Permainan tradisional memiliki ciri khusus dalam memainkan salah satunya yaitu menggunakan bahan-bahan yang mudah didapatkan seperti karet gelang. Karet gelang menjadi bagian dari permainan tradisional yang dimainkan oleh anak-anak dalam berbagai jenis permainan. Beberapa bentuk permainannya mulai dari mengubah bentuk karet gelang dengan jari tangan menjadi bentuk tertentu, membuat anyaman tali yang bisa gunakan bermain lompat tali, hingga permainan uncal karet.
   Uncal karet merupakan permainan dengan menggunakan karet gelang yang digelintir sebagai alat untuk dilemparkan dengan jarak tertentu pada sasaran yang berbentuk tabel persegi bertuliskan angka 1-25. Permainan ini memiliki tujuan memasukkan karet kedalam tabel-tabel angka, bagi karet yang tidak berada tepat ditengah tabel atau masih berada diantara garis maka belum dapat dinyatakan berhasil. Permainan yang minimal memerlukan 2 pemain ini terbagi menjadi 2 peran, 1 pemain sebagai penjaga, kemudian sisa/selebihnya sebagai pelempar karet. Sifat dari permainan ini berupa kompetisi, pemain pelempar akan berusahan untuk memasukkan karet tepat pada tabel, jika lemparannya berhasil maka pelempar akan mendapatkan karet dari penjaga sejumlah angka pada tabel karet tersebut berada. Sementara penjaga akan menerima karet dari pelempar yang tidak masuk didalam tabel angka. Jenis permainan yang serupa bisa dilakukan dengan mengganti tabel angka dengan lidi berukuran 10-15 cm yang ditancapkan ke tanah. Masing masing lidi disusun secara bebas, bisa sejajar atau berbentuk persegi dengan 1 lidi ditengah. Setiap lidi memili nilai yang berbeda, ada yang 5, 10, hingga 20 sesuai kesepakatan bermain. Permainan akan berlangsung dengan melemparkan karet jika pelempar lebih dari 1 pemain maka akan melakukan secara bergantian sampai lemparan karet masuk didalam tabel. Bagi pelempar yang berhasil memasukkan karet kedalam tabel maka akan berpindah posisi sebagai penjaga atau juga bisa tetap sebagai pelempar tergantung kesepakatan.
   Permainan yang terbilang sederhana ini pada tahun 2000 awal sangat digemari oleh anak-anak hingga remaja salah satunya di Kabupaten Pati. Karet yang didapatkan biasanya bekas dari bungkus makanan, karet dari tempat sampah, hingga beli di toko. Keunikan dari permainan tradisional itu dapat memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai menjadi barang yang lebih beguna (recycle). Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa anak-anak yang sering bermain dan berinteraksi di luar akan memiliki kreatifitas tinggi yang didapatkan dari imajinasi bermain. Begitu juga dengan permainan yang dalam bahasa jawa kata "uncal" artinya "lempar" karet memiliki nilai-nilai permainan tersendiri yang dapat mengedukasi anak-anak, diantaranya:
- Interaksi sosial
   "Karena bermain butuh teman", kalimat tersebut menjadi satu kesatuan dalam melakukan kegiatan bermain. Bermain identik dengan kegembiraan, akan lebih seru lagi jika dilakukan bersama teman-teman. Melalui bermain uncal karet, para pemain akan saling berkomunikasi, berdemokrasi dalam menentukan kesepakatan bermain, hingga dilakukan pemecahan masalah bersama. Bentuk interaksi tersebut tersaji dalam permainan yang bermanfaat untuk tumbuh kembang anak-anak dalam hidup bersosial.
- Akurasi lemparan
   Jarak lempar yang dibatasi garis dengan sasaran tabel angka berjarak 3-5 m akan meberikan tantangan tersendiri bagi para pelempar karet. Pelempar harus dapat membidik sasaran dan melakukan lemparan secara terukur agar karet yang dilempar mengarah ke dalam tabel angka dan mendapatkan karet. Walaupun terbilang sederhana, aktivitas ini dapat melatih gerak motorik dan meningkatkan kemampuan akurasi.
- Kompetisi
   Permainan ini lebih bersifat pada permainan individu, setiap pemainnya akan bersaing untuk mengumpulkan karet gelang sebanyak-banyaknya. Bukan tentang cara bermainnya yang sederhana, tetapi melalui kesederhanaan itu dapat melatih mental pemain agar memiliki kepercayaan diri dan rasa optimis yang tinggi dalam memenangkan permainan maupun selama menjalani kehidupan sehari-hari. Tidak heran juga terkadang pemain penjaga melakukan kejailannya dengan meledek para pelempar karena tidak dapat menempatkan karetnya. Secara tidak langsung bagi pelempar yang mudah tersinggung akan tidak fokus dan sulit untuk mengatur lemparannya, ini juga dapat dikatakan bagian dari strategi permainan tapi tidak dengan hal-hal yang bersifat curang.
- Semangat pantang menyerah
   Sedari mendapatkan kejailan dari penjaga, pelempar yang memiliki semangat tinggi akan berusaha untuk tetap tenang dan fokus pada permainan. Dari lemparan pertama, gagal, kedua juga gagal, hingga karet habis tanpa berhasil menempatkan pada tabel angkapun akan terus dilakukan. Itulah semangat juang anak-anak yang harus dilatih agar kelak ketika memiliki harapan akan selalu memperjuangkan untuk meraihnya dengan pantang menyerah.
- Belajar numerasi
   Sasaran tabel angka diatur sesuai kesepakatan mulai dari angka 1-16 atau 25 tergantung tabel yang digunakan, jika tabelnya 16 maka angka yang diisi setiap tabelnya satu angka disusun secara acak. Bagi lemparan karet yang jatuh didalam tabel akan mendapatkan karet sejumlah angka pada tabel tersebut. Uniknya, karet yang dilempar bisa berkelipatan 2 hingga 5 tergantung kesepakatan batas maksimal karet yang digunakan. Apabila kelipatan karet yang digelintir menjadi satu jatuh dalam tabel maka karet yang didapatkan dilipatkan sejumlah karet yang ada. Misal karet yang dilempar sejumlah 2 yang jatuh pada tabel angka 10, karet yang didapatkan sejumlah 20 (2 x 10=20).
- Belajar berdagang
   Pemain akan habis-habisan dalam bermain karet, jika belum ada yang kehabisan maka permainan akan terus berlangsung. Ketika ada yang habispun terkadang masih ada semangat bermain sehingga membeli karet dari sang pemenang. Harga karet yang dijual berkelipatan Rp 100 dengan jumlah karet tertentu. Anak-anak dalam hal ini juga belajar jual beli, pembeli akan memberikan uang dan mendapatkan karet sesuai jumlah berdasarkan kesepakatan yang ada didaerah. Sementara penjual yang baik hati tidak jarang juga memberikan tambahan karet kepada pembelinya.
- Melatih kedisiplinan
   Nilai edukasi yang terakhir yaitu bagaimana sikap para pemain untuk tetap selalu disiplin atau bergantian dalam melakukan lemparan. Hal ini menghindari kesalahpahaman jika lemparan dilakukan bersama terdapat kesalahan dalam mencermati karet yang masuk didalam tabel yang justru menyebabkan perselisihan. Permainan yang dilakukan secara bergantian secara tidak langsung akan memanfaatkan kesempatannya dan memberikan kesempatan kepada pemain lain sehingga tidak timpul keegoisan. Hal ini akan berlaku selama jalannya permainan sehingga dapat membiasakan anak-anak untuk selalu disiplin.
   Baik dari laki-laki maupun perempuan sama-sama berkesempatan bermain dan akan saling bersaing secara adil. Permainan yang dimainkan dengan menggunakan bahan yang mudah didapatkan ini memiliki cara bermain yang sederhana, tetapi dari kesederhanaan tersebut tetap dimainkan dengan sungguh-sungguh sehingga akan tertanam nilai-nilai edukasi dalam permainan yang dapat memberikan manfaat untuk masa tumbuh kembang anak-anak.Â
Bermain yang diseriusin, bukan sebalinya!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H