PDRB
5.021.149
100
5.244.851
100
5.505.942
100
Sumber : BPS Kota Yogyakarta, 2010
nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB yang didasarkan pada harga berlaku, sektor jasa-jasa adalah sektor yang memberikan sumbangan terbesar yaitu 24,63% pada tahun 2007 dengan nilai Rp2.118.045.000.000,- dan meningkat menjadi 24,77% pada tahun 2010 dengan nilai Rp2.908.302.000.000,-. Pada tahun 2010 sektor-sektor lain yang memberikan sumbangan yang besar terhadap PDRB Kota Yogyakarta yang didasarkan pada harga berlaku adalah sektor perdagangan, hotel dan restauran 23,65%, serta sektor pengangkutan dan komunikasi 16,04%. Sumbangan PDRB terendah berdasarkan harga berlaku berasal dari sektor pertambangan dan penggalian yaitu 0,01% pada tahun 2007 dengan nilai sebesar Rp. 497.000.000,- dan  pada tahun 2010 dengan persentase yang sama yaitu 0,01% dengan nilai Rp 566.000.000,-. Dan sektor-sektor lain yang mengalami penurunan pada tahun 2010 yaitu sektor pertanian 0,28% , sektor industri pengolahan 10,01%, sektor konstruksi 8,08%, sektor listrik, gas dan air 1,83%.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah sektor penyumbang PDRB terbesar di Kota Yogyakarta. Keberadaan sektor ini tersebar hampir diseluruh kecamatan di Kota Yogyakarta. Jika melihat sumbangan PDRB pada setiap kecamatan di Kota Yogyakarta, maka, masing-masing kecamatan memiliki nilai dan kontribusi yang berbeda beda terhadap PDRB Kota Yogyakarta. Berdasarkan pada harga konstan dan harga berlaku, Kecamatan Umbulharjo adalah kecamatan yang memberikan sumbangan yang besar bagi PDRB Kota Yogyakarta. Sektor yang berkembang pesat di Kecamatan Umbulharjo antara lain sektor jasa, sektor pengangkutan dan telekomunikasi, sektor bangunan, serta sekto keuangan, sewa dan jasa perusahaan. Kecamatan Umbulharjo berdasarkan harga berlaku pada tahun 2007 menyumbang 23,089% sedangkan pada tahun 2010 sebesar 23,086%. Dan untuk kecamatan lain yang memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB Kota Yogyakarta yaitu Kecamatan Gondokusuman (17,151% pada tahun 2010) dan Kecamatan Danurejan (9,109% pada tahun 2010). Sedangkan untuk   pertumbuhan
PDRB Kota Yogyakarta dari tahun 2007 cenderung meningkat yaitu 4,37% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 4,98% pada tahun 2010.
D. Analisis Perkembangan Ekonomi dan Masyarakat Yogyakarta
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perkembangan ekonomi Yogyakarta sangat pesat apalagi dengan pembanguan Mall,Hotel, Jasa dan industri lain akan tetapi tanah pertanian tiap tahun malah menuru ini membuktikan dengan pembangunan besar-besaran yang di lakukan oleh kapitalis selalu merugikan rakyat kecil dan lapangan kerja para petani menjadi hilang. Dengan kasus seperti ini pemerintah daerah Yogyakarta mau berbuat apa lagi? Mereka sudah tak bisa apa-apa lagi karena para kapitalis telah memberikan dana yang besar untuk mereka agar mengizinkan pembangunan ekonomi di Yogyakarta. Marx berkata kapitalis akan selalu ada apabila system perbudakan di dunia ini masih ada selama masyrakat masih terbagai dengan kelaskelas sosial kapitalisme akan selalu hidup dalam kegiatan kehidupan manusia. Marx juga mengemukakan bahwa harus ada kesadaran kelas yaitu masyrakat yang tertindas ioleh sistem kapitalis mereka haruslah bersatu dan membuat massa yang besar akan tetapi kesadaran kelas ini bisa terwujud apabila adanya massa yang kuat, media, keinginan politik dan ekonomi yang sama juga pemerintah yang kooperatif.
Akan tetapi di kota yogyakarta masyarakat tak mempunyai hal-hal untuk melakukan kesadaran kelas karena mereka hanyalah kaum proletar yang tak punya kekuasaan apa-apa apalagi di antara orang ploretal itu belum ada kesamaan pandangan mereka juga sebagian besar juga bekerja sebagai buruh di perusahaan orang kapitalis, yang kita lihat sekarang pemerintah Yogyakarta sea akan-akan sewenang-wenang untuk membangun segala perekonomian seperti Mall, Hotel,danJasa serta dengan adanya pembangunan tersebut masyarakat kecil di rugikan dengan pembangunan besar-besaran tanah atau sawah mereka semakin berkurang tiap tahun. Produksi pertanian semakin menurun karena kurangnya lahan petani sangat dirugikan apalagi kalau petani itu hanyalah buruh suruan tuan tanah betapa tidak manusiawinya dan tidak ada kepedulian sosial pemerintah kota Yogyakarta akan nasib para petani kecil tersebut. Ketika kapitalisme sudah masuk pastilah pejabat publik dan juga pemilik modal serta tuan tanah akan enerima keutungan yang sangat besar apalagi Yogyakarta merupakan kota tujuan wisata dan juga pendidikan jadi tiap tahun pastilah masyrakat nasional dan internasional selalu akan berkunjung ke jogja. Konflik antara orang ploletar dan kaum borjuis tidak akan pernah berakhir selama kapitalisme itu masih hidup di dalam suatu kota.
Memang benar yang dikatakan oleh Karl marx bahwa sejarah manusia hanyalah konflik dengan sesame manusi sendiri, dan konflik untuk memeprebutkan kelas-kelas sosial serta perebutan kepemilikan modal di dalam suatu masyarakat.
Ketika pemilik modal dan pemerintah bersatu maka masyrakat bawah akan di rugikan dengan kebijakan dan pembangunan yang di buat oleh mereka. Pemerintah daerah hanyalah boneka para kapitalis yang ingin mencari keuntungan sebesar mungkin di daerah dan masyrakat bawah pada akhirnya hanya sebagai budak dan pekerja rendahan yang di beri upah minimum yang tidak sebanding dengan pekerjaan mereka. Pembangunan kota dengan jalan kapitalisme selalu akan menghancurkan perekonomian kelas bawah sudah seharusmya perekonomian berbasis kemasyrakatan dan juga kesetaraan harus di galakkan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H