Mohon tunggu...
Sony Wartono
Sony Wartono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia Harmonis Untuk Generasi Milenial Indonesia

4 November 2022   07:02 Diperbarui: 4 November 2022   07:24 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi millennial atau biasanya disebut juga generasi Y, Netters, dan Nexters merupakan generasi yang berkembang dimana banyak inovasi-inovasi ilmu teknologi informasi. Generasi Y atau yang disebut sebagai generasi millenial adalah sekelompok anak-anak muda yang lahir pada awal tahun 1980 hingga awal tahun 2000 an. Generasi ini juga nyaman dengan keberagaman, teknologi, dan komunikasi online untuk tetap terkoneksi dengan teman-temanya. Generasi ini lebih fleksibel terhadap hal-hal yang baru dan segala kemungkinan yang mungkin terjadi, sehingga sering digambarkan sebagai generasi yang sangat nyaman dengan perubahan. Untuk menciptakan generasi millenial dengan karakter yang baik maka pengamalan sangat dibutuhkan agar generasi penerus bangsa lebih mengenal jati diri indonesia dengan memahami ciri khas bangsa, sehingga tercapai karakter generasi muda yang berjiwa harmonis demi kemajuan bangsa indonesia

Kebanyakan dari generasi milenial lebih mementingkan dirinya sendiri dan kebebasan untuk dirinya sendiri bahkan mereka cendurung hedonisme, maka dari itu perlu adanya perhatian khusus pada generasi milenial ini, terutama soal pendidikan, karna pendidikan adalah poin paling penting dalam maju mundurnya bangsa Indonesia ini, pendidikan dan generasi milenial haruslah berjalan bersamaan.

Artinya pendidikan dan generasi milenial ini haruslah harmonis, generasi milenial pada saat ini adalah generasi yang aktif dengan internet dan teknologi, oleh karena itu pendidikan harus juga bisa memanfaatkan keaktifan mereka didalam teknologi dan internet, dimana peran pemerintah sangatlah penting pada konteks ini.

Pemerintah haruslah mengupayakan media, salah satunya TV untuk menayangkan tayangan yang edukatif bagi generasi milenial, pun pemerintah harusnya di sini berperan sebagai preventif dalam tayangan-tayangan yang bebas ditonton oleh siapapun, karna pemerintah memiliki payung hukum yaitu KPI.

Jangan sampai ada tayangan-tayangan yang merusak moral dan akhlak generasi kita ini, karna dalam UUD 1945 Bab XII tentang Pendidikan dan Kebudayaan pasal 31 ayat 5 sudah jelas dinyatakan bahwa “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia”, dalam hal ini perlunya kesadaran seorang pendidik untuk mengetahui landasan pendidikan dalam pelaksanaan pendidikan, karna landasan pendidikan adalah acuan bagi seorang pendidikan untuk mendidik.

Seorang pendidikan diharuskan untuk mendidik sesuai dengan perkembangan zaman, khususnya untuk mendidik generasi milenial, dimana generasi milineal cenderung aktif dengan internet dan teknologi, jadi seorang pendidik pun harus bisa mengolah dan mengatur anak didiknya sesuai dengan zamannya pun pendidik harus bisa menyatukan antara internet, teknologi dan pendidikan, karna ini dinilai efektif melihat generasi milenial adalah generasi yang lahir sejak berkembangnya IPTEK.

Namun pada generasi milenial ini masih banyak yang menyalah gunakan IPTEK, karna mereka kurang pemahaman dan pemanfaatan IPTEK dengan baik, banyak generasi milenial ini yang karna IPTEK mereka menjadi tidak berakhlak dan tidak bermoral, karna pendidikan itu tidak hanya berbicara tentang kecerdasan secara intelektual, namun juga menumbuh kembangkan akhlak dan moral yang baik, karna masih banyak seorang pendidik yang menuntut anak didiknya untuk menjadi cerdas tanpa memperhatikan aspek akhlak dan moral anak didiknya, memang kita tidak bisa menyalahkan guru.

Belakangan, media internet tidak luput dari pembicaraan di tengah masyarakat. Setidaknya terdapat tiga media internet yang kerap dikunjungi, khususnya generasi milenial, yaitu, Facebook, Youtube, dan Instagram. Mengapa demikian? Karena ketiga media ini begitu update dalam memberikan berbagai informasi di tanah air, bahkan informasi di segala penjuru dunia. Ditambah lagi, generasi milenial dikenal begitu akrab dengan dunia cyber yang dapat diakses secara instan.Internet atau dunia cybertelah mengubah pola konsumsi generasi milenial terhadap informasi agama. Pada umumnya generasi milenial dulu mendapatkan berbagai informasi melalui media cetak. Namun, kini generasi milenial bermigrasi ke media-media konvergensi yang lebih instan dan kerap menyajikan konten secara parsial. Generasi milenial merupakan generasi yang sangat dekat dengan dunia digital. Karena menjadikan digital sebagai ruang pribadinya dalam mengakses, mendapatkan, dan membagikan semua informasi yang mereka temukan di internet.

Di zaman millenial yang lekat dengan kecanggihan teknologi, telah mengubah tren Peran dan Tantangan generasi muda. Pemuda di zaman millenial ini, memiliki peran sebagai pengisi kemerdekaan NKRI dengan menjadi agent of change, innovator, dan promoter bangsa. Tantangan yang dahulu bersifat kolonialisme, kini telah berevolusi menjadi kompetisi global. Musuh generasi muda yang harus diperangi bukan lagi penjajah bersenjata, melainkan ketidakmampuan dalam menyaingi cepatnya arus perkembangan zaman.

Perbedaan yang menjadi ciri khas kaum millenial dengan generasi sebelumnya diantaranya bahwa perkembangan teknologi sekarang ini telah menjadikan para millenial masuk ke dalam dunia digital. Inilah salah satu letak perubahan tantangan generasi muda “zaman now” sebutan bagi kaum millenial untuk menggambarkan masa kini. Setidaknya ada tiga peran pemuda di era millennials, yaitu sebagai agent of change, innovator, dan promoter bangsa.

Tumbuh di tengah perbedaan membiasakan diri kita untuk saling toleransi. Ada data dari IDN Research Institute mengenai perilaku toleransi di kalangan milenial Indonesia. Generasi milenial lebih optimis dalam memelihara toleransi terhadap sesama, dan cenderung punya satu visi dan misi yang sama untuk kejar mimpi membangun persatuan Indonesia. Mereka dapat mendengarkan dan menerima perbedaan pendapat atau ide teman walaupun beberapa ada yang tidak setuju.

Ini langkah yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan rasa toleransi dalam kehidupan sehari-hari.

  • Berteman dengan Semua Orang

Di usia produktif menjadi masa dimana mencari teman sebanyak-banyaknya. Di momen ini pula kita akan bertemu orang dengan latar belakang yang berbeda. Tapi keragaman bukan menjadi masalah kalau kita tulus dan komitmen untuk menghargai pendapat mereka ya.

  • Tidak Memotong Pembicaraan Orang

Sadar atau nggak, orang Indonesia itu senang banget untuk berdialog dan berdiskusi, apalagi mengutarakan pendapat. Tapi kadang ada kebiasaan buruk berbicara dalam forum yang suka dilakukan yaitu memotong pembicaraan orang lain, padahal apa yang disampaikan belum selesai terucap. Kalau lagi di tengah obrolan, yuk coba biasakan mendengar pembicaraan orang hingga selesai ya. Kita jadi lebih tahu apa yang sebenarnya disampaikan dan orang juga akan berbalik respect dengan kita.

  • Mengutarakan apresiasi dan kritik yang sewajarnya

Pro dan kontra dalam sebuah diskusi itu wajar. Kita pun juga bebas mengutarakan pendapat kita atau kritik yang mau disampaikan. Tinggal bagaimana cara kita menyampaikan pendapat tanpa menghakimi lawan bicara kita. Mulai lah dengan apresiasi atas pendapat yang sudah diutarakan oleh lawan bicara, kemudian baru sampaikan pendapat dan masukkan dengan tutur kata yang baik. Kamu pun juga harus mau menerima kritikan yang ada. Intinya sama-sama saling menerima. Dengan menjaga kenyamanan hati orang lain akan membawa ketenteraman dalam hidup kita dan terhindar dari konflik yang nggak perlu.

  • Kurangi menilai seseorang tanpa mengenalnya lebih dulu

Setiap orang berhak menilai sesuatu dan nggak ada yang melarang untuk berpendapat. Namun, seringkali kita langsung membuat kesimpulan pada tindakan seseorang dan dihubungkan pada beragam faktor, salah satunya ras atau suku orang tersebut. Padahal, belum tentu ras atau suku tersebut berkaitan dengan sikap orang yang kamu nilai, bisa jadi ada faktor lain yang mempengaruhinya.

Perbedaan memang nggak bisa dihindari, terlebih kita yang hidup di Indonesia dengan berbagai suku, ras dan agama. Membangun dan meningkatkan rasa toleransi sudah menjadi hal yang harus dibiasakan. Supaya kita sebagai generasi penerus bangsa ini bisa memberikan kontribusi positif buat Bangsa Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun