Hilal telah tampak, mendadak ucok berlarian berkejaran dengan waktu menggunakan sandal jepit ke arah rumahnya. Saat itu ia sangat terburu-buru sekali. Entah ada angin apa, sampai membuatnya lari terbirit-birit seperti dikejar debt colector yang berperawakan sangar, mata menyala, kulit hitam, dan  rambutnya keriting.
Sesampainya dirumah, ternyata Ucok telah dinanti-nantikan oleh sang ibu. Dengan nafas yang sudah terengah-engah dan hampir putus, ia pun duduklah. Diaturnya nafasnya perlahan-lahan, satu persatu agar ia bisa berbicara leluasa dengan sang ibu.
Ia pun mulai berbicara,
"Bu, pa Imam masjid mengatakan bahwa hilal telah tampak, katanya esok lusa kita akan lebaran", kata Ucok.
Mendadak sang ibu kaget. Air panas yang saat itu dipegang oleh sang ibu nyaris saja tumpah dan hampir mengenai ucok yang kala itu duduk tak jauh dari tempat ibunya berdiri.
"Betul kau cok, hilal telah tampak? ", tanya ibu dengan mata melotot
"Iyaa bu, kata pa imam hilal telah kelihatan dan sebentar lagi mereka akan menginformasikan ke warga-warga. Saya aja diajaknya tadi bu untuk melihat hilal tersebut", sahut Ucok.
"Haa?? Memang gimana wajah hilal itu nak, tanya sang ibu.
Maklum, sang ibu dan ucok adalah keluarga miskin yang hidup dipinggiran Desa yang sangat jauh dari kehidupan modern. Jadi mereka kurang peka dengan globalisasi dan sentuhan cepatnya dunia internet. Ibu ucok sudah 10 tahun menjanda, dan ucok harus ia besarkan sendiri sejak Ucok berumur 3 tahun.
Hilal itu seperti bulan saja bu. Tak ada yang beda, Jawab ucok.
"Jadi setelah melihat itu, bagaimana perasaanmu cok?", kembali Ibunya bertanya
Ucok sejenak terdiam. Ia seperti sedang merenung apa yang ingin ia katakan kepada ibunya. Ucok adalah anak yang sangat baik, patuh dan tunduk terhadap ibunya. Walau ia anak sebatang kara, ia tak banyak menuntut apa-apa dari sang ibu.