Mohon tunggu...
Soufie Retorika
Soufie Retorika Mohon Tunggu... Penulis - Penyuka seni, budaya Lahat

Ibu rumah tangga, yang roastery coffee dan suka menulis feature, juga jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Telepon Untuk Nenek

16 Mei 2020   22:26 Diperbarui: 16 Mei 2020   22:34 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nokia Cepek istilah kami. Foto Wikipedia

Sejak kami pindah ke kota kecil ini rindu kampung halaman sudah pasti dirasa. Tapi sejak lama ibu saya (yang dipanggil anak-anak Nenek Wies) saat ini tinggal di Jakarta bersama keluarga adik. Sejak bapak meninggal semua anak khawatir jika ibu sendirian. Apalagi sempat sakit asthma yang cukup parah, dan harus opname kala itu. Keputusan kami lebih baik ibu tinggal bersama anak dan cucu.

Sempat beberapa kali Nenek Wies berlebaran di Palembang sekaligus menengok rumah dan ziarah ke makam Kakek, namun kini lebih banyak anak-anak dan cucu yang mengunjungi Nenek Wies sebab kondisi fisik di usia sepuh dengan perjalanan jauh sudah tidak memungkinkan lagi.

Saya dan anak-anak yang jarang bertemu Nenek Wies, apalagi untuk berlebaran. Terakhir bertemu setahun lalu. Namun bertegur sapa via handphone tetap dilakukan.

Sayang nya handphone Nenek tidak bisa digunakan Video call. Nenek Wies cuma bisa menggunakan handphone biasa tanpa fitur media sosial. 

Jadi handphone seperti gambar di atas bisa dibayangkan cuma menelpon dan SMS saja. Handphone Nenek Wies dengan pulsa melimpah ini jarang dipakai kecuali untuk menghubungi anak dan cucunya.

1. Persiapan Pulsa Menelpon ibu

Persiapan saya untuk mudik online dengan Nenek Wies harus terisi banyak pulsa sebab provider yang dimiliki berbeda, jelas sangat menyedot pulsa. Biasanya usai shalat Ied saya dan anak-anak siap menelpon Sang Nenek tercinta. Jika kami berhalangan biasa siang atau sore sesegera mungkin matur minta maaf, sungkem kami padanya.

2. Persiapan Video call via WhatsApp Gawai Saudara

Hari pertama Idul Fitri biasanya diusahakan bisa Video call dengan ibu, memakai gawai adik atau kakak yang biasanya sudah chatting sebelumnya. Biasanya posisi keluarga besar sudah berkumpul sehingga tidak repot untuk berjumpa semua saudara.

3. Memperhitungkan Sinyal atau Kondisi

Maksudnya begini, karena biasanya mulai saat dua hari sebelum Idul Fitri, sinyal di kota kecil ini mulai terasa gangguan. Jadi benar-benar memperhitungkan sinyal cukup bagus sehingga bisa video call cukup lama. Biasanya lewat 10 menit akan terasa gangguan sinyal. Jadi dari pengalaman sebelum-sebelumnya saat Ramadhan dan Idul Fitri, langsung mengucapkan Maaf-maafan barulah berbincang yang lain. 

Beberapa kali juga tidak bisa video call tapi cuma ngobrol via WhatsApp. 

Kebiasaan mudik online setiap tahun kami seperti itu. Yang jelas pagi hari harus langsung menelpon Nenek Wies. Dirinya akan gelisah dan khawatir jika tidak segera dihubungi. Bisa dimaklumi kekhawatiran seorang nenek pada anak dan cucu yang jauh seperti saya dan anak-anak sering membuat dirinya khawatir. 

Suasana berkumpul Nenek dan sebagian cucu. Dok. Ety Widyawati
Suasana berkumpul Nenek dan sebagian cucu. Dok. Ety Widyawati

Percakapan kami biasanya setelah saling bermaaf-maafan bercerita kondisi keluar masing-masing, dan kondisi Nenek Wies.

Biasanya Nenek akan fokus lebih bertanya tentang cucunya. Hidangan lebaran, puasa, serta ibadah cucunya. Jauh hari nenek juga mempersiapkan hadiah untuk 15 cucunya. Dan dari sana menjadi cerita menarik meski cuma mudik online, inilah yang membuat Nenek Wies yang sudah sepuh bahagia melihat anaknya dan cucu yang berbahagia di "Hari Fitri."

kompal-20200114-072138-5ec0080c097f365679476212.jpg
kompal-20200114-072138-5ec0080c097f365679476212.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun