"Sampai ditemukannya vaksin yang efektif, kita harus hidup berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu ke depan."Â
Ajakan untuk hidup berdamai dengan virus corona, nampaknya telah menjadi buah bibir bagi sebagian kalangan. Banyak masyarakat yang berkomentar miring dengan ajakan sekaligus imbauan Presiden Jokowi ini. Alasannya karena pernyataan presiden ini berstandar ganda alias multitafsir.
Berkenan dengan hal tersebut, pusat penerangan pemerintah alias istana negara harus turun tangan lagi untuk membackup pernyataan sang tuan istana tersebut. Rasa-rasanya, jika ada pernyataan pemerintah atau pejabat yang keliru, berstandar ganda atau kebijakan yang blunder, istana lah satu-satunya yang harus pasang badan untuk membenahi semua kekacauan ini.
Saya pun tak mengelak bahwa ini bisa menjadi simalakama yang sangat kontroversial. Setelah pada pertemuan KTT G-20 Â secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Provinsi Jawa Barat, Kamis (26/3) Presiden Joko Widodo kala itu menyerukan agar negara-negara membunyikan genderang perang melawan virus corona.Â
Lantas apa maksudnya kemarin tiba-tiba beliau mengajak seluruh masyarakat Indonesia agar hidup berdamai dengan virus corona sembari menunggu vaksin ditemukan. Seruan berdamai ini pun tentu bertolak dengan beberapa hal dibawah ini
Pertama, pemerintah sangat tidak konsisten jika ingin mengajak rakyat Indonesia harus hidup berdamai dengan virus corona. Setelah semua skenario dan kebijakan politik diterapkan hingga tarik ulur penerapan UU manakah yang paling efektif untuk mencover ini semua, mengapa baru hari ini mengajak berdamai.
Berdamai dan hidup berdampingan dengan virus corona adalah sebuah tindakan pengecut yang seharusnya tak terucap dari mulut seorang presiden. Baik itu terlalu utopis atau optimis, seharusnya kepala negara yang juga kepala pemerintahan harus terus-menerus memberikan pernyatan publik yang menyejukkan dan memberikan semangat.
Jika seorang kepala negara saja mengajak rakyatnya untuk berdamai dengan virus corona yang membahayakan itu, mungkinkah ini pertanda bahwa negara telah kalah melawan pandemi ini.
Kedua, pernyataan yang dilontarkan Jokowi telah mengkhianati semanagat tenaga medis yang saat ini telah berjuang. Perlu diingat sudah berapa tenaga medis yang bergelar spesialis dan profesor harus menuju keliang lahat hanya demi mengorbankan dirinya merawat para pasien yang terkena corona.