Berdasarkan informasi yang terbaru, diberitakan bahwa para kampung miliader kini dibuat pusing karena tak punya penghasilan tetap setelah mereka kehilangan tanah yang dulunya dikelola untuk hidup dan makan sehari-hari. Lha kok bisaaaaa?
Para warga yang telah menjadi miliader kini dipaksa untuk berpikir keras bagaimana mereka bisa bertahan hidup hari demi hari. Bukannya mereka banyak uang yah, kok bisa sekarang tiba-tiba pusing karena kekurangan uang?
Sebenarnya kondisi para warga kampung miliader kini diambang batas. Bukan karena sebentar lagi mereka akan kehabisan uang dari hasil jual tanah, tapi mereka juga telah kehilangan satu-satunya sumber pendanaan mereka yang dimana dulunya mereka jadikan lahan untuk bekerja.
Saya kemudian teringat dengan salah satu wasiat dari pimpinan saya ketika bekerja di Lampung. Bos saya pernah cakap, bahwa sebanyak-banyaknya uang jika tidak dikelola dengan ilmu yang matang, maka detik-demi detik uang kamu akan habis secara perlahan. Namun kini masalahnya kini  bukan hanya kecerdasan namun juga pola perilaku.Â
Dan boom, para kampung miliader kini berteriak karena ditelan kebingungan. Jika melihat permasalahan ini, maka ada beberapa kesimpulan yang bisa kita tarik benang merahnya.Â
Maaf, bukan untuk merendahkan mereka para warga kampung miliarder, namun sedikit belajar dari kisah mereka yang sangat fatal dalam mengelola uang.
Teman saya dalam memoarnya berkisah bagaimana ia mampu mengelola hasil penjualan tanahnya yang akan digunakan sebagai lahan tol. Kasusnya sama dengan yang dialami oleh para warga kampung miliader.Â
Namun, teman saya sebelum menerima uang dari perusahaan pengembang jalan tol, sudah terlebih dulu merencanakan uang tersebut akan dipakai apa nantinya.
Ia berkisah bahwa uang tersebut harus mendapatkan tempat yang layak agar nilainya tidak terdepresiasi.Â
Ia kemudian bergegas bertemu dengan beberapa orang yang terkenal cukup pandai mengelola uang dan bagaimana menaklukan keinginan yang membabi buta ketika sedang berhadapan dengan setumpuk uang.
Tak lama setelah menerima uang tersebut, teman saya langsung menanamkan uangnya ke lembaga pengelola yang terjamin, lalu membelanjakan beberapa aset berupa tanah dan bangunan yang cocok untuk dijadikan lahan usaha serta sisanya digunakan untuk didepositokan  ke Bank.