Kekisruhan yang terjadi antara Demokrat dan Moeldoko nampaknya belum usai. Pikir saya, masalah ini telah menemukan jalan keluar dengan AHY yang telah melakukan rekonsolidasi ditubuh partai. Nyatanya, persoalan malah makin menjalar kemana-mana bak api yang menyebabkan kebakaran lahan di Kalimantan.
Diketahui, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) merupakan orang pertama yang menyatakan genderang perang kepada pihak istana, khususnya kepada Moeldoko. AHY meyakini bahwa Moeldoko adalah biang kerok yang menyebakan terjadinya badai kudeta di Demokrat.
Selain AHY, beberapa anggota partai aktif Demokrat juga ramai-ramai melakukan taktik gerilya untuk menyerang Moeldoko. Mereka kompak dan sepakat bahwa Moeldoko adalah orang dari balik istana yang mencoba-coba mengambil alih kekuasan dengan mengajak serta membujuk kader partai untuk melakukan Kongres Luar Biasa.
Serangan bertubi-tubi yang dialamatkan kepada Moeldoko tidak sampai disitu. Jika kemarin mantan Presiden RI ke Enam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) masih terlihat vakum dan pasif menyikapi situasi tersebut. Hari ini secara terang-terangan menunjuk batang hidung Moeldoko agar jangan coba-coba menggangu partai yang ia besarkan.
"Saya juga yakin bahwa Presiden Jokowi memiliki integritas yang jauh berbeda dengan perilaku pembantu dekatnya itu. Partai Demokrat justru berpendapat apa yang dilakukan Moeldoko tersebut sangat mengganggu, merugikan nama baik beliau (Jokowi)," tutur SBY.
Bak sebuah lantunan lagu, SBY menyanyi begitu lepas diatas panggung konser dengan dihadiri jutaan penonton. Bait demi bait yang lepas dari mulut blio, diiringi oleh instrumen musik klasik yang ia sukai, menambah semangat SBY untuk tetap larut dalam lagunya. Tak lupa, dari bawah panggung AHY dan Andi Arief saling rangkul menikmati lantunan yang bosnya nyanyikan itu.
Moeldoko yang tak sempat menghadiri konser SBY (baca: serangan), pun harus menyaksikannya secara daring. Melalui layar kaya laptop, Moeldoko sepertinya tak senang dengan lirik yang diciptakan SBY. Moeldoko merasa tertekan dan tak bisa tinggal diam.
"Jadi saya berharap, jangan menekan saya karena seperti tadi saya katakan, saya tidak tahu situasi itu, saya pesan seperti itu saja karena saya punya hak seperti apa yang saya yakini," ujar Moeldoko.
Apa yang dikatakan SBY memang sangat telak dan terang-terangan. Ibarat sebuah aplikasi, SBY tak menggunakan filter untuk menghidupkan foto yang nampak mati. Ia polos, halus dan apa adanya dia.
Lagipula, siapa yang tidak berang bila partai yang sudah dirintis sejak dari dalam rahim, lalu kemudian lahir dan dibesarkan seperti merawat Malika,harus dikoyak-koyak oleh orang yang tak jelas asalnya? Apalagi dilakukan dengan cara-cara yang tidak terhormat seperti yang dituduhkan kepada Moeldoko.
Oh sungguh, Moeldoko harusnya mafhum siapa yang sedang menyanyi ini. SBY itu bukan hanya jago militer dan politik bung, jangan lupa blio juga adalah seniman. SBY banyak menciptakan lagu dan petuah bung. Mozart pun menangis melihat keterampilan SBY ini.
Barisan lirik yang diciptakan oleh SBY jika kita cermati kata perkata, seyogyanya sedang mencoba mengelaborasi antara dua kepribadian seorang atasan dan bawahan. Presiden Jokowi yang notabene adalah atasan digambarkan jujur dan bijak, sedangkan Moeldoko dianggap seperti tak memiliki integritas. Ahh SBY, ajari kami untuk bisa menciptakan balada seperti yang kau buat ini.
Selanjutnya, secara terang-terangan SBY juga menimpali lagunya dengan kata-kata Demokrat Not For Sale. Seakan menyiratkan bahwa tak ada praktik jual beli didalam partai demokrat wahai sang calon pembeli. Walau menyuap berapa kali pun, suara DPD dan DPC akan tetap solid dibawah naungan AHY sebagai nahkoda saat ini.
Pengejewantahan sikap Moeldoko yang dilakukan oleh SBY tentu berhasil membuat Moeldoko berang sekaligus tertekan. Lagu yang dinyanyikan SBY berhasil menyentuh relung kalbu Moeldoko untuk berteriak.
Perasaan tertekan yang melanda hati Moeldoko tentu punya makna dan dampak besar. Dalam potongan kalimatnya, Moeldoko balik mengancam dengan apa yang telah dikatakan SBY.
"Saya ingin mengingatkan semuanya ya, saya ingin mengingatkan, karena saya bisa sangat mungkin melakukan apa itu langkah-langkah yang saya yakini," ujarnya.
Nampaknya dentuman perang dari AHY dkk, telah diterima oleh Moeldoko. Jika sewaktu konferensi pers Moeldoko menganggap ini hanya canda politik, sepertinya anggapan itu sudah tidak berlaku. Lu jual gue beli. Yah kira-kira itu istilah yang cocok saat ini.
Menarik bila kita cermati, atas apa yang dikatakan Moeldoko. Kira-kira apa yang akan dilakukan oleh Moeldoko bila terus menerus mendapat tekanan dari Cikeas. Lantas apa pula yang ia maksud yakini itu?
Baik Moeldoko maupun SBY lahir dari situasi yang sama. Mereka adalah mantan petinggi TNI dengan bintang dipundak. Kita sudah sama-sama tahu bagaimana intelegensia TNI dalam mematikan atau sekedar membalas serangan lawan. Ahh biasalaah...
Nyanyian SBY memang benar-benar membuat jabatan Moeldoko diistana sedang terancam. Yang harus Moeldoko lakukan ialah jangan biarkan istana, khususnya presiden untuk mendengar apalagi sampai larut dengan lantunan SBY tersebut. Akan bahaya bila hal itu dibiarkan.
Perasaan tertekan yang dialami Moeldoko adalah buah dari ekspresi kekesalan. Apalagi blio juga nampaknya sudah siap dengan langkah yang ia yakini. Selanjutnya apa? Tentu itu adalah rahasia ilahi antara Moeldoko dan Tuhan.
Yah semoga saja Moeldoko juga bermain rapi. Bila tak bisa menciptakan lagu melankolik bak yang SBY ciptakan, setidaknya tulislah sebuah risalah atau nota pembelaan kepada SBY. Karena sesuatu yang bersifat seni harus juga dijawab dengan seni juga Pak Moeldoko.
SBY menyerang, Moeldoko tertekan merupakan bagaimana kelanjutan drama politik yang kita tak tahu kapan akan berakhir. Bila SBY dkk terus menyerang itu artinya, mereka sudah siap dengan serangan balik Moeldoko. Bila Moeldoko merasa tertekan itu artinya, ia sudah jengah dengan permainan petak umpetnya. Lalu siapa yang benar diantara keduanya?
Markitu. Mari kita tunggu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H