Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bagaimana Transisi Normal Baru Dalam Dunia Pendidikan Kita?

8 Juni 2020   09:14 Diperbarui: 8 Juni 2020   09:19 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai disini saya pun kemudian berpendapat bahwa sekolah sebaiknya jangan dibuka dulu kecuali pada daerah atau wilayah yang telah secara sah dan meyakinkan tak ada kasus coronanya.

Tentu disertai dengan bukti ilmiahnya. Bisa berupa bukti rapid tes yang masif, bukti sebaran epidemologis, dan tingkat ketaatan masyarakat akan protokol pencegahan penyebaran virus corona didaerah tersebut. Jika tak ada data ini sebaiknya sekolah diliburkan lagi.

Kemudian protokol pelaksanaan normal baru harus dimulai dan dibiasakan dari rumah. Mengenakan masker, mencuci tangan sebelum makan, membawa alat makan sendiri dan yang paling pasti menjaga jarak dan menjauhi kerumunan tentu harus diajarkan sedari awal. Dimulai dari rumah. Peran orang tua disini sangat menentukan untuk memastikan kepatuhan sang anak akan rambu-rambu diatas.

Disekolah pun demikian. Pihak guru dan siswa harus sama-sama bekerja sama dalam menyukseskan protokol ini. Sekolah juga harus menyiapkan fasilitas yang mendukung tercapainya protokol kesehatan ini. Misalnya saja menyiapkan fasilitas cuci tangan, melakukan pengecekan suhu tubuh kepada para siswa sebelum dan sesudah sekolah, kemudian aktif memantau para anak didiknya ketika mereka mulai mengikuti pelajaran.

Dan satu lagi yang penting, Unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang ada disekolah harus diaktifkan kembali. Siswa saat ini biasanya akan dengan mudah mengikuti sebuah anjuran jika melihat orang-orang disekitarnya melakukan hal yang sama. Disini peran UKS adalah menyiapkan para siswa yang bisa menjadi role model tatanan gaya hidup di era normal baru khususnya disekolah. Dengan begitu setidaknya akan terbentuk sebuah trend baru dikalangan siswa dan sekolah bahwa saat ini mereka sedang memasuki sebuah zona yang benar-benar beda dengan yang kemarin.

Begitupula dengan kurikulum. Jika sekolah dibuka, kurikulum pembelajaran pun juga harus berubah dan menyesuaikan dengan keadaan dilapangan. Misalnya waktu jam pelajaran diruang kelas dikurangi. Bisa dipindahkan keruang kelas atau dengan sarana pembelajaran yang lain.

Yang terpenting disini adalah bagaimana agar substansi bahan ajar, bisa sampai dan dipahami oleh siswa. Dengan mengurangi waktu belajar mengajar didalam kelas, tentu guru harus memiliki inovasi lain dalam mentransfer ilmunya ke siswa.

Diera digital seperti ini, hal tersebut tentu tidak sulit untuk diwujudkan. Ketika para siswa telah selesai belajar didalam kelas, bapak ibu guru tentu bisa menyodorkan beberapa buah potongan video atau gambar kepada siswanya. Bisa berisi materi pelajaran yang belum tuntas diajarkan dan bisa juga materi lanjutan yang belum sempat diajarkan.

Bila terlalu sulit bagi siswa untuk mendownload materi karena kesulitan membeli paket data, maka cukup dengan memberikan print out pelajaran yang akan diajarkan. Hal ini tentu bisa mempermudah guru agar bisa menjamin materi yang diajarkan benar-benar dipahami oleh para siswa.

Konsep pembelajaran jarak jauh seyogyanya juga harus melibatkan peran serta orang tua dirumah. Modul pelajaran yang telah diberikan kepada para siswa harus difinalisasi lagi aktualisasinya oleh para orang tua. Sehingga guru setidaknya bisa terbantu dan para siswa tetap disiplin dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar.

Kunci agar sekolah bisa dibuka kembali adalah memastikan bahwa dalam daerah tersebut penyebaran virus corona telah bisa dikendalikan dan dicegah. Semuanya harus berbasis data dan rujukan ilmiah untuk memastikan agar para siswa yang belajar ini bisa terbebas dari sebuah serangan pandemi sembari menunggu kapan vaksin akan jadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun