Mohon tunggu...
Sopian Purba
Sopian Purba Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswa

saya sopian purba mahasiswa universitas negeri medan saya memiliki minat dan ketertarikan di bidang kuliner maka dari itu saya kuliah mengambil jurusan pendidikan tata boga, selain hobi memasak saya memiliki hobi bernyanyi dengan bernyanyi saya merasa lebih tenang dan damai.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kampung Cirendeu dengan Berbagai Adat dan Ceritanya

9 Maret 2024   01:18 Diperbarui: 9 Maret 2024   01:31 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum mobilisasi dari UPI ke kampung cireundeu, terlebih dahulu kami sarapan bersama serta berdoa selanjutnya kami menuju ke kampung cireundeu. Setelah tiba di lokasi kampung cireundeu kami mengikuti kegiatan penerimaan oleh tokoh masyarakat yang ada di cireundeu setelah selesai penerimaan dilanjutkan dengan mendengarkan penjelasan mengenai angklung bunci dan cara memainkan angklung buncis tidak hanya itu kami juga mendengar penjelasan mengenai makanan pokok yang dimakan oleh warga cireundeu yaitu nasi singkong serta bagaimana cara pembuatannya, kegiatan terakhir ditutup dengan diskusi bersama dan makan siang.

Penjelasan:

Angklung Buncis merupakan alat musik yang tidak terpisahkan dari upacara Seren Taun dan biasanya dimainkan saat upacara tersebut berlangsung. Angklung Buncis dikembangkan oleh masyarakat adat Paseban, dinamakan Angklung Buncis karena lagu yang dimainkan adalah lagu Buncis, juga karena kata Buncis memiliki arti tersendiri yaitu "Budaya Urang Nurutkeun Ciri Sunda". 

Angklung ini dibuat dari bambu hitam yang berumur 3-4 tahun. Bagian bawah sampai tengah bambu digunakan sebagai rangka dan bagian tengah sampai atas bambu digunakan sebagai bahan utama membuat angklung. Angklung buncis
Yang masi dijaga di kampung cirendang yaitu Kecapi suling, degung, karending, seni tari, pencak silat, kesenian gondang.
Angklung buncis merupakan salah satu angklung tradisi yang ada di sunda, angklung tradisi bernada pentatonis, pentatoni terdiri dari lima tangga nada yaitu da-mi-na-ti-la.

Selain belajar mengenai angklung buncis kami juga belajar mengenai nasi singkong,Sebagian penduduk Cireundeu  mulai mengkonsumsi nasi singkong pada tahun 1918 tujuan utamanya untuk memerdekakan lahir batin, sebagai bentuk protes kepada penjajahan. Ibu omah asnama yang pertama kali memunculkan dan mengajarkan nasi singkong, proses membuatan nasi singkong sendiri terbagi menjadi 7 langkah yaitu kupas, cuci,parut, peras (terjadi selama 2 proses), tumbuk, jemur, ayak. Tidak hanya isi dari singkong saja yang dapat dimanfaatkan namun kulit singkong juga bisa dimanfaatkan dan tidak di buang dikembangkan menjadi makanan yang disebut dengan hededemes sedangkan kulit hitam terluar dijadikan pupuk seda ngkan sisa dari parutan singkong bagian kecil akan diproses untuk pembuatan tape dan dibuat ketika ada hajatan. 

Jadi, tidak satupun bahan dari singkong yang tebuang. Kenapa harus singkok, karna dibumi pasundan tumbuhan yang banyak ditanam itu singkong. Jadi intinya apa yang menjadi potensi di suatu daerah tersebut, maka itu lah dimanfaatkan sebagai bahan makanan seharusnya. Endapan air perasan ubi lapisan pertama dibuang, lapisan kedua menjadi kerupuk, lapisan ketiga menjadi aci. 

Endapan akan dilakukan selama 24 jam. Adapun alat yang digunakan dalam proses pembuatan nasi singkong yaitu jubleg/tumbukan. Proses penumbukan harus sampai halus untuk menciptakan nasi yang enak. Proses terakhir adalah pengayakan. Setelah diayak barulah akan bisa diolah menjadi nasi, mie, brownies, cendol, atau yg lainnya. Proses masak nasi nya dicampur terlebih dahulu dengan air sampai membentuk adonan, setelah itu dikukus.

Pengalaman yang saya dapatkan dari berkunjung ke kampung cireundeu ini cukup banyak selain yang saya sampaikan diatas saya juga jadi tahu bahwa makanan apapun yang masuk kedalam kuburan (perut) itu adalah sumber kekuatan dan padi tidak di konsumsi bukan berarti tidak dihargai keberadaannya melainkan bentuk dan cara menghargai setiap orang berbeda-beda contohnya saja warga cireundeu yang tidak mengkonsumsi nasi beras tetapi tetap menaruh padi didalam rumah( gua Ibu) sebagai bentuk penghargaan bahwa padi adalah simbol dari kesuburan.

Editor : Salsa Solli Nafsika

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun