Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI mendefinisikan arti kata nostalgia kedalam dua terjemahan makna. Â Pertama, nostalgia merupakan kerinduan kadang-kadang berlebihan pada sesuatu yang sangat jauh letaknya atau yang sudah tidak ada sekarang. Â Kedua, nostalgia adalah kenangan manis pada masa yang telah silam.
Setelah memahami makna diatas, saya pun mulai menulis segala kenangan yang terjadi dalam hidup ini khusunya yang terjadi selama masa ramadhan. Â Kebanyakan orang pasti menuliskan romansa nostalgia sewaktu kecil. Â Namun kali ini saya kan menuliskan kisah kasih ramadhan yang terjadi dua tahun lalu dalam hidup yang saya lalui ini.
Dua tahun lalu tepatnya, saya dipertemukan oleh orang-orang baru, Â yang kepribadian bahkan nama orang tuanya pun saya tak tahu sama sekali. Kami berasal dari daerah yang berbeda-beda. Ada yang dari Sumatera, Jawa hingga dari Sulawesi. Rerata kami semua masih dalam rentang usia yang sama. Walaupun sebenarnya salah seorang dari kami, sudah sangat layak dan cocok menjadi kepala rumah tangga, Heheh..
Tergabung dalam Tim Tenaga Nusantara Sehat binaan Kementerian Kesehatan, kami ditugaskan disalah satu pedalaman terpencil di pulau Sulawesi. Tepatnya di Kecamatan Pinogu, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo.
Jika kalian mencarinya dipeta digital, maka kecamatan ini luput dari satelit. Mengapa? Karena Pinogu merupakan daerah yang sangat terisolir. Letaknya diapit oleh hutan lindung antara wilayah Provinsi Gorontalo dan Provinsi Sulawesi Utara. Jadi yang nampak bukanlah perumahan atau jalan poros apalagi tugu, bukan. Â Yang nampak adalah hutan dan pepohonan yang warnanya hijau semua.Â
 Selama dua tahun disana, kami harus berbaur dengan masyarakat, alam dan kondisi lingkungan sekitar. Di sana tugas kami adalah meningkatkan pelayanan kesehatan dikampung-kampung yang masih terisolir dan jauh dari sentuhan globalisasi.Â
Hidup didaerah 3T (Terpencil, Tertinggal Terisolasi) mengajarkan kami banyak hal untuk menjadi dewasa.  Mungkin benar apa yang dikatakan oleh ayah saya bahwa tanah rantau adalah guru alam  yang paling baik menempa kita menjadi dewasa, menemukan jati diri hingga bagaimana kita bisa bertahan hidup disaat jauh dari rumah dan orang tua.
Alhasil sebagai tim kami berusaha sekuat mungkin agar tak menjadi manusia selfish. Namun itu bukanlah perkara yang mudah.Bukankah setiap manusia yang terlahir dibumi ini memiliki bakat egoisnya masing-masing? Itulah musuh besar yang kami harus pecahkan masing-masing.
Yang menarik sewaktu kami disana, ada dua episode Ramadhan yang dilalui bersama-sama Ini mungkin satu dari sekian kecil pengalaman kebersamaan kami yang tak bisa terlupakan. Â Romansa ini sangat sayang untuk tidak saya tulis. Dan ini nostalgia yang saya rindukan dalam Ramadhan edisi 2020 ini.
Pertama, menjalani puasa didaerah yang sama sekali kami tak tahu adalah sebuah pengalaman baru dan tak pernah terpikirkan sebelumnya. Tak ada keluarga atau handai tolan yang kami kenal di sana. Setelah menengok kekanan maupun kekiri, yang ada hanyalah teman-teman yang sekaligus menjadi sahabat dan keluarga. Â
Kami bertemu dua Ramadhan selama mengabdikan diri di Pinogu. Tahun ini kami semua telah terpisah dan kembali kekampung masing-masing.  Tempat rantauan kami pun juga sudah terpisah-pisah. Alhasil keluarga kecil yang kami beri nama Keluarga Gajah ini akhirnya melaksanakan puasa dari tempat yang berbeda-beda. Tentu saja saya merindukan kilas balik kejadian tersebut.
Apa kabar kalian semu? Â Semoga puasanya lancar yah.
Kedua, puasa didaerah terpencil dan terisolasi harus dijalani dengan kondisi yang serba seadanya. Â Beda dengan daerah perkotaan, puasa didaerah terpencil itu kadang menyedihkan kawan. Sungguh!!! Misalnya jika kebanyakan orang melewatkan sahurnya sambil menonton tv bersama keluarga, internetan, hingga sahur bersama komunitas atau perkumpulan. Sahur didesa sangat berbanding terbalik dengan itu.
Sewaktu sahur, suara jangkrik dan auman anjing yang  sudah akrab ditelinga kami merupakan bintang tamu yang menghiasi layar kaca sunyinya suasana desa. Saking akrabnya sampai-sampai hantu sejenis kuntilanak  pun sudah tak takut lagi dengan suara anjing tersebut .
Dengan segala keterbatasan tersebut, kami berusaha melaluinya bersama-sama. Menu sahur yang serba ada, bahkan ada julukan menu 4T (Terong, Telur, Tahu, Terus) menjadi santapan yang sehari-hari menghiasi lebarnya meja makan yang ada dirumah kami kala itu.
Beda sahur, beda lagi ketika berbuka Lidah yang sudah biasa menikmati asupan berbuka yang manis, segar dan dingin sudah tak bisa kami nikmati kala itu. Â Mengingat ditempat kami belum ada listrik pln seperti yang ada dikota besar. Â Jadilah es buah itu berganti nama menjadi sirup buah. Â Bukan karena es nya tak ada, namun karena listriknya tak berdaya menyalakan sebuah kulkas. Â
Berpuasa bersama-sama teman yang sekaligus menjadi saudara adalah cerita hidup yang bermakna. Dan tahun ini saya sudah tidak bersama mereka. Walaupun kami sudah terpisah satu sma lain, namun kenangan bersama mereka tak akan lekang dihapus zaman.
 Saya terkagum-kagum dengan mereka karena sudah sudi untuk membantu pelayanan kesehatan didaerah terpencil.  Romansa dua tahun menjalani Ramadhan bersama mereka adalah kisah yang menarik bila diulang.  Terima kasih Jefry, Ingat, Suci, Jana, Mona dan Arlin, Semoga nostalgia kita tentang Ramadhan selama penugasan, terus kalian ingat yah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H