Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Reformasi Bilingual Indonesia, Dimulai dari Jaksel dan Sekitarnya

14 Januari 2022   11:52 Diperbarui: 14 Januari 2022   11:56 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tongkrongan Anak Mudasumber foto : Basabasi.co

Populernya penggunaan istilah ini merupakan cerminan bahwa anak-anak muda sangat mudah mengikuti perkembangan zaman. Kita tak bisa menampik bahwa kemampuan menggunakan dua bahasa sangat mengikuti kebutuhan maupun era yang saat itu berlaku.  

Konsumsi penggunaan bahasa anak Jaksel di media sosial menjadi salah satu faktor mengapa situasi ini bisa berkembang pesat. Saya rasa, tim kompasiana pasti sudah melakukan riset mengapa bahasa anak jaksel ini digandrungi anak-anak jaman sekarang. Anak-anak dikampung saya juga pelan-pelan menggunakan bahasa mereka. Tak mau lagi dipanggil teman atau sahabat maunya dipanggil bestie.

Tentu hal ini bukanlah sesuatu yang mengherankan. Pergaulan Indonesia sebagian besar dipengaruhi dari budaya anak-anak gaul  yang semakin modern. Fenomena tersebut merupakan imbas dari majunya teknologi serta modernisasi diberbagai sektor.

Saya merasa sah-sah saja bila menggunakan dua bahasa sekaligus. Hal positifnya adalah memacu kita untuk terus belajar. Semisal ketika kita mendengar seseorang mengucapkan kosakata baru dalam bahasa inggris, kita terpacu untuk mencari tahu apa makna dari kata yang dimaksud.

Nah dari satu kosakata, pelan-pelan akan semakin bertambah. Bukan tidak mungkin, kosakata yang terus bertambah itu akan membuat kita mahir menggunakan bahasa inggris secara non formal. Dan bukan tidak mungkin juga, tingkat penggunaan bahasa inggris akan semakin populer juga dimasa depan.

Kita seperti bayi yang diajar untuk berbicara. Mendengar kata baru, memahaminya lalu menggunakannya. Hal ini terjadi terus menerus sehingga tanpa disadari, reformasi bilingual kita pelan-pelan akan berubah, termasuk tergerusnya bahasa asli kita yaitu bahasa daerah dan bahasa indonesia.

Anak-anak Jaksel boleh berbangga diri jika sudah berhasil dan terbiasa menggunakan istilah-istilah populer dalam bahasa asing, tetapi seiring bergantinya waktu kebiasan itu tentu akan memiliki efek samping yang lain. Data menyebutkan bahwa beberapa bahasa daerah di Indonesia akan mengalami kepunahan.

Bukan karena orangnya yang punah namun budaya menggunakan bahasa daerah semakin hilang karena tidak dirawat dan dipelihara. Mengutip data dari Indonesiabaik.id, disebutkan ada 18 bahasa yang terancam punah karena tidak wariskan dan tidak diakui sebagai bahasa sehari-hari.

Nah, saya titip pesan kepada bestie-bestie saya yang dari Jaksel, reformasi bahasa memang sangat mengesankan. Itu bukti bahwa manusia adalah mahluk yang terus berevolusi dan beradaptasi. Tetapi kehilangan bahasa asli yang sudah lebih dulu membentuk rasa kebanggan kita terhadap nusantara ini itu jauh lebih pedih.

Reformasi bilingual anak Jaksel memang sangat menarik perhatian. Pembaca wajib memahami konteks dari bahas anak Jaksel. Takutnya bila kalian salah paham, obrolan menjadi tidak sepemahaman lagi. Jaksel adalah contoh bagaimana evolusi bilingual kita berkembang. Kita kasih appluase dulu untuk anak Jaksel dan sekitarnya....

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun