Mohon tunggu...
Soufie Retorika
Soufie Retorika Mohon Tunggu... Penulis - Penyuka seni, budaya Lahat

Ibu rumah tangga, yang roastery coffee dan suka menulis feature, juga jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Berbagi Sedekah Lewat Kopi

8 Mei 2020   23:37 Diperbarui: 8 Mei 2020   23:35 1358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyenangkan hati orang lain itu ibadah, membuat orang  tersenyum itu ibadah sedekah yang tidak sulit dilakukan. Di bulan suci Ramadhan, sudah pasti ibadah kita  yang dilakukan dengan ikhlas akan dilipatgandakan pahalanya. Bisa dibayangkan jika secuil sedekah, yang membuat orang tersenyum dicatat malaikat pahalanya berlipat ganda... Duh betapa menyenangkannya Ramadhan. 

Karena itu Ramadhan bulan yang dirindukan dan dinantikan. Itulah kenapa anak-anak saya senang menjalankan  ibadah puasa di bulan Ramadhan sedari kecil.

Ketika beberapa ibu menanyakan betapa tidak sulitnya saya sebagai ibu mengajak anak-anak puasa. Libatkan semua kegiatan Ramadhan bersama anak. Termasuk sedekah itu sudah dilakukan anak-anak sedari kecil.

Jangan menunggu kaya baru bersedekah, atau punya sejumlah uang. Sedekah bukan nilai uang, tapi niat baik. Jangan heran jika anak-anak saya yang ikut jualan biasanya menyisihkan uangnya sendiri untuk dimasukkan di celengan masjid setiap Jum'at. Atau ia berbagi makanan pada teman mereka saat tertentu.

Usai Shalat Jum'at warga seruput kopi
Usai Shalat Jum'at warga seruput kopi
Istilah connecting happiness bagi roastery kopi seperti saya atau banyak teman roastery itu pada masa kami mulai beroperasional sudah ada dalam niatan kami dan harus. Ingin usaha lancar, harus ingat sedekah, kondisi sulit seperti sekarang karena perekonomian terombang ambing oleh Virus Corona, harus tetap bersedekah, mulailah dari yang paling mudah.

Sedekah Ilmu

Sedekah ilmu, ilmu pengetahuan yang bermanfaat adalah yang bisa dinikmati banyak orang. Awal kami mencari kopi Lahat yang bagus, baik, dan enak, itu sangat sulit. Mereka para petani sudah biasa memelihara kopi sembarangan yang penting hidup, berbunga, berbuah dan dipetik. Sedih kan, wajar kan harganya murah karena kualitas kopinya rendah. 

Padahal kopi robusta Lahat itu enak sekali, dengan aroma khas menyengat, menenangkan, rasa coklat kacang yang padat, sulit menceritakan nikmatnya. Lalu, dalam hati saya mulai mengulik-ulik kopi mulai dari cari kopi dari pohon tua dan petik merah, dikupas kulit manisnya, hingga hadir seduhan di meja.

Itu yang saya kembalikan pada petani, terutama ibu-ibu petani, saya ajak menyeduh di kebun atau di pekarangan rumah mereka sambil menjemur kopi. Alat seduh manual yang lucu-lucu saya bawa pada mereka. Kusisipi ilmu didalamnya, jadi setiap jalan-jalan saya melakukan sedikit coffee talk dari hal yang sederhana. 

Dari sana saya juga belajar banyak mengerti kondisi dan keterbatasan, membuka wawasan dan mengubah mindset yang salah itu sulit, jika kita tidak pakai keikhlasan. Pergerakan itu saya lakukan sendiri sejak 2016. Saya tahu di belahan tempat lainnya banyak teman saya juga melakukannya. 

Hasilnya, bukan cuma bisa sedekah ilmu tapi selalu ada jalan dalam kesulitan. Kami kini sudah lumayan mudah mendapatkan kopi yang berkualitas di Lahat.

Imbasnya pada petani yang mau petik merah dan mengolah dengan baik, harga juga sesuai mutu kopi mereka. Jika Cuma petik sembarangan atau petik pelangi, hasilnya cuma dapat kopi asalan yang harganya jauh lebih rendah. Mengajar tentang kopi tetap kami lakukan hingga sekarang.

Petani, sesama prosesor atau sesama roastery bisa belajar pada kami. Pun pemilik kedai kopi yang ingin belajar kami tetap terbuka. Sebab belajar bisa saat ini meski tidak harus tatap muka.

Sedekah kopi, foto dari Rezacofferoasting
Sedekah kopi, foto dari Rezacofferoasting

Donasi Kopi

Sederhana jika kami Cuma nyeduh kopi tiap Jum'at dibagi di masjid. Atau nyeduh kopi untuk tukang ojek yang mangkal depan rumah gratis, suasana itu terjadi saat sebelum puasa Ramadhan bisa dilakukan. 

Saat Ramadhan disiapkan seduhan kopi dan berbuka sederhana di tempat kami, namun itu kami lakukan terakhir 2019 lalu sebelum wabah Corona yang tidak mungkin sembarangan melakukannya. Kami bagi-bagi kopi bubuk saja.

Teman kami Reza di Temanggung yang petani kopi, juga prosesor dan roastery kopi bersama beberapa teman-teman lainnya mendonasikan kopi yang dibagi dalam paket sembako untuk masyarakat yang terkena imbas Corona.

"Teman-teman menitipkan kopi untuk disumbangkan. Setelah itu saya proses dan dikirim ke tempat yang membagikan paket sembako."

Ternyata sedekah itu sederhana, dan manfaatnya sangat banyak. Memperbaiki ekonomi masyarakat sekitar, tetangga sekitar, banyak-banyak sedekah. Tidak cuma connecting happiness, tapi memperbaiki banyak hal.

Salam seruput kopi....
Salam Kompal...

kompal-20200114-072138-5eb589ee097f3610d124c0fb.jpg
kompal-20200114-072138-5eb589ee097f3610d124c0fb.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun