Mencegah lebih baik dari pada mengobati, nasehat ibu banget kata anakku. Jika kalimat panjang ceramah ibunya melebihi tausiyah pak ustadz menurut mereka. Kata-kata seorang ibu tidak mungkin untuk mencelakakan anak mereka. Terutama nasehat tentang puasa supaya tetap sehat.
Standar ibu yang tinggal di desa sepertiku, paling memberikan kiat-kiat berpuasa pada anak-anak supaya tetap bugar, sehat dan sampai di penghujung Ramadhan menjadi kebahagiaan yang luar biasa, dan biasanya enggan mereka mendengarkan ocehan ibu. Enggan mendengarkan bukan berarti tidak dilaksanakan.Â
Syukurlah, anak-anak tetap melaksanakan kewajiban selama ibadah Ramadhan. Apalagi Pandemi Covid 19 alias Corona belum berlalu. Sudah pasti mereka mengikuti aturan yang ada untuk menjaga kesehatan standar sehari-hari.
Biasanya untuk mencegah gejala sakit ringan selama Ramadhan biasanya anak-anak kurang minum. Otomatis ibu harus buat lauk pauk yang berkuah setiap hari. Sayur mayur, buah-buahan yang banyak mengandung air. Oh... Kurma guys, itu besar pengaruhnya buat berbuka puasa bagi keluarga kami.Â
Wajib sepertinya hidangan kurma, air hangat lalu sholat Magrib. Bagi ibu seperti saya yang kadar makannya tidak banyak, kurma menolong mengembalikan keseimbangan tubuh. Barulah setelah sholat Magrib bisa menikmati hidangan lain seperti singkong gula aren yang disukai anak-anak dan kandungan serat yang baik, tapi mereka tetap saja makan nasi dan lauk pauk.
Membuat jamu kunir asem, wedang jahe, beras kencur berganti saya buat dan tak hanya saat Ramadhan atau wabah Corona saja, hari biasa juga menjadi kesukaan anak-anak. Banyak manfaat dan pengaruh nya mereka tidak mudah flu, pilek dan batuk, apalagi sariawan yang sering hinggap saat puasa.
Sepanjang anak-anak ini dari usia 2 tahun hingga sekarang sekolah setingkat SMA dan si bungsu kelas 2 sekolah dasar mereka belum pernah sakit saat puasa Ramadhan. Sebab saya percaya asupan makanan yang sehat dan mengurangi makanan instan menjadi tameng bagi kebugaran mereka selama berpuasa.
Jarang sekali asupan obat-obatan yang diberikan selain, booster seperti madu untuk pencegahan saja. Apalagi sekarang mereka sekolah online di rumah saja. Otomatis pantauan kondisi anak-anak terlihat. Yang biasanya dikhawatirkan adalah si gadis yang punya penyakit asthma. Tapi, syukurlah sejak ia rutin olahraga dan memilah-milah makanan yang sehat hampir tiga tahun Ramadhan, tidak Anfal lagi. Pemicu asthma sudah pasti dihindari.
Untuk makan mie instan sendiri di usia 45 tahun, mungkin sudah hampir 30 tahun saya tidak makan mie instan, dan tidak menyediakan juga di rumah.
Tentang anak-anak yang diajarkan berpuasa sejak usia 2 tahun mungkin terlihat terlalu memaksa. Tapi menurut saya tidak dipaksakan. Anak-anak hanya diajak bangun, makan sahur, dan saat itu sudah pasti ada interaksi dan ibadah bersama mereka. Bukan esensi mengajak mereka tidak makan selama berpuasa, tapi mereka belajar memaknai dan alasan berpuasa.
Sejak kami tinggal di Yogyakarta dan punya anak pertama, adalah wahana kami betul-betul banyak belajar dan masukkan atau parenting system yang baik selama Ramadhan. Memudahkan kami mengisi waktu dengan ilmu berbagi pada sesama orang tua dan anak, termasuk kiat menjaga kesehatan selama Ramadhan.
Di usia 45 tahun bagi saya yang sudah 5 kali hamil, 4 kali punya anak yang hidup, punya penurunan kesehatan dan daya tahan tubuh. Dari sekian banyak uj coba ke tubuh sendiri, selain asupan makanan, minum dan madu seperti yang diungkapkan diatas. Saya sudah jarang memakan olahan daging sapi, kambing, ayam dan ikan. Sesekali saja asupan olahan ikan dan ayam.