Mohon tunggu...
Rami Musrady Zaini
Rami Musrady Zaini Mohon Tunggu... PNS -

Terkadang meluapkan gagasan ke dalam bait-bait kata terasa sulit, untuk tak dibilang sebagai penulis. Biarlah ku dinilai sedang iseng dalam menyusun sebuah gagasan. Dan inilah saya, yang tak pernah bijak dengan hari sebelumnya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Akbar Tandjung dan "Saudagar Politik"

13 April 2016   22:54 Diperbarui: 14 April 2016   00:00 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Foto Rami Musrady Zaini"][/caption]Mencermati diskurkus Partai Golkar dalam problematika ke Indonesiaan saat ini bisa menjadi isu sexi yang kan diikuti bahkan menjadi preseden politik bagi studi kasus baru dinamika partai politik di Indonesia.

Partai Golkar yang sedang dilanda turbulensi politik yang panjang, mencoba mengambil jedah dengan menanti datangnya Munaslub, sebagai test case kebangkitan dari bayang-bayang perpecahan. Saya melihat peran Akbar Tandjung masih begitu besar dalam andil Munaslub nanti, tetapi sosok JK yang juga sebagai sesepuh di Golkar saya kira akan turut bermain sebagai aktor bayangan dalam jalannya Munaslub Golkar Nanti.

Jika tak keliru meramalkan pertarungan tersebut, sejatinya Munaslub itu adalah pertarungan kembali, antara Akbar dan JK seperti Munas ke-7 Partai Golkar di Bali waktu silam yang akhirnya dimenangkan oleh JK sebagai Ketua Umum Golkar.

Yang menarik ketika Munas Ke-7 Golkar tersebut menyeruak istilah "Saudagar Politik" yang tentu semakin mewacana seiring menangnya JK.

Belakangan, istilah "Saudagar Politik" itu muncul dalam disertasi Akbar Tanjung yang kemudian di bukukan menjadi "The Golkar Way Survival Partai Golkar di Tengah Turbulensi Politik Era Transisi". 

Dalam buku itu kurang lebih Akbar Tandjung mengemukakan bahwa kepemimpinan saudagar lebih bersifat jangka pendek, mengedepankan spekulasi bisnis, serta cenderung tidak menghargai proses melainkan hasil akhir...Akbar juga mengungkapkan Corak kepemimpinan "Saudagar Politik" cenderung mengabaikan pembangunan atau kelembagaan.

Yang coba dikritisi Akbar Tanjung tentang saudagar politik adalah bukan hak saudagar dalam berpolitik, mengingat apa pun latar belakang seseorang ia mempunyai hak politik yang sama. Namun, menurut Akbar Tanjung dalam konteks kepemimpinan politik, mind set (pola pikir) saudagar tidak cocok dan tidak relevan dengan upaya kelembagaan politik.

Sedikitnya dalam buku yang diramu dari sebuah disertasi Akbar Tandjung, istilah "Saudagar Politik'' telah menjadi sebuah postulat pengetahuan khususnya dalam Ilmu sosial dan Politik.

Lalu bagaimanakah wacana "Saudagar Politik", apakah kan kembali menyeruak di Munaslub nanti...? Kita lihat saja! [ ]

 

Baca Juga:

Membaca Rendra Dalam Puisi-Puisi Cinta

Tulisan Ini Dibaca Jutaan Kali

Tulisan Ini, Tak Penting...!!!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun