Apa itu resistensi obat?
Resistensi obat adalah kondisi di mana mikroorganisme seperti bakteri menjadi kebal atau tahan terhadap obat-obatan yang sebelumnya efektif untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme penyebab penyakit.
Krisis resistensi antibiotik telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan global baik dari keselamatan pasien hingga kondisi ekonomi pada bidang kesehatan. Kejadian ini telah mengurangi efektivitas obat-obatan yang selama puluhan tahun menjadi pilihan utama dunia medis dalam melawan infeksi bakteri. Situasi ini bukan sekadar masalah kesehatan biasa, melainkan masalah serius yang membutuhkan respons cepat dan inovatif dari industri farmasi.
Mengapa resistensi antibiotik bisa terjadi?
Peningkatan kasus resistensi antibiotik tidak terjadi secara tiba-tiba. Penggunaan antibiotik yang tidak bijak mulai dari peresepan yang tidak sesuai dosis hingga konsumsi tanpa pengawasan medis menyebabkan bakteri untuk bermutasi dan lebih mengenal obat sehingga bakteri meningkatkan pertahanan diri terhadap obat-obatan yang ada. Di Indonesia, situasi ini diperparah oleh kemudahan akses terhadap antibiotik tanpa resep dokter, meskipun aturan resmi telah melarang praktik tersebut.
Bagaimana penanganan dari farmasi?
Industri farmasi sebagai peran utama dalam pengembangan obat-obatan saat ini menghadapi tantangan besar untuk penanganan resistensi antibiotik. Berikut beberapa peran farmasi dalam mengatasi permasalahan resistensi obat:
1. Inovasi dalam Penelitian dan Pengembangan Obat
Salah satu inovasi yang diciptakan adalah pengembangan bakteriofag, virus yang secara alami dapat menginfeksi dan menghancurkan bakteri spesifik. Terapi fag melakukan pendekatan yang lebih akurat dibandingkan antibiotik standar. Keunggulan ini ada pada kemampuan untuk menargetkan bakteri tertentu tanpa mengganggu bakteri baik dalam tubuh manusia.
Inovasi lain yaitu pengembangan antibodi monoklonal yang dirancang khusus untuk melawan bakteri resisten. Teknologi ini sukses mengenali dan menghancurkan bakteri patogen secara selektif dalam pengobatan kanker. Meskipun masih dalam tahap pengembangan, inovasi ini menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam uji klinis awal.
2. Program Edukasi Kesadaran MasyarakatÂ
Memberi edukasi kepada masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang tepat berperan sangat penting. Apoteker sebagai profesional kesehatan yang paling memahami obat dapat mendidik pasien mengenai penggunaan antibiotik. Mereka dapat memberikan informasi tentang kapan antibiotik diperlukan dan tidak diperlukan, serta menjelaskan konsekuensi dari penggunaan yang tidak tepat. Program edukasi kesadaran publik yang melibatkan apoteker dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang resistensi antibiotik dan memotivasi perilaku penggunaan yang lebih bijak.
3. Pengawasan dan Kebijakan Penggunaan Antibiotik
Farmasi juga berperan dalam pengawasan penggunaan antibiotik di rumah sakit dan komunitas. Pelaksanaan aturan pengendalian infeksi yang ketat dan program pemantauan penggunaan antibiotik dapat membantu mengidentifikasi pola penggunaan yang tidak tepat dan mengurangi penyebaran resistensi. Selain itu, pemerintah dan lembaga kesehatan harus menetapkan kebijakan yang mendukung penggunaan antibiotik secara tepat, termasuk aturan ketat terhadap penjualan antibiotik tanpa resep. Salah satu strategi yang mulai diterapkan "stewardship" antibiotik, yaitu program yang memastikan penggunaan antibiotik secara bertanggung jawab. Program ini mencakup pengembangan tes diagnostik cepat untuk memastikan penggunaan antibiotik yang tepat sasaran.
4. Kolaborasi Lintas Sektor
Menghadapi krisis antibiotik memerlukan kolaborasi dari berbagai sektor, termasuk pemerintah, industri farmasi, lembaga kesehatan, dan masyarakat. Kerja sama ini dapat mencakup pelaksanaan penelitian berlanjut, pemberian data tentang resistensi, serta pengembangan kebijakan tentang penggunaan antibiotik yang bertanggung jawab. Program-program global seperti Global Antimicrobial Resistance Research and Development Hub (GAMR-RD Hub) juga diperlukan untuk memperkuat upaya kolaboratif dalam penelitian dan pengembangan obat-obatan.
5. Meningkatkan Penggunaan Obat Generik dan Alternatif
Penggunaan obat generik harus ditingkatkan sebagai langkah untuk mengurangi biaya perawatan kesehatan dan meningkatkan ketersediaan obat. Selain itu, penelitian tentang obat-obatan herbal atau terapi alternatif juga perlu dilakukan untuk menemukan solusi baru dalam pengobatan infeksi jangka panjang. Namun, penting untuk memastikan bahwa alternatif ini telah terbukti aman dan efektif melalui uji klinis yang ketat.
Kombinasi antara pengobatan standar dan alternatif dapat memberikan manfaat yang lebih baik bagi kesehatan. Di Indonesia, beberapa perguruan tinggi telah memulai penelitian tentang potensi bahan alam sebagai alternatif antibiotik dengan memanfaatkan kekayaan biodiversitas lokal.
Â
Kesimpulan
1. Resistensi obat adalah masalah serius kesehatan global di mana bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik yang sebelumnya efektif untuk menyembuhkan penyakit.
2. Penyebab utama resistensi adalah penggunaan antibiotik yang tidak bijak, termasuk peresepan yang tidak sesuai dan konsumsi tanpa pengawasan medis.
3. Industri farmasi mengambil beberapa peran dalam mengatasi resistensi melalui:
  - Inovasi pengembangan obat (bakteriofag dan antibodi monoklonal),
  - Program edukasi kesadaran masyarakat,
  - Sistem pengawasan dan kebijakan penggunaan antibiotik,
  - Kolaborasi lintas sektor, dan
  - Pengembangan obat generik dan alternatif.
Saran
1. Masyarakat:
  - Hindari pembelian antibiotik tanpa resep dokter,
  - Ikuti petunjuk penggunaan antibiotik dengan tepat,
  - Tingkatkan pemahaman tentang penggunaan antibiotik yang benar, dan
  - Mempertimbangkan pengobatan alternatif yang telah teruji.
2. Sektor Kesehatan:
  - Memperketat pengawasan penjualan antibiotik,
  - Tingkatkan program "stewardship" antibiotik di fasilitas kesehatan,
  - Mengembangkan sistem diagnostik cepat untuk penggunaan antibiotik tepat sasaran, dan
  - Lakukan penelitian berkelanjutan untuk pengembangan obat baru.
3. Pemerintah:
  - Perkuat aturan penjualan antibiotik,
  - Dukung penelitian pengembangan obat alternatif berbasis kearifan lokal,
  - Tingkatkan kerja sama internasional dalam penanganan resistensi, dan
  - Memberi anggaran dana untuk riset dan pengembangan antibiotik baru.
4. Industri Farmasi:
  - Melanjutkan inovasi pengembangan obat baru,
  - Tingkatkan produksi obat generik berkualitas,
  - Berpartisipasi aktif dalam edukasi masyarakat, dan
  - Kolaborasi dengan institusi penelitian untuk pengembangan obat alternatif.
Bagian penting bahwa solusi untuk krisis resistensi antibiotik membutuhkan pendekatan menyeluruh. Industri farmasi dengan segala sumber daya dan keahlian terus mengembangkan inovasi-inovasi ilmiah secara efektif dan aman sehingga kita memiliki alasan untuk tetap optimis melawan infeksi  bakteri di masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI