Mohon tunggu...
Dade Yasin
Dade Yasin Mohon Tunggu... -

Saya hanya seorang yg biasa-biasa sj dan memiliki minat terhadap pengelolaan negara yg baik dan bebas korupsi (KKN).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

AMNESTI TKI: MENGAPA HARUS "RICUH"

11 Juni 2013   14:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:12 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Para TKI di Arab Saudi membuat kericuhan di KBRI Riyad dengan "bakar-bakaran" dan lemparan batu?botol. Kata Menaker yang dibakar cuma plastik...... Weleh weleh pe mentereeeee....

Peristiwa-peristiwa antri-mengantri di Indonesia dan yang melibatkan Indonesia seperti di KBRI Riyadh mulai dari antrian pembagian sembako, Bantuan langsung Tunai (BLT), nanti BLSM, zakat, daging qurban, dll selalu saja diwarnai dengan kericuhan yang merugikan pihak-pihak yang terlibat. Pengantri yang nota bene masyarakat kecil (bukan miskin) jadi korban kelelahan karena terlalu lama antri, terinjak-injak sampai mati karena berdesak-desakan (takut tidak kebagian). Pemberi zakat juga jadi korban karena jadi tersangka/terpidana "kelalaian yag mengakibatkan orang lain meninggal dunia".

Saya pernah menulis tentang SOP pembagian daging qurban di Kompasiana ini dan banyak mendapat respon positif sebagai tulisan yang bermanfaat. Khusus dengan amnesti tki ini sebenarnya jika diterapkan SOP yang baik, in sya Alloh tidak akan menimbulkan kericuhan.

Amnesti TKI oleh Kerajaan SA seharusnya direspon dengan baik oleh KBRI dengan menetapkan SOP (standard Operating Prosedur) yang dapat mengakomodir para TKI yang membutuhkannya.

Tulisan di bawa ini (SOP Amnesti TKI) sudah saya email ke BNP2TKI, KBRI Riyadh, dan Konjen Jeddah. Sampai saat ini belum ada jawaban dari mereka walau hanya sekedar ucapan terima kasih kepada warga negara yang "care" atas permasalahan tersbut.

Prinsip-prinsip SOPnya adalah sbb.:

1. Seluruh TKI yang memerlukan amnesti TKI harus terlayani. Jumlah TKI yang membutuhkan harus dibandingkan dengan waktu yang tersedia sehingga dapat ditetapkan jumlah layanan per hari. Kalau diperlukan tenaga pelayanan harus ditambah.

2. Pastikan kepada para TKI bahwa mereka akan dapat dilayani tetapi harus antri dan waktu (hari)nya dapat diperkirakan/ ditentukan dimuka.

3. Berikan kepada semua TKI yang datang dan memenuhi persyaratan nomor urut pelayanan. Yang datang duluan dilayani duluan.

4. Dengan data pada butir 1 dan 3 dapat ditetapkan kapan para TKI akan dapat dilayani. Jika kemampuan layan perhari 6.000 orang maka pada hari pertama hanya akan dilayani dari mulai nomor 1 sampai dengan nomor 6.000 sehingga nomor 6.001 sampai dengan nomor 12.000 akan dilayani pada hari kedua. Demikian seterusnya.

Selain hari, maka perkiraan jam layanan untuk para TKI juga dapat diperkirakan sehingga para TKI tidak perlu berbondong-bondong dan menunggu lama dari pagi sampai dengan sore di bawah teriknya sengatan mata hari.

5. Para petugas di KBRI juga seharusnya sensitif dengan kemungkinan-kmungkinan terjadinya peristiwa negatif yang mempermalukan citra NKRI.

Terima kasih kalau masukan saya ini diperhatikan. Jika tidak tidak apa-apa hanya tunggu saja kerusuhan demi krusuahan dalam sistem antrian akanterulang dan terulang lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun