yang baru belajar berpuasa tahun ini riang diucapkan doa yang membuat saya terkekeh...
"Jika puasanya full hadiah yang diminta hadiahnya adalah kue lidah kucing."
Tunggang langgang mencari kue kering lidah kucing ternyata sudah habis di beberapa toko online.Â
"Ya sudah, saya buat saja."
Karena ibu seperti saya gembira bisa memberikan satu hadiah. Anak-anakku tak banyak pinta, sebab tahu suasana semrawut, kondisi Pandemi Covid 19 makin naik angka penderita di daerah kami.
Tapi fase tahun sebelumnya, di hari maaf maafan sudah banyak yang anak-anakku lewati.
Sebagai ibu dari empat anak, fase-fase hari maaf-maafan sudah begitu banyak terlewati. Ramadhan dan Idul Fitri tetap dirindukan, selalu ada momen khas.
SAAT KECIL
Saya hidup di lingkungan perkampungan dan keluarga yang sangat erat. Momen maaf-maafan sewaktu kecil adalah hadiah Al Qur'an dari ustadz, selama satu bulan ikut pesantren di masjid diberikan usai shalat Ied, satu persatu disalami. Pendidikan membangun kepercayaan diri, bangganya minta ampun dah.
Setelah di rumah bersalaman dengan orang tua, kami para krucil-krucil (anak-anak) menunggu hari ke dua untuk keliling kampung saling berkunjung, silaturahmi, bermaaf-maafan, makan kue gratis. Pengalaman paling seru, jangan lupa bawa kelepeh (dompet dalam bahasa Palembang), pasti tetangga atau keluarga yang cukup berada akan menyelipkan uang untuk anak-anak. Bukan main diberikan uang Rp 500 paling banyak rasanya. Tapi bukan uang yang kami maknai kala itu, bersenda gurau dengan kanak-kanak berkumpul, kebahagiaan yang tak terlupakan