Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Meluruskan Argumen Ribka Tjiptaning tentang Vaksin

13 Januari 2021   23:48 Diperbarui: 13 Januari 2021   23:53 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber :detik.com , Fotografer : Ari Saputra

Indonesia hari ini memiliki kabar gembira. Selain Kulit manggis yang kini sudah ada ekstraknya, negara kita juga telah melaksanakan vaksinasi melawan virus covid-19. Momentum luar biasa tersebut ditandai dengan suntikkan pertama vaksin sinovac dilengan kiri Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, yang dilaksanakan diistana negara.

Tidak hanya presiden, tetapi juga beberapa perwakilan tokoh bangsa, lintas agama dan lintas masyarakat, ada Wapres, ada Panglima TNI, Kapolri, Raffi Ahmad dan masih banyak lagi. Tak perlu saya sebutkan satu persatu, nanti para buzzerRp semakin kepanasan.

Hasilnya? Setalah menunggu 30 menit untuk memantau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), presiden dan beberapa penerima vaksin lainnya, terlihat anteng-anteng saja, seanteng Deny Siregar yang selalu mengajak penggemarnya untuk menyuruput kopi diakhir video youtubenya. Barang tentu para oposisi akan semakin kepanasan lagi. Bingung mau koementar dan nyinyir soal apalagi terkait pelaksanaan vaksinasi covid-19.

Namun, namanya oposisi, tak ada gading yang tak retak. Mereka selalu bisa mencari celah dan memanfaatkan segala cara untuk membenamkan antusiasme publik terhadap momentum luar biasa ini. Tidak tanggung-tanggung, kali ini, yang digiring adalah opini dari Ibu Ribka Tjiptaning, yang mana beliau notabene berasal dari partai yang sama dengan Presiden, PDI-Perjuangan.

Tetapi saya, akan fokus mengajak membaca untuk sama-sama memahami bacotan Ribka Tjiptaning yang sudah kepalang tanggung menghiasi rona jagad maya yang semakin semrawut.Video argumentasi Ribka, tiba-tiba viral dan dijadikan bom atom untuk menyerang istana, khususnya Joko Widodo. Lantas apa isi bacotan Ribka. Pelan-pelan bacanya Lurrr dan jangan lupa seruput dulu kopinya...

Video viral Ribka memuat tiga poin besar, yaitu...

Pertama, Ribka mengkritisi kebijakan Presiden Joko Widodo yang menunjuk Budi Sadikin sebagai menteri kesehatan. Anggota Legend di Komisi IX ini nampaknya kurang respect dan aware terhadap penujukan non-dokter sebagai Menteri. Katanya demikian :

"Saya pikir Menteri Kesehatannya Prof. Kadir. Loh meleset. Presiden Jokowi ini pembisiknya siapa. Kok ga jelas"

Opini beliau ini, saya rasa sah-saja. Mengingat beliau adalah legend di Komisi IX dan telah memiliki jam terbang tinggi, setinggi langit diangkasa dalam dunia praktisi kesehatan serta dalam bidang kebijakan kesehatan dinegeri ini. Hilangnya latar belakang dokter sebagai Menkes menjadi permulaan pertama yang menurunkan harkat dan martabat seluruh dokter. Padahal ada begitu banyak senior dokter yang secara pangkat dan rekam jejak, layak ditunjuk sebagai menkes.

Dari sudut pandang lain, reformasi dunia kesehatan tanpa dipimpinan oleh dokter tentu memberi pengalaman pahit dalam dunia kepemimpinan dokter dan seluruh koleganya. Namun, apa mau dikata. Presiden Joko Widodo memiliki hak prerogatif dalam menujuk siapa pembantunya. Yah, Bu Ribka Harus legowo dan berhati besar untuk menerima itu . Toh bila hendak memajukan bangsa dan negara, semua anak bangsa diberikan kesempatan dan peluang yang sama untuk berkarya.

Selanjutnya, point ke dua dalam bacotan Ribka mulai ngawur. Disinilah letak para oposan mulai mengoplos opini beliau. Beliau mengomelkan tentang vaksin dan kualitas vaksin yang digunakan oleh negara ini.  Berikut ocehannnnya :

"Saya tetep tidak mau divaksin, maupun sampai yang 63 tahun atau semua usia boleh, tetap. Misalnya pun hidup di DKI semua anak cucu saya dapat sanksi 5 juta, mending gua bayar. Bagaimana, orang Biofarma masih bilang belum uji klinis tahap ketiga dll. Ini pengalaman saya saudara menteri, ini saya ngomong lagi dirapat ini yah. Vaksin polio untuk antipolio malah lumpuh layu di Sukabumi. Terus, antikaki gajah di Majalaya mati 12. Karena di Indonesia ditolak, di Afrika ditolak, masuk di Indonesia dengan 1,3 triliun...dst"

Argumentasi Bu Ribka ini berangkat dari dua pengalaman pahit. Pertama beliau meriwayatkan bahwa program vaksinasi Polio dan Kaki gajah yang dulu dilaksanakan di Indonesia menyebabkan kematian. Dan Bu Ribka menolak vaksin karena tak mau hal yang demikian terjadi lagi. 

Kedua, nenek tua di DPR RI ini menyebutkan bahwa Biofarma selaku produsen vaksin menjelaskan vaksin ini belum diuji klinis tahap ketiga. Artinya vaksin ini secara data ilmiah masih dipertanyakan kualitas dan keamanannya. Oleh karena itu, Bu Ribka menolak divaksin.

Tetapi, argumentasi di atas telah dijawab langsung oleh Menteri Kesehatan beserta jajaran, bahwa vaksin yang digunakan aman dan halal. Presiden pun hari ini telah turun gunung untuk memastikan keamanan dari vaksin yang akan digunakan secara luas. Fakta yang kita lihat pagi tadi, merupakan terobosan yang telah mengugurkan opini usang dari sang legend DPR RI, Ribka Tjiptaning.

Dalam tulisan ini, saya tidak menuduh bahwa apa yang dikatakan oleh Bu Ribka adalah salah dan fatal. Beliau adalah seorang wakil rakyat. Sudah sewajarnya beliau mengeluarkan aspirasi dari para pemilihnya. Selain itu, Ibu Ribka juga menjalankan fungsi check and balance dari setiap kebijakan yang akan dieksekusi pemerintah, khususnya terkait dengan kesehatan apalagi berbicara tentang vaksin.

Ibu Ribka juga seyogyanya ingin agar pembantu presiden benar-benar kompeten dalam bekerja dan tidak mencoba-coba untuk berbisnis dengan negara. Koreksi yang dilayangkan kepada Menteri kesehatan sebagai bentuk ras sayangnya kepada sang Menteri, agar menjalankan fungsinya dengan baik. Dan tak mungkin seorang Ribka mengkhianati kompatriotnya yang separtai dengannya. Artinya, ia sedang menjaga Jokowi dengan mengoreksi secara ketat  kerja para bawahannya.

Kementerian Kesehatan, BPOM, dan Biofarma harus berhati-hati benar dalam mengeksekusi kebijakan terkait vaksinasi. Ketiga lembaga ini harus membuat persoalan kemanan dan khasiat tentang vaksin menjadi terang benderang agar tidak mengulang pengalaman pahit yang dialami oleh Ibu Ribka dahulunya. Kira-kira itulah titik nadir kritis dari sang legend Ribka Tjiptaning.

Saya yakin benar, bila pemerintah lebih serius meyakinkan publik bahwa vaksin aman dengan data ilmiah dan argumentasi yang diterima, bacotan ngawur dari Bu Ribka tidak mungkin digoreng oleh para oposan. Yang ia minta toh jelas, Pelayanan Kesehatan yang berkualitas sesuai dengan UU Kesehatan No. 36, dan negara jangan coba-coba untuk berbisnis dengan rakyatnya sendiri.

Terkait vaksin, mari berprasangka baik bahwa pemerintah benar-benar serius mengerjakannya. Saat ini yang perlu kita lakukan bukan hanya banyak berdoa, namun berikhtiar bahwa vaksin akan membawa kita melesat maju meninggalkan suasana pandemi. Dan jangan lupa untuk tetap mengenakan masker, menghindari kerumunan, menjaga jarak serta selalu mencuci tangan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun