Disisi yang berbeda, para nakes sebagai palang pintu terdepan disibukkan dengan berbagai pekerjaan rumah yang luar biasa banyak. Para pasien yang terpapar covid pelan-pelan mengisi bed-bed kosong yang ada dirumah sakit. Â
Penanganan pasien covid yang belum maksimal membuat dunia medis kita kehilangan banyak dokter dan perawat. Ketersediaan jumlah masker, APD hingga fentilator adalah tiga penyebab utama para nakes malah dijangkiti virus yang berbahaya ini.
Medan kerja yang berbahaya yang dilakoni oleh para tenaga medis ini tidak seimbang dengan fasilitas keamanan yang mereka dapatkan. Karena jumlah kasus yang terus merangsek naik, maka pelayanan covid dirumah sakit mengalami kemandekan. Tenaga medis hingga keterbatasan ruangan pun menuntut Kemenkes untuk mengakali permasalahan ini.
Wisma atlet pun disulap sebagai sangkar penaganan pandemi virus. Pernah satu waktu sebuah video viral memperlihatkan semua lampu dikamar wisma atlet menyala. Ada indikasi bahwa wisma atlet telah penuh dihuni oleh pasien yang terinfeski virus.
Belum selesai dengan fasilitas medis, beberapa rumah sakit khususnya didaerah malah pernah didatangi oleh sekelompok orang. Permasalahannya sederhana, para keluarga jenazah korban covid-19 menolak untuk dilakukan pemakaman sesuai standar yang ditetapkan.
Mereka beramai-ramai masuk menerobos barikade keamanan rumah sakit untuk mengambil jenazah keluarga mereka. Karena kalah jumlah, para petugas keamanan rumah sakit pun tak kuasa membendung aksi tak terpuji tersebut.
Persoalan jenazah covid tidak sampai disitu. Cerita menyedihkan juga malah datang dari beberapa daerah yang menolak bila dikampung mereka ada pasien covid yang akan dimakamkan. Padahal korban tersebut adalah warga asli kampung setempat.
Lalu ada lagi kisah yang mengharukan. Seorang polisi disanjung oleh atasannya karena berani untuk terjun langsung untuk membantu para nakes yang akan memakamkan jenazah pasien positif covid. Karena sudah tak ada lagi yang berani, prajurit polri ini malah unjuk aksi. Ia diganjar kenaikan pangkat oleh jenderal polisi saat itu, Ir. Idham Azis.
Warna-warni pandemi ternyata juga dihiasi oleh aksi korupsi. Presiden Joko Widodo melalui Kementerian Sosial berinisiatif baik dengan membantu para korban pandemi. Mensos Juliari Batubara malah menyimpang dari cita-cita baik tersebut.
Dana bansos yang tadinya diharapkan bisa meringakan kebutuhan masyarakat malah disunat. Item barang --barang yang dibagikan malah tidak sesuai dengan penganggaran semula. Untung saja KPK bergerak cepat dengan mengamputasi kedudukan Juliari.