Indonesia dan China itu adik kakak nggak sih?
Berita kurang mengenakan datang dari Bumi Anoa, Provinsi Sulawesi Tenggara. Daerah  penghasil tambang nikel terbaik ini akan kedatangan tamu tak diundang dari negeri tirai Bambu. Disebutkan disana bahwa kurang lebih akan datang 500 Tenaga Kerja Asing (TKA) dari China yang siap diperkejakan diperusahan smelter tambang yang berlokasi di Konawe dan beberapa kabupaten lainnya.
Hasil bumi Sulawesi Tenggara (Sultra) untuk Nikel memang tidak main-main. Nikel merupakan komoditi utama dari sektor pertambangan di Provinsi Sultra. Potensi sumber daya mineral nikel mencapai 97,4 miliar ton yang tersebar dalam 480 ribu Ha.
Jika membaca hasil kajian Kementerian ESDM, pada periode 2008-2013 telah dilakukan pertambangan mineral nikel sebanyak 56,9 juta ton sehingga sumber daya yang masih tersisa sekitar 97,3 miliar.
Ini tentu informasi dan fakta yang semakin menarik untuk ditelusur. Nikel sebagai produk tambang dari Sultra bisa menjadi pintu perkembangan ekonomi bagi masyarakat Sulawesi Tenggara pada umumnya dan warga lokal yang berada disekitar perusahaan tambang pada khususnya.
Sayangnya hasil perut bumi ini tidak didukung oleh sarana prasarana untuk meningkatkan nilai tambahnya. Kurangnya infrasturktur mulai dari transportasi dan pasokan energi yang terbatas disebut-sebut sebagai  dua masalah utama yang menghambat pengelolaan mineral nikel.
Oleh karenanya demi memuluskan rencana pengolahan dan pemurnian (Smelter) nikel di Sultra pemerintah pusat harus putar otak dengan mendatangkan investor dari luar. Melansir laman kompas.com, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartatanto telah meresmikan pabrik pengembangan, pengolahan dan pemurnian (smelter) milik PT. Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) yang dibangun dikawan mega Industri Morosi di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (25/2/2019).
Diketahui perusahaan pengembangan ini  dimiliki oleh investor China dengan nilai investasi mencapai USS  1 miliar atau sekitar 14 triliun. Tentu dengan nilai investasi yang sangat besar ini diharapkan akan membawa dapak multplier effect Provinsi Sultra dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Namun ditengah ketirnya proses kehidupan karena virus corona, lagi-lagi China membawa simalakama untuk masyarakat Indonesia khususnya yang kini ada di Sultra. China memang memberi dampak yang luar biasa bagi perekonoma kita dan sekaligus membawa dampak negatif bagi kesehatan kita.