"Saya menyampaikan selamat kepada Italia yang telah sukses menjalankan Presidensi G20 ditahun 2021. Dan Indonesia merasa terhormat untuk meneruskan Presidensi G20, 2022. Kami akan menjamu Yang Mulia dan Bapak/Ibu dihamparan pantai Bali yang Indah, yang menginspirasi gagasan-gagasan inovatif untuk produktifitas G20 kedepan. Sampai bertemu di Indonesia, terimakasih", ucap Presiden Jokowi seusai menerima Presidensi G20 di Itali.Â
Panorama  Colloseum yang megah dan indahnya kota Roma,  disanalah Presiden Joko Widodo menerima palu sidang Presidensi G20 yang nantinya akan dilaksanakan di Indonesia. Sebagai bangsa yang terus bertumbuh dan berkembang, kita patut berbangga bahwa nusantara masih diperhitungkan dikancah global.Â
Tanggung jawab sebagai  Presidensi G20 tentu sebuah momentum untuk mengukir sejarah yang sayang bila dilewatkan.
Indonesia sebagai negara berkembang telah terbiasa dengan kegiatan seperti ini. Kita tentu tidak lupa dengan memori Konfrensi Asia Afrika sebagai KTT pertama pasca Indonesia merdeka yang dilaksanakan di Bandung. Seusai acara tersebut, Ir. Soekarno melambung namanya, Indonesia mendapat tempat sejajar dengan negara lainnya.
Apa yang dilakukan oleh Ir. Soekarno, khususnya pidato beliau telah membakar telinga dua blok yang sedang berbenturan. Negara-negara lain yang tidak menentukan sikap berbalik menyatakan pendapatnya. Disanalah gemuruh tanda tangan dan sorak sorai menyembur keluar untuk  menyuarakan perdamaian antar bangsa-bangsa.
Jika dalam Konfrensi Asia Afrika, Indonesia  bisa  mencetak sejarah, mungkinkah dalam Forum KTT G-20 di Bali, Indonesia akan mengulanginya lagi?
Saya optimis kita sebagai bangsa yang besar mampu melaksanakannya. Namun  ada beberapa kendala yang nampaknya harus dibereskan terlebih dahulu, misalnya perang yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.Â
Biar bagaimana pun, Indonesia perlu menyusun strategi agar perselisihan ini tidak berlarut-larut apalagi merembet pada perhelatan G20 nantinya.