Pertama, Imitasi sosial, suatu peniruan yang dilakukan seseorang karena ingin berinteraksi dengan orang lain. Latto-latto menjadi pemicu bergabungnya komunitas dengan tren masa kini mereka yang meniru menganggap bahwa dengan bermain latto-latto dapat lebih baik menjalin interaksi dengan teman bahkan diterima dalam circlenya.
Kedua, Interaksionisme simbolik, suatu benda yang memiliki arti oleh dirinya atau orang lain yang juga memaknai hal serupa. Latto-latto dijadikan sebagai simbol akan persahabatan dan populis bagi individu untuk menarik orang lain. Pejabat seperti gubernur dan presiden pernah memainkan latto-latto ini saat beliau berkunjung ke Subang dikategorikan sebagai simbol populis untuk mencari apresiasi dari rakyatnya.
Demi ikut meramaikan trend latto-latto kajian ini berusaha mengulas sedikit tentang konsep sosiologis permainan latto-latto agar menambah wawasan pembaca, dari fase kejayaan sampai nanti mengalami keruntuhan, faktor imitasi sosial karena meniru, dan faktor simbolik seseorang menafsirkan benda ini. Semoga tulisan ini bermanfaat dan menginspirasi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H