Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mari Mengenal 3 Tradisi Unik Masyarakat Sulawesi Tenggara Menjelang Bulan Ramadhan

18 Mei 2020   21:38 Diperbarui: 18 Mei 2020   21:37 12024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Tembaha Wula

Tembaha Wula adalah tradisi masyarakat suku Muna yang dilakukan jelang bulan Ramadhan. Masyarakat Suku Muna yang mendiami Pulau Muna dan anak-anak pulau Muna telah menjadikannya wrisan turun temurun yang dilakukan generasi demi generasi.

Berangkat dari mana katanya, Tembaha Wula berati menaikkan doa. Doa yang dinaikkan biasanya adalh doa ucapan syukur kepada Sang Maha Kuasa karena telah dipertemukan lagi dengan bulan yang penuh berkah dan magfirah melalui ritual Tembaha Wula.

Ketika saya masih menjadi mahasiswa dan melaksanakan  Kuliah  Kerja Nyata (KKN) yang berlokasi di Kabupaten Muna, saya beruntung bisa melihat tradisi ini digelar oleh masyarakat disana. Tradisi ini dimulai dengan membacakan ayat-ayat suci alquran oleh Imam Masjid atau yang sering disebut Modji. Mereka membentuk lingkaran dan terus-menerus membaca ayat al-quran dan ditutup doa bersama.

Ditengah-tengah lingkaran itu, tersedia tudung yang dibungkus dengan kain putih. Dalam tudung tersebut, tersedia makanan-makanan khas daerah suku muna yang nantinya siap disantap bersama-sama setelah doa selesai. Kata salah seorang kepala adat didesa tempatku KKN  dulu, tradisi Tembaha Wula telah sejak dulu dilaksanakan sejak ajaran islam mendarat dikepulauan Muna.

3. Tradisi Haroa

Sama dengan tradisi mobasa-basa dari Suku Tolaki dan Tradisi Tembaha Wula dari tradisi suku Muna, Tradisi Haroa adalah salah satu ucapan syukur yang dilakukan oleh masyarakat Suku Buton jelang bulan ramadhan. Bagi masyarakat setempat, Haroa adalah tradisi yang sudah terpelihara sejak dulu kala dan diwarisi turun-temurun.

Selain sebagai doa rutin yang dilakukan sebelum awal puasa, biasanya tradisi ini dilakukan untuk keluarga yang sudah meninggal, meminta rejeki, umur panjang dan lainnya. Tradisi Haroa dipimpin oleh seorang tokoh agama atau imam masjid yang disebut Lebe.

Haroa memiliki jenis berdasarkan bulan terjadinya suatu hari raya. Malona Bangua adalah Haroa yang dilakukan untuk menyambut hari besar islam, misalnya malam pertama Ramadhan dan Qunua adalah Haroa khusus yang dilakukan ketika memasuki hari ke 15 puasa dengan melaksanakannya dimasjid setenpat menjelang sahur.

Selain itu, keunikan lain dari Haroa adalah terletak pada makanan yang disajikan setelah doa telah selesai dibacakan. Makanan yang akan disajikan diatas talang biasanya mesti dihitung terlebih dahulu jumlahnya. Makanan yang berjumlah ganjil berarti haroa yang dilakukan untuk bulan baik, seperti Bulan Ramadhan, Idul Fitri dan Maulid. Sedangkan makanan yang berjumlah genap menunjukan Haroa yan dilakukan pada bulan yang kurang baik, seperti pada Haroa orang yang telah tiada.

Dalam talang yang digunakan sebagai wadah untuk menyajikan makanan yang akan dimakan oleh para umat yang telah berdoa biasanya tersedia nasi, ikan telur, kue, dan aneka makanan lokal seperti Sanggara (pisang goreng), baruasa, lapa-lapa, onde-onde, ngkaowi-owi (ubi goreng), dan waje. Selain rutin dilakukan sebagai ritual keagamaan bagi masyrakat Buton, Haroa juga diyakini dapat memupuk semngat kebersamaan dan tali persatuan diantara sesama umat muslim yang ada di Pulau Buton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun