Mohon tunggu...
Sony Sugiharto
Sony Sugiharto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Teman Bermain

Menceritakan aktivitas bermain

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pojok Main dalam Tiga Pilar Pendidikan

8 November 2022   16:08 Diperbarui: 8 November 2022   16:14 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alat-alat permainan tradisional (Dokpri)

BAB I

PENDAHULUAN

Permainan tradisional merupakan suatu hasil budaya dari kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat sehingga menjadi ciri dari daerah setempat. 

Setiap daerah pasti memiliki jenis permainan masing-masing, disetiap permainan terdapat makna sebagai pesan dari orang terdahulu yang dapat berlaku bagi manusia yang hidup sebagai mahkluk sosial sampai kapanpun. 

Pesan yang terkandung didalam permainan tradisional secara garis besar dapat mendidik karakter melalui kebiasaan yang dilakukan dalam beraktivitas, sepertihalnya kejujuran, jiwa gotong royong, hingga mengajarkan untuk selalu hidup rukun terhadap sesama. 

Dengan adanya pesan tersebut kaitannya dengan bermain tentu tidak lepas dari dunia anak-anak yang mana hal ini akan menjadi kesempatan baik bahwa dengan melalui permainan tradisional pendidikan karakter dapat diberikan sejak dini sebagai pondasi dasar sebelum menuju ke masa

selanjutnya. Akan tetapi dengan perkembangan zaman yang semakin pesat sekarang ini menjadikan masyarakat terperdaya dengan teknologi salah satunya gadget. 

Mulai orang tua yang lalai terhadap perannya dalam memberikan pendidikan kepada anaknya, maupun anakanak yang sudah dibiasakan bermain gadget dengan tanpa pengawasan yang dapat memberikan dampak negatif. 

Hal ini disatu sisi unsur kebudayaan seperti terbentang jarak yang lebar, dan pada akhirnya menjadikan terkikisnya budaya, salah satu budaya yang terkena dampak yaitu permainan tradisional. Permainan tradisional memiliki kaitan erat terhadap anak-anak sebagai aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat maupun tempat atau taman bermain.

Tantangan besar dizaman yang modern ini, segala bentuk aktivitas gerak fisik menjadi teralihkan dengan adanya gadget yang berisi game-game online dan ditambah lagi adanya perkembangan aplikasi digital yang dianggap lebih simple dan dapat menarik bagi anak-anak. 

Dampak yang dapat dilihat dari persoalan ini salah satunya yaitu anak-anak akan jarang berinteraksi dengan masyarakat maupun dengan teman sebayanya, tempat dan atau taman bermain menjadi sepi. 

Hal ini tentu tidak dapat dibiarkan, melainkan perlu adanya penanganan agar permainan tradisional tetap lestari dan dunia anak tidak diisi dengan hal-hal yang justru memberi dampak negatif. 

Oleh karena itu perlu adanya pewaris sebagai penggerak yang dapat memberi ajakan untuk bermain permainan tradisional, menyediakan peralatan permainan tradisional, hingga mengangkat kembali dunia permainan tradisional agar populer di era

modern sekarang ini. Dan pada akhirnya tempat dan atau taman bermain akan tetap digunakan atau ramai dengan adanya aktivitas anak-anak yang sedang bermain. Untuk mewujudkan ini perlu kesadaran dari masyarakat agar dapat "Menghidupkan Karya Dulu dalam Kekininian" sebagai bentuk pelestarian permainan tradisional dengan terbentuknya komunitas sebagai yang dapat melakukan kegiatan seperti melakukan program sosialisasi dan edukasi permainan tradisional, menata tempat dan atau taman bermain yang disertai dengan fasilitas permainanpermainan tradisional. 

Dengan adanya tempat dan atau taman bermain akan menciptakan lingkungan yang dapat memberikan dampak posistif, dan melalui fasilitas permainan tradisional secara tidak langsung akan mengenalkan kepada masyarakat khususnya anak-anak juga agar dapat mengurangi bermain gadget, dan selain itu akan menjadi pilihan dalam aktivitas bermain yang dapat mengolah perkembangan gerak, semula bermain sendirian menjadi secara bersama-sama dengan teman sebayanya, serta dapat mendukung masa tumbuh dan kembangnya.. 

Manfaat yang lain yaitu memberikan pendidikan karakter melalui interaksi dan implementasi dari nilai-nilai yang terkandung dalam permainan, dan dengan keberagaman manfaat yang ada dapat dimiliki oleh anak-anak untuk bekal sebagai generasi penerus bangsa kedepannya yang cerdas, kreatif, dan berkarakter. 

Dengan begitu pada akhirnya akan membuahkan hasil lingkungan yang mengedukasi. Agar dampak yang diberikan dapat tertanam kepada anak, maka perlu penerapan terhadap tiga pilar pendidikan.

BAB II

ISI

Apa jadinya jika dunia anak tidak diisi dengan aktivitas bermain?, mampukan seorang anak menikmati masanya dengan melakukan kebiasaan secara sendiri?. Pertanyaan yang ada tersebut dapat dijawab bahwa anak-anak perlu untuk melakukan aktivitas bermain sebagai bentuk pemenuhan masa tumbuh dan kembangnya, dan dalam melakukan aktivitas bermain tentu membutuhkan orang lain sebagai teman. 

Dapat dikatan bermain menjadi kebutuhan bagi anak-anak dalam melakukan aktivitas sehari-hari, hal ini seperti orang tua yang tengah bekerja untuk mendapatkan hasil guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Begitupun aktivitas bermain

yang dilakukan oleh anak-anak yang tentunya akan memberikan manfaat bagi masa tumbuh dan kembangnya. Sebagai orang tua atau orang yang lebih tua perlu menyadari kaitannya aktivitas bermain yang dilakukan oleh anak-anak. 

Dengan adanya kesadaran ini orang tua akan mengarahkan agar anak-anak melakukan aktivitas bermain yang dapat memberi manfaat bagi tumbuh dan kembang anak, disatu sisi tidak akan sedikit-sedikit melarang ketika anak sedang bermain, melainkan mendampingi selama melakukan aktivitas bermain. Peran orang tua juga akan memberikan fasilitas bermain salah satunya permainan-permainan tradisional dengan

jumlahnya mencapai 2.600 permainan yang diteliti oleh Zainal Alif, ketua umum KPOTI pusat yang tersebar di seluruh Indonesia.

Peran dari keluarga atau orang tua menjadi pemegang paling utama dalam pilar pendidikan yang disebut oleh Ki Hajar Dewantoro selain dari sekolah dan masyarakat. Hal ini menjadi catatan penting bagi orang tua untuk dapat memenuhi peran pendidikan terhadap

anaknya melalui pengarahan, pendampingan, hingga memberikan fasilitas bermain. Dengan adanya perkembangan zaman ditandai adanya teknologi yang semakin modern menjadikan kebutuhan-kebutuhan sangatlah mudah untuk dimiliki. 

Akan tetapi kemudahan tersebut perlu adanya sikap yang bijak bahwa tidak semua hal yang mudah didapat dan instans akan memberikan dampak yang positif.

Seperti halnya gadget, dengan alat sebesar genggaman tangan yang didalamnya terdapat berbagai kemudahan seperti aplikasi permaianan maupun hiburan yang dapat menarik minat anak, ternyata jika dibiasakan dalam penggunaannya akan

meberikan dampak yang negatif. Dalam penggunaan gadget yang dibiasakan akan menjadi berlebihan sehingga memberikan dampak diantaranya menjadikan kecanduan terhadap gadget, kurangnya aktivitas gerak fisik, tidak pernah berinteraksi dengan teman sebayanya maupun masyarakat, pengaruh buruk bagi kesehatan organ tubuh, hingga terhambatnya tumbuh dan kembang. 

Maka dalam persoalan ini dibutuhkan peran orang tua dalam memberikan pengarahan terhadap anaknya untuk melakukan aktivitas yang dapat memberikan manfaat bagi masa tumbuh dan kemabang anak. Tidak hanya melakukan pengarahan melainkan juga perlu

untuk memberikan pendampingan selama anak beraktivitas. Dengan itu dapat menghindari adanya dampak negatif yang diterima anak, melindungi terhadap segala pengaruh buruk yang dapat datang kapan saja, dan sebagai bentuk keharmonisan antara orang tua dengan anak. Dilain sisi penyediaan fasilitas salah satunya permainan tradisional akan menjadi daya dukung untuk anak-anak bermain dan mengoptimalkan masa tumbuh dan kembangnya. 

Tidak cukup hanya dalam lingkup keluarga, peran pendidikan disekolah menjadi peran tambahan dalam memberikan pendidikan terhadap anak. Selama di sekolah anak-anak belajar secara formal dengan mendapati ilmu pengetahuan, belajar kebiasaan baik, hingga mendapatkan pendidikan karakter. Peran dari guru dibutuhkan dalam lingkup inidan tidak lagi dari orang tua, maka dari itu perlu adanya keselarasan dalam meberikan pendidikan antara orang tua dengan guru. 

Akan tetapi ketika disekolah guru tidak sepenuhnya akan memberikan pendidikan terhadap anak mulai dari masuk jam pelajaran pertama hingga pulang sekolah, salah satunya ketika jam istirahat. 

Kebayakan ketika disekolah pada jam jam istirahat anak akan tidak terkontrol dengan kebebasan melakukan aktivitas yang disukai, sehingga tidak jarang anak akan saling ejek hingga bertengkar dengan temannya sendiri, jatuh dan berakibat luka karena melakukan aktivitas berlebihan, hingga menjadikan lingkungan kelas atau sekolah menjadi berserakan. 

Maka dari itu, agar ketika pada jam istirahat anak-anak lebih terkontrol dan kondusif perlu adanya tempat disertai fasilitas alat-alat bermain agar anak dapat memanfaatkan dengan diberikan pengarahan awal dari guru. 

Begitupun ketika dilingkungan masyarakat, peran pendidikan juga masih berlaku terhadap anak baik ketika berinteraksi dengan teman sebayanya maupun dengan orang lain atau masyarakat. Lingkungan masyarakat memberikan peran yang kuat dalam hal pendidikan, karena apa yang diterima oleh anak berasal dari berbagai sumber dan arah, sehingga tanpa adanya kontrol dan pendampingan akan berakibat masuknya dampak negatif seperti berbicara kotor, kurangnya sikap sopan santun, hingga berada dalam lingkup pergaulan bebas. 

Oleh karena itu perlu adanya penciptaan lingkungan yang baik dengan dapat memberikan kenyamanan, lingkungan yang mengedukasi bagi anak, dan yang dapat mencapai tumbuhkembang dengan baik.

Dalam masa memenuhi pendidikan baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat perlu adanya keselarasan untuk memberikan pendidikan yang berdampak positif terhadap anak, karena dengan adanya keselaran dampak yang ada akan tertanam dengan melalui kebiasan-kebiasaan yang dilakukan. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat mencakup semua tiga pilar pendidikan yaitu melalui terbentuknya "Pojok Main". 

Didalam pojok main sebagai bentuk penerapan "Kota dan Komunitas Berkelanjutan" dalam program Sustainable Development Goals (SDGs) akan memfasilitasi alat-alat permainan khususnya permainan tradisional yang dapat dimainkan oleh anak-anak, masyarakat (remaja, dewasa, dan orang tua), maupun kolaborasi antara anak dengan orang tua atau keluarga. 

Tidak hanya sebagai tempat bermain, melainkan juga dapat meningkatkan kreatifitas anak melalui kegiatan membuat alatalat permainan, membuat kerajinan maupun kegiatan kreatifitas yang lain. 

Selain itu dengan adanya pojok main diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang baik sehingga dapat dikatakan sebagai tempat yang mengedukasi. Pojok main dalam tiga pilar pendidikan akan memudahkan orang tua, guru, dan masyarakat untuk melakukan pengarahan dan pendampingan

dengan fasilitas yang sudah disediakan sebelumnya, setelah itu hal yang perlu dilakukan yaitu bermain dan bergembira bersama. Sekalipun anak tidak dalam pendampingan dan melakukan pengawasan, anak akan bermain dengan memahami melalui kebiasaan yang sudah diajarkan sebelumnya. 

Dengan alat-alat yang ramah anak akan memberikan manfaat seperti melatih imajinasi, perkembangan gerak, dan mengoptimalkan tumbuh-kembang. Dengan begitu pojok main dapat menjadi alternatif dalam memberikan pendidikan terhadap anak dengan dilain sisi mengurangi anak dalam bermain gadget serta sebagai bentuk melestarikan permainan tradisional.

BAB III

KESIMPULAN

Bermain menjadi aktivitas yang penting bagi anak, bahkan dapat dikatakan sebagai pekerjaan yang dilakukan sebagai bentuk pemenuhan dalam masa tumbuh dan kembangnya. 

Karena dengan bermain banyak sekali manfaat yang didapatkan oleh anak, maka dari itu orang tua (keluarga, guru, dan mayarakat) perlu memberikan pengarahan, pengawasan, dan memfasilitasi anak dengan permainan-permainan yang mendukung atau memberikan dampak positif dan bukan dampak sebaliknya. 

Dengan adanya perkembangan zaman yang semakin modern sekarang ini tidak dipungkiri jika segala hal dapat masuk dan diterima khususnya bagi anak-anak. 

Salah satunya melalui teknologi gadget yang dapat menarik dengan mudah melalui isi atau aplikasi yang ada, akan menjadikan anak menginginkannya, dan berakibat menyebabkan kecanduan sebagai dampak dasar yang kemudian akan memberikan dampak negatif lain seperti kurangnya aktivitas gerak fisik, tidak pernah berinteraksi dengan teman sebayanya maupun masyarakat, memberikan pengaruh buruk bagi kesehatan organ tubuh, hingga terhambatnya tumbuh dan kembang. 

Oleh karena itu "Pojok Main" menjadi alternatif dalam mendukung masa tumbuh dan kembang anak serta mengurangi anak dalam bermain gadget. Didalam pojok main akan memfasilitasi alat-alat permainan khususnya permainan tradisional. 

Tidak hanya sebagai tempat bermain, melainkan juga dapat meningkatkan kreatifitas anak melalui kegiatan yang dapat mengasah keterampilan. Selain itu dengan adanya pojok main diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang mengedukasi. 

Dengan begitu pojok main dapat berperan dalam tiga pilar pendidikan sebagai alternatif bagi orang tua, guru, dan masyarakat untuk melakukan pengarahan dan pendampingan, serta memberikan fasilitas yang sudah disediakan sebelumnya. 

Sekalipun anak tidak dalam pendampingan dan pengawasan, anak akan bermain dengan memahami melalui kebiasaan yang sudah diajarkan sebelumnya. 

Sehingga dampak positif tetap dapat dimiliki oleh anak seperti peningkatkan pengetahuan, melatih perkembangan gerak, hingga memiliki karakter yang baik. Walaupun hanya Sebagian besar melakukan kegiatan bermain akan tetapi manfaat yang didapatkan sangatlah beragam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun