Hikayat Martabat Tujuh merupakan salah satu karya sastra Melayu klasik yang memiliki nilai historis dan religius yang tinggi. Karya ini tidak hanya menyajikan kisah tentang konsep kosmologi dan spiritualitas dalam Islam, namun juga menggambarkan sejarah pemikiran dan kebudayaan di Nusantara pada masa lampau. Hal yang menarik dari hikayat ini adalah puisi yang terkandung di dalamnya, yang sering disebut dengan puisi kesejarahan. Puisi sejarah adalah bentuk puisi yang mengandung nilai-nilai sejarah dan mencerminkan peristiwa atau tokoh-tokoh penting pada masa itu. Salah satu karya sastra Melayu yang mengandung unsur kesejarahan adalah "Hikayat Martabat Tujuh". Hikayat ini merupakan salah satu hikayat klasik yang banyak mengandung ajaran tasawuf dan filsafat yang berkembang di dunia Melayu pada masa lampau.
Definisi Puisi Historisitas
Puisi historisitas adalah puisi yang merefleksikan peristiwa sejarah, nilai-nilai budaya, dan pandangan dunia pada masa tertentu. Dalam konteks Hikayat Martabat Tujuh, puisi-puisi ini tidak hanya sebagai sarana ekspresi seni, tetapi juga sebagai media untuk merekam dan menyampaikan pengetahuan tentang sejarah dan filosofi keagamaan.
Sejarah Terbentuknya Konsep Martabat Tujuh
Konsep Martabat Tujuh dalam tasawuf sudah ada sejak zaman dahulu. Konsep ini berkembang pesat di Indonesia, terutama setelah kedatangan para wali songo, sembilan tokoh sufi yang menyebarkan agama Islam di Indonesia pada abad ke-15. Para wali songo menyebarkan ajaran Islam dengan cara yang berbeda-beda tergantung pada keadaan dan budaya masyarakat setempat. Salah satu ajaran penting yang mereka sebarkan adalah konsep Tujuh Martabat, yang mengajarkan bahwa setiap manusia harus mencapai tujuh martabat spiritual yang berbeda untuk mencapai kesatuan dengan Tuhan. Setiap martabat mewakili tingkat kesadaran yang lebih tinggi dan lebih dekat dengan Tuhan. Ketujuh martabat tersebut adalah sebagai berikut:
- Martabat Alam Ahadiyah
Martabat Alam Ahadiyah adalah sebuah konsep yang menggambarkan kesatuan dan keesaan Tuhan dalam semua aspek kehidupan. Konsep ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.
- Martabat Alam Wahdah
Martabat Alam Wahdah adalah konsep yang mengajarkan tentang keesaan Allah yang utuh dan tidak terbagi-bagi. Konsep ini menunjukkan bahwa Allah adalah satu-satunya wujud yang benar dan tidak ada yang lain selain Dia.
- Martabat Alam Wahidiyah
Martabat Alam Wahidiyah adalah sebuah konsep yang mengajarkan bahwa Allah adalah satu-satunya wujud yang benar dan tidak terbagi-bagi serta tidak memiliki aspek-aspek yang berbeda. Konsep ini menekankan bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini berasal dari Dia semata.
- Martabat Alam Ruh
Martabat Alam Ruh adalah konsep yang menggambarkan keberadaan ruh sebagai bagian dari esensi manusia yang dapat mencapai kesatuan dengan Tuhan melalui proses spiritual. Konsep ini menunjukkan bahwa manusia memiliki aspek spiritual yang dapat menghubungkannya dengan Tuhan.
- Martabat Alam Mitsal
Martabat Alam Mitsal adalah sebuah konsep yang mengajarkan bahwa manusia memiliki aspek yang terhubung dengan alam semesta dan segala isinya. Konsep ini menunjukkan bahwa manusia memiliki hubungan yang erat dengan alam semesta dan dapat belajar darinya.
- Martabat Alam Ajsam
Martabat Alam Ajsam adalah konsep yang mengajarkan tentang kesatuan antara tubuh dan jiwa manusia. Konsep ini menunjukkan bahwa tubuh manusia adalah wadah bagi jiwa yang memungkinkan manusia untuk mencapai kesatuan dengan Tuhan.
- Martabat Alamiah Insan Kamil
Martabat Alamiah Insan Kamil adalah konsep yang menggambarkan manusia sebagai makhluk sempurna yang mencapai kesatuan dengan Tuhan melalui proses spiritual yang panjang. Konsep ini menunjukkan bahwa manusia dapat mencapai kesempurnaan dalam diri mereka melalui proses spiritual yang berkelanjutan.
- Martabat tujuh dalam tasawuf dan kehidupan sehari-hari
Martabat tujuh dalam tasawuf tidak hanya penting bagi para pengikut keyakinan mistik, tetapi juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ini mengajarkan bahwa setiap orang harus terus berusaha untuk meningkatkan kesadaran spiritualnya dan mencapai tujuan yang lebih tinggi dalam hidup. Dalam kehidupan sehari-hari, Martabat Tujuh dapat diartikan sebagai tujuh tingkatan untuk memahami kehidupan dan menggali makna hidup yang sesungguhnya.
Untuk mencapai Martabat Tujuh, seseorang harus terus belajar dan mengembangkan diri dengan berbagai cara, seperti membaca kitab suci, bermeditasi, dan melakukan perbuatan baik.
Analisis Unsur Dan Makna
Puisi-puisi dalam Hikayat Tujuh Martabat sering mengandung unsur-unsur berikut:
1. Simbolisme kosmologis: Banyak puisi dalam hikayat menggunakan simbol-simbol alam semesta untuk mengilustrasikan konsep-konsep ketuhanan dan penciptaan. Sebagai contoh, langit dan bumi sering digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan hubungan antara Tuhan dan makhluknya.
2. Nilai-nilai Sufi: Hikayat ini kaya akan ajaran-ajaran sufi yang tercermin dalam syairnya. Nilai-nilai seperti tauhid (keesaan Tuhan), fana (melebur ke dalam Tuhan) dan baqa (kekal bersama Tuhan) sering menjadi pusat perhatian.
3. Kritik Sosial dan Moral: Beberapa puisi juga mengandung kritik terhadap kondisi sosial dan moral pada masa itu. Ini mencerminkan kesadaran penulis terhadap realitas sosial dan keinginannya untuk memperbaiki keadaan.
4. Konteks Sejarah dan Kebudayaan: Puisi-puisi ini sering kali merujuk pada peristiwa sejarah dan tokoh-tokoh penting dalam sejarah Islam dan Nusantara. Ini membantu memperkaya pemahaman kita tentang latar belakang budaya dan sejarah pada masa itu.
Contoh Puisi dalam Hikayat Martabat Tujuh
Berikut adalah salah satu contoh puisi yang menggambarkan konsep martabat dalam Hikayat Martabat Tujuh:
Contoh Kutipan :Langit dan bumi tempat cerminan,
Martabat tujuh di dalam kesatuan,
Hendaklah insan menginsafi jalan,
Mencari makrifat di alam semesta ini.
Puisi ini menggunakan simbol langit dan bumi untuk menggambarkan konsep martabat tujuh, sebuah ajaran sufistik yang mengajarkan tentang tahapan-tahapan spiritual menuju pengetahuan dan kesatuan dengan Tuhan.
Contoh kutipan: "Siang malam tak henti aku berkelana,
Mencari hakikat diri di alam fana,
Dalam relung hati terdalam,
Kudapati cahaya-Nya terang benderang."
Puisi-puisi ini sering kali menceritakan tentang perjalanan spiritual seseorang dalam mencari makna hidup dan jati diri.
Contoh kutipan: "Dalam sujud aku berserah,
Menyatu dalam lautan kasih-Mu,
Hapuslah jarak dan ruang,
Dalam nafas yang satu, aku dengan-Mu."
Tema ini mengungkapkan hasrat dan kerinduan seorang hamba untuk bersatu dengan Sang Pencipta.
Contoh kutipan: "Hati yang bersih, cermin cahaya,
Menyerap hikmah dari Sang Maha,
Dalam sunyi ku temukan makna,
Semua yang ada, kembali pada-Nya."
Puisi-puisi ini juga memuat ajaran-ajaran kebijaksanaan yang mengarahkan pembacanya pada pencerahan spiritual.
Kesimpulan
Puisi-puisi dalam Hikayat Martabat Tujuh tetap relevan hingga saat ini, karena mengandung nilai-nilai universal yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan modern. Selain itu, puisi-puisi ini juga memberikan wawasan tentang sejarah dan budaya Melayu, serta memperkaya khazanah sastra Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H