Ramadhan rintik-rintik hujan, matahari menyinari tak begitu lama di Kamis (7/5/2020). Bertepatan juga dengan hari Raya Waisak yang diperingati umat Buddha. Waisak merupakan hari suci agama Buddha.
Waisak merupakan 3 peristiwa penting umat Buddha, Tri Suci Waisak, (sumber. Wikipedia Indonesia) yang dirayakan pada pertama Purnama di bulan Mei.
1. Lahirnya Pangeran Sidharta di Taman Lumbini pada tahun 623 SM.
2.Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddhadi Buddha-Gaya (Bodh Gaya) pada usia 35 tahun pada tahun 588 S.M.
3.Buddha Gautama  wafat di Kusinara pada usia 80 tahun pada tahun 543 S.M.
Momen sama ibadah besar, antara umat Islam yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan dan umat Buddha yang menjalankan ibadah hari Raya Waisak. Tema yang mengajak sama-sama beribadah di rumah masing-masing saat Pandemi Covid 19 ini. Mensiasati ibadah jarak jauh via YouTube streaming dan live Facebook dari Wihara Dharmakirti, Palembang seperti yang diceritakan salah satu teman Kompasiana Palembang (Kompal) Grant Gloria. Ibu guru ini beberapa hari lalu juga menceritakan kegiatan siswa yang serba terbatas di rumah sama seperti mensiasati beribadah di rumah saja.
"Kami beribadah di rumah, yang dari Wihara cuma video streaming," kata Grant.
Dua teman saya yang Buddha di Lahat yakni Vivi dan Martini juga menceritakan mereka beribadah di rumah saja tidak ke Wihara Padmasari yang berada di Desa Karanganyar, Lahat.
Mawas diri dan toleransi jaga keharmonisan bangsa, adalah tema peringatan Waisak 2564 TAB/2020 ang tergabung pada Keluarga Buddhayana Indonesia (KBI). Kata-kata yang lebih kurang tak jauh berbeda yang berkumandang dari Tausiyah dari YouTube selama Ramadhan, tentang menjaga toleransi dan harmonisasi, kerukunan apalagi saat seperti sekarang.
Virus Corona yang membuat kita semua waspada dan mawas diri dengan kesehatan pribadi dan lingkungan yang merupakan bagian dari toleransi antar sesama, yang ada di sekitar kita. Saat ini perlu bahu yang kuat dan saling menguatkan.
"Saat ini menolong itu tidak pandang agama dan golongan, mbak," itu bunyi percakapan dengan Grant beberapa waktu lalu. Saat itu kami ngobrol tentang penggalangan donasi untuk membantu semua orang yang membutuhkan pertolongan saat Pandemi Covid 19. Donasi tidak ditentukan besar dan kecil, tenaga atau materi, tapi saling bahu membahu.
Grant itu teman bercerita apa saja buatku, meski lebih muda jauh, ia lebih dewasa. Saya tidak malu banyak belajar dari seorang Grant. Percakapan dengan Grant, pertemanan sudah lumayan lama. Dan sempat bertemu di akhir tahun 2019 lalu.
Mungkin doa kami setelah sholat, tarawih isinya hampir sama, dengan kerendahan hati pada Tuhan memohon supaya wabah ini berlalu, supaya kami semua selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, terutama kesabaran melalui semua ini.
Jika yang melangitkan doa umat yang ikhlas dengan penuh kesabaran kepada Tuhan di bulan baik ini. Tuhan pasti membuka jalan, Tuhan pasti mengabulkan. Kebaikan-kebaikan yang bertebaran yang datang tidak dari satu pintu saja, kekuatan doa jika ditengadahkan sekian banyak orang akan menjadi kekuatan.
Kisah tentang harmoni, paling nyata setelah tinggal di Lahat yang jauh dari sanak keluarga. Hidup berdampingan dengan teman-teman yang berbeda suku, bangsa dan agama. Saya biasanya pada puasa Ramadhan tahun-tahun lalu, teman non muslim mengantar hidangan berbuka, mengajak berbuka bersama. Sebaliknya saat mereka merayakan hari besar agama masing-masing, biasanya saya berkunjung (pantauan, Bahasa Lahat).
Selamat Hari Raya Waisak...
Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan...
Salam Kompal...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H