Dalam Pilkada masih mungkin ada partai politik yang cenderung cari aman dan akan berdiri di pasangan calon yang paling berpeluang untuk memenangkan kontestasi dengan tetap mendesakan berbagai tawaran politik sebagai upaya rasional untuk tetap berada pada posisi saling menguntungkan, bahkan masih mungkin ada partai politik yang dengan caranya memberikan dukungan formal dan informal kepada kedua kandidat sesuai dengan strategi dan taktik partai politik.
Kondisi ini tidak terlepas dari arahan strategi yang dimainkan oleh pengurus partai politik di tingkat wilayah dan ditingkat pusat. Disini, komitmen, konsistensi dan kejujuran politik akan diuji, memilih memperjuangkan platform partai politik sekaligus menegaskan garis perjuangan dan garis koalisi di daerah atau melepaskan semua kepentingan itu untuk lebih rasional mengambil pilihan aman untuk mendukung pasangan yang secara survey diyakini dapat memenangkan pilkada.
Kemungkinan Poros Baru
Lahirnya poros baru dalam pilkada Ciamis bukan sesuatu yang tidak mungkin, tentu banyak syarat yang harus dipenuhi; pasangan calon yang memiliki gabungan elektabilitas tidak kurang dari 25%, ada partai yang siap menjadi perahu politik dan ada potensi biaya politik yang dinilai mengimbangi kedua pasangan calon yang terlebih dahulu diasumsikan memiliki pesyaratan perahu dan biaya politik yang memadai.
Jika syarat minimal tersebut tidak terpenuhi maka, proses membangun opini adanya poros baru harus diyakini sebagai langkah politik yang lahir dari kepentingan politik salah satu kandidat terkuat dengan tujuan untuk memecah peta kekuatan salah satunya.
Yang paling rentan terganggu dengan adanya poros baru adalah pasangan yang secara elektabilitas memiliki pemilih paling rentan. Pada umumnya strong voter yang banyak dimiliki oleh pasangan incumbent. Bukan dari seberapa banyak kekuatan partai politik yang mendukungnya, karena terbukti dari beberapa pilkada, kekuatan partai politik tidak selalu linier dengan megguatnya dukungan pemilih.
***
Sebagai incumbent tentu Iing tidak mau kontestasi pilkada terlalu sulit untuk dimenangkan, pilihan untuk melanjutkan pasangan menjadi lebih rasional untuk diambil, terlepas dari upaya mengkapitalisasi Jakarta Effect (konsekuensi dari parpol pengusung) yang dilakukan oleh kelompok yang berseberangan, Iing- Oih adalah pasangan yang tepat untuk mengaplikasikan strategi menyerang yang hebat adalah dengan pertahanan yang baik.
Di posisi berlawanan, konsolidasi mayoritas partai politik untuk menarik sebanyak-banyaknya dukungan pemilih oleh penantang adalah pilihan yang paling rasional untuk membuat peluang kemenangan menjadi berimbang, kompetitif dan tidak berat sebelah.
Bagaimana agar kekuatan penantang menjadi sangat besar, kuncinya adalah dalam proses menetapkan siapa kandidat cawabup yang akan menjadi pasangannya, jika kekuatan parpol dan personal kandidat penantang diasumsikan akan mampu mengimbangi kekuatan pasangan incumbent, maka cara yang tepat dan paling masuk akal untuk memenangkan kontestasi adalah menghadirkan calon wakil bupati yang memiliki kekuatan personal, jaringan politik yang tidak memiliki irisan langsung dengan modal politik yang sudah ada.
Siapa kandidat tersebut, tentu salah satu ukurannya adalah kandidat yang bukan datang dari partai politik, ia memiliki keunggulan kompetitif secara jaringan dan personality yang dibuktikan dari hasil survey yang secara trend dikategorikan positif, sehingga dengan dukungan parpol yang banyak dan kuat, ditambah kekuatan bakal calon bupati dengan segala potensinya, ditambah dengan kekuatan bakal calon wakil bupati dengan segala potensinya akan mendekatkan pada peluang kemenangan yang sama besar dengan peluang pasangan incumbent.