Mohon tunggu...
Rami Musrady Zaini
Rami Musrady Zaini Mohon Tunggu... PNS -

Terkadang meluapkan gagasan ke dalam bait-bait kata terasa sulit, untuk tak dibilang sebagai penulis. Biarlah ku dinilai sedang iseng dalam menyusun sebuah gagasan. Dan inilah saya, yang tak pernah bijak dengan hari sebelumnya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Posisi Budaya dan Agama dalam Konteks Kebutonan

6 Maret 2016   12:53 Diperbarui: 6 Maret 2016   14:50 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan adalah kejatidirian dan kejatidirian bersumber dari nilai-nilai atau Ideologi. Ideologi terkonstruk dalam budaya dan agama, sehingga terkadang ideologi bisa menciptakan sebuah keyakinan.

Budaya adalah hasil cipta karsa dan konstruk manusia yang didasari oleh akal dan pengalaman manusia pada konteks zamannya, sehingga arah gerak budaya selalu melangkah ke depan (searah perkembangan zaman), kalaupun kembali kebelakang itu hanyalah sifat refleksi tetapi tidak merubah esensi gerak dari budaya itu sendiri. Budaya dapat dijadikan sebuah kearifan lokal jika ditempatkan sebagaimana mestinya. Hakekatnya budaya bukanlah sebuah yang tabu diperbincangkan. Etimologi Asli dan bukan Asli pada budaya hanyalah sebuah pemaknaan untuk melegitimasi kebudayaan ke dalam penggunanya dengan kata lain mau tetap dipelihara atau diubah atau disesuaikan dengan kondisi zaman saat ini.

[caption caption="Sumber: The Pasarwajo"][/caption]Sedangkan Agama adalah sesuatu yang sifatnya Ilahiah, ada makro kosmos (tuhan) yang mendasarinya, sehingga arah gerak agama adalah ke depan dan bisa pula ke belakang, bedanya dengan budaya agama tak dapat diganggu gugat sebab agama berisi nilai-nilai yang ditetapkan oleh Tuhan sedang budaya tidak demikian.

Dalam konteks kekinian Agama dan Budaya bisa menjadi sebuah ideologi, tergantung orang yang memaknainya, asalkan syarat-syarat untuk bisa menjadi Ideologi bisa terpenuhi. Di Buton Agama dan budaya bahkan politik (sistem pemerintahan) berjalan beriringan. Hal tersebut dijumpai dalam filsafat kebutonan Seperti yang diungkap Dayanu Ikhsanudin (Sultan Buton ke 4) :1. Amadaki-amadakimo arataa Solana bholi o karo, 2. Amadaki-amadakimo karo Solana bholi o lipu, 3. Amadaki-amadakimo lipu solana bholi o sara, 4. Amadaki-amadakimo sara solana bholi o agama.

Falsafah hidup Kesultanan Buton ini menempatkan agama (Islam) pada posisi puncak tertinggi. Ini berarti bahwa agama Islam merupakan satu-satunya sumber hukum tertinggi dalam menyusun sila-sila berikutnya yaitu: tata pemerintahan (sara), mengelola negara (lipu), mengatur kehidupan dan kepentingan orang banyak (karo) dan pengurusan harta benda (arataa). Semuanya itu wajib dilaksanakan sesuai kaidah-kaidah agama Islam.

Sehingga penempatan Budaya, agama, dan sistem politik dalam masyarakat Buton berjalan bersamaan tidak berdiri sendiri-sendiri.

Sumber : Disini 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun