Mohon tunggu...
Sorang Tumanggor
Sorang Tumanggor Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Nama Lengkap:Sorang Tumanggor, S.Ag Tempat Tanggal Lahir: Alahan, 21 Mei 1972 Pendidikan: SD Negeri Alahan, SMP N 1 Parlilitan, SMA Seminari Menengah Pematang Siantar, S-1 Filsafat Agama Katolik Unika St. Thomas Medan Jabatan:Penyuluh Agama Katolik Unit Kerja:Kantor Kementerian Agama Kab. Dairi sampai sekarang. Pernah menjadi editor selama 7 tahun di Penerbit PT. Bina Media Perintis, Medan. Pernah magang di Penerbit Gramedia Pustaka Utama pada tahun 1999.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sisi Lain Semarak Natal, “Natal” Membawa Keterpecahan dalam Diri?

16 Desember 2013   20:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:51 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika terkadang saya memilih berdiam di luar tempat di mana perayaan itu berlangsung sementara anak-anak bersama lainnya merayakan Natal Marga-marga, Serikat Tolong Menolong (STM), dan Instansi tertentu yang cenderung merayakan Natal di masa Adven, apalagi masih di Adven I dan II, saya kira bukanlah karena ketidaksudian menjaga hubungan harmonis dengan sesama yang merayakannya, tetapi lebih pada benturan penghayatan makna liturgis masa Adven. Itulah turbulence yang ada kalanya mengakibatkan keterpecahan bagi diri saya, juga mungkin bagi sebagian umat Katolik yang berdomisili di lingkungan mayoritas Kristen Protestan. Saya, walau dengan hati kurang nyaman, terpaksa turut merayakan Natal pada masa Adven.

Apa itu Masa Adven?

Kata “adven” sendiri berasal dari kata “adventus” dari bahasa Latin, yang artinya “kedatangan”. Masa Adven yang kita kenal saat ini sebenarnya telah melalui perkembangan yang cukup panjang. Sampai sekarang, masa Adven ini dimulai dari hari Minggu terdekat dengan tanggal 30 November (hari raya St. Andreas) selama 4 minggu ke depan sampai kepada hari Natal pada tanggal 25 Desember.

Masa Adven ini berkaitan dengan permenungan akan kedatangan Kristus. Kristus memang telah datang ke dunia, Ia akan datang kembali di akhir zaman; namun Ia tidak pernah meninggalkan Gereja-Nya dan selalu hadir di tengah- tengah umat-Nya. Maka dikatakan bahwa peringatan Adven merupakan perayaan akan tiga hal: peringatan akan kedatangan Kristus yang pertama di dunia, kehadiran-Nya di tengah Gereja, dan penantian akan kedatangan-Nya kembali di akhir zaman. Maka kata “Adven” harus dimaknai dengan arti yang penuh, yaitu: dulu, sekarang dan di waktu yang akan datang.

Ini adalah dasar dari pengertian tiga macam kedatangan Kristus yang dipahami Gereja Katolik. Pemahaman ini menjiwai persiapan rohani umat; dan hal ini tercermin dalam perayaan liturgi dalam Gereja Katolik. Sebab di antara kedatangan-Nya yang pertama di Betlehem dan kedatangan-Nya yang kedua di akhir zaman, Kristus tetap datang dan hadir di tengah umat-Nya. Hanya saja, masa Adven menjadi istimewa karena secara khusus Gereja mempersiapkan diri untuk memperingati peristiwa besar penjelmaan Tuhan, menjelang peringatan hari kelahiran-Nya di dunia.

Pada masa Adven, umat Katolik sering melakukan ulah kesalehan yang baik, yang berakar selama berabad-abad. Ulah kesalehan ini bertujuan untuk membantu mempersiapkan umat dalam menyambut kedatangan Sang Mesias. Semua ulah kesalehan ini mengingatkan umat akan Sang Mesias yang sebelumnya telah dinubuatkan melalui perantaraan para nabi dalam Perjanjian Lama. Ulah kesalehan ini juga mengingatkan umat Allah akan Kristus yang lahir dari Perawan Maria dengan begitu banyak kesulitan, yang akhirnya terlahir, namun terlahir di kandang, di tempat yang kurang layak.

Karena masa Adven adalah masa penantian yang harus diisi dengan pertobatan, sehingga kita mempersiapkan diri kita untuk menyambut kedatangan Kristus, maka sudah seharusnya umat Allah mempersiapkan diri secara spiritual. Masa Adven adalah waktu yang tepat untuk terus bertekun dalam doa-doa pribadi dan membaca Kitab Suci. Sungguh baik kalau kita dapat mengikuti bacaan Kitab Suci mengikuti kalender Gereja, karena bacaan-bacaan telah disusun sedemikian rupa untuk mempersiapkan kita menyambut Sang Mesias.

Jadi, masa Adven adalah masa persiapan untuk menyambut kedatangan Kristus, yang harus diisi dengan pertobatan, yaitu membersihkan rumah hati kita, agar Kristus dapat lahir kembali di hati kita.

Apa itu Masa Natal?

Dalam Gereja Katolik, perayaan ini diberi tempat khusus. Hal ini nyata dalam masa persiapan, yaitu masa Adven yang berlangsung selama empat minggu. Bagi orang Katolik perayaan ini bukan sekedar perayaan biasa sebagaimana dilakukan oleh umat dari agama lain, namun dalam Natal terkandung suatu sejarah keselamatan manusia yang dikerjakan Allah dengan mengutus Putra-Nya yang tunggal, yaitu Tuhan kita Yesus Kristus. Misteri perutusan inilah yang diperingati dalam Natal.

Apakah Natal merupakan perayaan biasa, pesta tanpa makna? Bagi orang Kristen Natal bukan sekedar pesta biasa dengan kemeriahan dekorasi dan kehadiran Santo Nikolaus yang dengan ramah membawa hadiah. Natal memiliki nilai tak terkirakan bagi orang Kristen. Perayaan Natal mau menggarisbawahi misteri kedatangan Tuhan Yesus, Putera Allah dalam rupa “manusia” yang secara konkret dilahirkan oleh Santa Perawan Maria di Betlehem.

Merayakan Natal di Masa Adven: Membawa Keterpecahan?

Gereja Katolik mendorong agar seluruh umatnya mempersiapkan diri menyambut datangnya Sang Juru Selamat lewat masa Adven. Gereja Katolik mendorong umatnya untuk mengambil bagian dalam persiapan Natal, yaitu dengan pertobatan, agar hati siap menyambut kedatangan-Nya yang dirayakan pada tanggal 25 Desember. Begitu pentingnya peristiwa kelahiran Yesus Sang Putera, sehingga Gereja mempersiapkan umatnya untuk memperingatinya; dan masa persiapan ini dikenal dengan masa Adven.

Bolehkah merayakan Natal sebelum tanggal 25 Desember? Sebenarnya, dari pemahaman makna Adven, umat Katolik tidak dianjurkan untuk merayakan Natal sebelum hari Natal. Sebab justru karena kita menghargai hari Natal sebagai hari yang sangat istimewa, maka kita perlu mempersiapkan diri untuk menyambutnya. Persiapan ini kita lakukan dengan masa pertobatan selama 4 minggu, yaitu mengosongkan diri kita dari segala dosa yang menghalangi kita menyambut Sang Juru Selamat; agar pada hari kelahiran-Nya, kita dapat mengalami lahir-Nya Kristus secara baru di dalam hati kita.

Lantas,Apakah saya harus berpura-pura dalam merayakan Natal Marga, STM dan Instansi ini, sebagaimana sebelumnya walau saya hadir tetapi hati tetap kurang nyaman? Bagaimana seharusnya saya menjelaskan kepada anak-anak saya ketika saya harus memilih berdiam di luar sementara mereka setelah kudandani dengan pernak-pernik dan pakaian terbagus kulepas turut bergembira ria bersama teman-temannya dalam suasana Natal?

Ketika hal ini saya lontar kepada teman-teman, aneka komentar bermunculan dan cenderung menyalahkan, antara lain:

1.Kita ini makhluk social: hidup kita di tengah mereka dan bagian dari mereka.

2.Para Religus atau Pimpinan Gereja kita saja tidak kuat menolak undangan apalagi umat biasa.

3.Demi kelangsungan damai dan saling menghormati.

4.Kalau menghadiri perayaan Natal aku berdosa, aku akan mengaku dosa.

5.Ada tertulis, dimana dua atau tiga orang berkumpul atas nama-Ku di situ Aku hadir, ada Yesus berarti ada kasih.

6.Jangan-jangan Anda seorang Farisi di zaman ini yang melihat Hukum Taurat terlalu kaku.

7.Anda terlalu fanatic, memang Anda tahu persis kapan Yesus lahir?

8.Sebaiknya Anda memperbaiki diri dalam perbuatan keseharian saja daripada menyalahkan Natal-natal tersebut.

9.Lakukanlah itu untuk Tuhan dan bukan demi aturan gereja.

10.Sadarkanlah mereka lewat pertemuan STM dan Kumpulan Marga dimana Anda ikut.

11.Yang penting ada niat untuk memperbaiki keadaan itu.

12.Secara Liturgis memang Katolik belum merayakan Natal, tapi semangat Ekumenis perlu dipertimbangkan.

Sejauh ini solusi yang pernah disampaikan kepada saya, baik dari teman-teman maupun saya dengar dari otoritas gereja saya, kurang lebih demikian:

1.Demi terwujudnya kerukunan dan kehidupan social yang harmonis di mana kita tinggal, kita boleh menghadiri Natal di masa Adven, entah itu Natal STM, Marga, Instansi tetapi bukan sebagai orang yang berperan aktif dalam perayaan tersebut.

2.Setelah memasuki Minggu Gaudete, umumnya setelah memasuki Minggu Adven III, kalau terpaksa dan demi terciptanya semangat ekumenis kita boleh merayakan Natal sebagaimana disebutkan dalam poin pertama di atas.

3.Kita menghadiri perayaan-perayaan Natal tersebut sebagai persiapan Natal atau bahasa krennya, menyongsong Natal.

Memang persoalan semacam ini mungkin terjadi di mana kalangan Katolik menjadi minoritas. Dan dari pelbagai persoalan dikemukakan, tetap saja belum menjawab “keterpecahan” saya ketika sudah memasuki bulan Desember. Dengan demikian, kalau kita ingin merayakan Natal bersama keluarga, Marga, STM, dsb, sebaiknya dirayakan setelah Malam Natal, setelah hari Natal.

Sorang Tumanggor

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun