Dalam teorinya mengenai Emotional Intelligence, Daniel Goleman juga memberikan wawasan penting tentang pengembangan kecerdasan emosi pada anak usia dini. Menurut Goleman, kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi secara positif. Kecerdasan emosi tidak hanya penting bagi orang dewasa, tetapi juga esensial dalam perkembangan anak-anak, termasuk anak usia dini (0-6 tahun), di mana pondasi emosional mulai terbentuk dan mempengaruhi perilaku serta hubungan sosial di masa depan.
Pada anak usia dini, Goleman menggarisbawahi beberapa aspek penting dalam perkembangan kecerdasan emosi, yaitu:
1. Kesadaran Diri (Self-Awareness) Pada usia dini, anak-anak mulai menyadari emosi dasar seperti marah, senang, sedih, dan takut. Mereka mulai mengenali perasaan ini, meskipun belum sepenuhnya mampu menamainya atau memahami penyebabnya. Peran orang tua dan pengasuh sangat penting dalam membantu anak menyadari dan mengekspresikan emosi dengan tepat.
2. Pengaturan Diri (Self-Regulation) Pengaturan diri adalah kemampuan untuk mengendalikan emosi, dorongan, dan perilaku. Pada usia dini, kemampuan ini belum sepenuhnya berkembang, sehingga anak sering kali menunjukkan perilaku impulsif atau tantrum.
3. Motivasi (Motivation) Motivasi yang positif adalah kunci perkembangan emosional pada anak. Goleman menyarankan pentingnya mendukung anak dalam mencoba hal-hal baru dan berusaha menyelesaikan tugas sederhana, karena ini dapat meningkatkan kepercayaan diri dan tekad mereka. Anak yang termotivasi untuk mencoba dan mengatasi tantangan akan lebih mudah membangun ketahanan emosi.
4. Empati (Empathy) Empati mulai berkembang pada usia dini, meskipun pemahaman penuh tentang perasaan orang lain membutuhkan waktu. Anak-anak pada tahap ini belajar memahami bahwa orang lain juga memiliki emosi. Melalui bermain peran atau berbagi, anak dapat mulai memahami bahwa tindakan mereka dapat mempengaruhi orang lain.
5. Keterampilan Sosial (Social Skills) Pada usia dini, anak mulai belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Goleman menyarankan bahwa interaksi sosial ini penting dalam mengembangkan kemampuan komunikasi, kerjasama, dan pemecahan konflik.
.Strategi Pengembangan Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini
Goleman menekankan beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua dan pengasuh untuk mendukung perkembangan kecerdasan emosi anak, di antaranya:
Menjadi Teladan Emosi yang Sehat: Anak belajar banyak melalui pengamatan. Jika orang tua dapat mengelola emosinya dengan baik, anak akan belajar meniru perilaku ini.
Melatih Anak Menamai Emosi: Membantu anak menamai perasaan mereka, misalnya sedih, senang, atau  marah, bisa meningkatkan kesadaran emosi mereka dan membantu mereka mengekspresikan perasaan secara sehat.
Memberikan Penghargaan untuk Pengaturan Diri yang Baik: Pujian dan dorongan saat anak mampu mengatur emosi dengan baik dapat memperkuat perilaku positif mereka.
Pentingnya Pengembangan Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini
Menurut Goleman, pengembangan kecerdasan emosional pada anak usia dini membantu mereka dalam membangun hubungan sosial yang sehat, meningkatkan kepercayaan diri, dan mengatasi stres. Anak yang memiliki kecerdasan emosional tinggi cenderung lebih mampu menghadapi tantangan, mengelola konflik, dan beradaptasi dalam lingkungan sosial, yang menjadi modal penting bagi keberhasilan di masa depan.
Dengan membangun kecerdasan emosi sejak usia dini, anak akan memiliki dasar yang kuat untuk pertumbuhan mental dan emosionalnya, memungkinkan mereka untuk menjadi individu yang lebih seimbang, bahagia, dan sukses dalam kehidupan mereka.Analisis Teori Daniel Goleman dalam Perkembangan Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini" oleh Risma Chintya dan Masganti Sit, yang dipublikasikan dalam jurnal Absorbent Mind: Journal of Psychology and Child Development.Â
"Kecerdasan Emosional dalam Perspektif Daniel Goleman (Analisis Buku Emotional Intelligence)" oleh Fauziah Mahnizar Nasution, Hasnah Nasution, dan Aprilinda M. Harahap, yang dipublikasikan dalam jurnal Ahkam: Jurnal Hukum Islam dan Humanior"Meditation as an Intervention in Stress Reactivity" (1976), yang membahas meditasi sebagai intervensi dalam reaktivitas stres.
"Meditation and Consciousness: An Asian Approach to Mental Health" (1976), yang mengeksplorasi meditasi dan kesadaran dalam konteks kesehatan mental. Kepemimpinan yang Adaptif: Goleman mengidentifikasi enam gaya kepemimpinan yang dipengaruhi oleh EQ, seperti pemimpin visioner dan afiliasi, yang dapat meningkatkan motivasi dan kolaborasi tim.Â
Pengembangan Karyawan: Program pelatihan yang berfokus pada peningkatan EQ membantu karyawan mengelola emosi, membangun hubungan, dan meningkatkan kinerja.Â
Pengambilan Keputusan: Manajer yang memiliki EQ tinggi lebih baik dalam memahami dinamika tim dan membuat keputusan yang mempertimbangkan emosi, sehingga menciptakan lingkungan kerja yang positif.Â
Peningkatan Kinerja: Karyawan dengan EQ tinggi mampu mengatasi stres dan berempati, yang meningkatkan pelayanan dan kinerja secara keseluruhan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI