Boneka adalah sebuah permainan klasik yang datang dari negeri jauh. Benda ini sangat akrab dengan anak-anak. Yah memang, permainan ini sangat digemari oleh anak-anak.Â
Hingga saat sekarang, boneka tidak  kehilangan eksistensinya dalam panggung permainan dan dunia imajinasi anak-anak. Kegandrungan anak-anak kepada boneka terus ada walau waktu dan massa telah berganti.
Permaianan penuh khayalan dan imajanasi  ini menjadi barang laku yang digemari dan disukai. Buktinya, hingga bertumbuh menjadi remaja dan dewasa, boneka biasanya menjadi barang koleksi dan pajangan didalam kamar khususnya para remaja putri.Â
Kita selalu melihat itu, barang satu atau dua model bahkan lebih, mereka berbaris rapi duduk diantara pena dan kertas.
Fenomena ini sudah menjadi biasa bahkan itu adalah hal yang lumrah. Kesukaan manusia kepada boneka memang tidak lepas dari bentuk dan  designnya yang lucu serta menarik.Â
Dulu semasa kecil, saya juga memiliki boneka menyerupai hewan. Sebelum tidur saya selalu memainkannya. Padanya saya menaruh imajinasi bila ia adalah seorang pahlawanan yang membunuh para orang jahat.
Rasanya sulit untuk tidur bila tidak berjumpa sang boneka kesukaan ini. Saat menanjak usia SMP, saya pelan-pelan sembuh dari candu akan boneka. Boneka saya itu kini entah dimana sekarang. Mungkin sudah berpindah tangan ke orang lain.
Fenomena boneka sebagai lucu-lucuan memang sangat wajar bila kita pahami. Namun apa jadinya bila boneka tersebut memiliki nyawa dan bisa bergerak tanpa disentuh maupun dikontrol menggunakan alat?
Tunggu-tunggu, maksudnya boneka yang memiliki arwah atau roh gentayangan seperti di film Chucky itu? Yang bisa berbicara, berinteraksi dan memiliki rasa layaknya manusia? Atau Boneka yang bisa berjalan bak diserial film Toy Story?
Mari tarik nafas sejenak untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi dalam dunia perbonekaan di Indonesia?
Isu ditahannya Bahar Bin Smith, dibubarkannya BRIN hingga naiknya harga minyak goreng mungkin akan kalah menarik bila kita membaca berita tentang Spirit Doll.Â