Saya hanya ingin mengingatkan saja bahwa motivasi kita menikah hendaknya semata untuk ibadah. Adapun yang lainnya adalah sebagai ‘sampingan’ saja. Artinya semua tujuan-tujuan pernikahan itu –dalam kondisi normal-- dengan sendirinya akan didapatkan.Â
Kalau dalam kondisi tertentu? Apakah kita masih tetap bisa mempertahankan pernikahan? Misalnya, kita menikah karena memiliki tujuan untuk menyalurkan hasrat biologis kita kepada pasangan kita. Tetapi dalam perjalanannya, pasangan kita tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual kita. Entah karena penyakit atau karena musibah yang lainnya seperti kecelakaan, apakah kita masih bisa bahagia dengan pasangan kita? Kalau tujuannya hanya sekeadar untuk itu, maka saya yakin tidak akan bisa kita mempertahankan biduk rumah tangga.
Contoh lain, ketika rumah tangga yang kita bangun karena mengharapkan hadirnya malaikat-malaikat kecil yang imut dan lucu dalam keluarga kita. Namun ternyata, Tuhan belum memberikan kepada kita buah hati yang kita idam-idamkan hadir di tengah-tengah rumah tangga, apakah kita masih bisa bahagia dengan pasangan kita? Kalau niatnya hanya karena ingin punya keturunan bisa dipastikan ketidakhadiran buah hati bisa menjadi penyebab retaknya rumah tangga.
Namun demikian, di sekeliling kita masih banyak kita saksikan pasangan suami istri yang masih bisa merasakan bahagia, masih harmonis, penuh rasa syukur walaupun beberapa tujuan dari berumah tangga tidak ia dapatkan. Sebaliknya, banyak juga terjadi keretakan rumah tangga berawal karena tidak tercapainya beberapa tujuan yang tadi disebutkan.
Apa yang membedakan? Motivasi menikah karena ingin beribadah, itulah yang membedakan. Ketika kita menikah dengan tujuan untuk beribadah maka kita pun akan merasa bahwa semua yang hadir dihadapan kita adalah anugerah dari Tuhan yang harus kita syukuri dan kita jaga. Dan ketika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan kita, maka kita pun menerimanya dengan lapang dada.
Ketika mindset seperti ini yang kita kembangkan maka saya yakin apapun permasalahan rumah tangga bisa kita selesaikan dengan baik, kita tetap bahagia apapun keadaan yang terjadi dengan keluarga kita, dengan pasangan kita. Jika kita ingin menikah untuk bahagia, bukan untuk menderita, maka jadikan semua aktivitas rumah tangga kita, jadikan motivasi pernikahan kita, untuk beribadah kepada Tuhan semata.
Â
Cibungbulang, 9/01/2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H