Gini ..
Perjalanan karirku dimulai dengan bergabung Lembaga Development, muda dan naive, dengan keterbatasan kemampuan diplomasi, Â negosiasi, komunikasi dan masuk team lapangan untuk mendevelop program baru di Jawa tengah, deket Semarang.Â
Semua berawal dari analisa data yang sudah dikumpulkan, dengan sedikit ketrampilan yang saya punya, saya mempunyai kesimpulan yang berbeda dengan Team Leader, atasanku. Dengan kemudaanku dan keterbatasan soft skillku terjadi kesalahpahan dengannya, dan membuatku terlempar ke Surabaya, dia tidak mau ada aku di team Jawa Tengah.
Merasa terbuang, tapi berserah, karena ternyata kepindahan ke Surabaya adalah cuma cara Tuhan untuk mengatur hidupku, masuk ke lembaga impian ku, PBB, bukan Pajak Bumi dan Bangunan, tapi Perserikatan Bangsa-Bangsa, UN lah bahasa kerennya.
Sebagaimana kebiasaanku, tidak bisa melihat sesuatu yang tidak sistematis dan tanpa ukuran, selama bekerja di lembaga ini, saya mencoba untuk menginisiasi project baru untuk lebih berpihak kepada masyarakat Indonesia, kami membangun program kerja terkait pelatihan-pelatihan, edukasi dan bekerja sama dengan orang lain.
Beruntung sekali saya mendapat atasan yang sangat supportif dan baik hati, sampai ada rekan kerja senior bergabung dengan team kami dari luar Surabaya, posisiku di geser, programku diambil alih dan di klaim olehnya, dan saya ingat sekali saya mendapat surat cinta dari lembaga itu, di bulan oktober datang surat pemberitahuan kalau kontrakku selesai bulan Desember.Â
hancur ...
Dibulan November pimpinan pusat lembaga dunia itu datang ke project yang saya inisiasi, dan puas dengan apa yang saya kerjakan, dan tanpa ada permintaan, saya direkomandasikan untuk di promosi, tidak jadi di PHK.
Setelah itu, saya dipromosi dan ada lembaga asing menawari kerjaan untuk jadi pimpinan program di Jakarta, saya bergabung dengan lembaga ini, sampai menjadi pemimpin puncak lembaga ini.
Muda, sombong dan keras kepala, kombinasi dengan karir yang terlalu cepat, membuat saya tenggelam dalam keangkuhan dan melambungkan ego terlalu tinggi dan meledak. Jakarta, ego dan karir yang terlalu cepat mengubahku, keras hatiku dan mau menang sendiri tidak bisa membantu menjadi pribadi yang cukup baik untuk meneruskan karirku.
Bermula dengan advisor dari luar yang masih kurang mumpuni (sombong kan), dan cara komunikasiku yang sombong dan keras, mengarahkan keputusan, dia keluar atau saya keluar.