Mohon tunggu...
Rami Musrady Zaini
Rami Musrady Zaini Mohon Tunggu... PNS -

Terkadang meluapkan gagasan ke dalam bait-bait kata terasa sulit, untuk tak dibilang sebagai penulis. Biarlah ku dinilai sedang iseng dalam menyusun sebuah gagasan. Dan inilah saya, yang tak pernah bijak dengan hari sebelumnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Simulacrum

25 April 2019   08:26 Diperbarui: 25 April 2019   08:36 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Miun, Dua Sisi 

Atau dalam konteks ini dipeluk simulacrum. Simulacrum mengandalkan citra, simbol, dan tanda-tanda.

Siapa membangun persepsi paling kuat dia adalah pemenang. Persepsi ini meskipun bukan kenyataan sebenarnya telah diyakini sebagai kebenaran mutlak. Pada saat itulah terjadi kebenaran yang dipercai bukanlah realitas.

Jadi, sebagai masyarakat yang berpikir menempatkan sesuatu pada tempatnya adalah langkah yang bijak, ketimbang terus mempertontonkan hal-hal diluar akal yang logis.

Disini kita berpemilu, sekaligus menjalankan politik. Menjalankan seni pengaruh mempengaruhi, dan dalam politik tak pernah ada yang namanya kekalahan, yang ada hanyalah tidak berjumpanya kepentingan. Yang pada akhirnya semuanya bermuara pada sebuah konsensus.

Jika Sebagai bijak, hentikanlah!

Kendari, 25 April 2019. Di pagi yang mengheningkan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun