Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Skenario Tenaga Kesehatan Menghadapi ODP dan PDP Tanpa APD

3 April 2020   21:35 Diperbarui: 3 April 2020   21:56 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto (kompas.id)

Bergulirnya kasus virus corona di Indonesia semakin hari, semakin menunjukan perkembangan yang terus meningkat. Tentu hal ini sangat memprihatinkan, mengingat sudah hampir sebulan kita berperang melawan corona.

Penanganan pasien positif terkena corona dirumah sakit juga sangat miris. Bukan karena tenaga medisnya tidak mampu dan cakap dalam menangani penyakit yang terbilang baru ini. Namun yang saat ini menjadi ancaman adalah tenaga medis rawan tertular virus covid-19.

Seperti yang kita ketahui, virus covid-19 adalah penyakit menular yang bisa menyebabkan kematian. Penularan ini sesungguhnya bisa dicegah dengan mengenakan seragam medis yang sesuai dan cocok untuk protokol penangan penyakit menular nan ganas seperti virus corona.

Permasalahan kurangnya Alat Pelindung Diri (APD) untuk tenaga medis yang menangani pasien positif corona dirumah sakit juga telah menjadi polemik yang memilukan. Alhasil kekurangan APD tersebut dijawab dengan berita duka bahwa beberapa tenaga medis yang menangani pasien terinfeksi corona,  positif dan tertular. Lalu akhirnya harus berkalang tanah.

Ironi perjuangan mereka dalam menangani pasien corona semata-mata sebagai bentuk tanggung jawab profesi dan bakti untuk kemanusiaan. Sampai saat  artikel ini saya buat, beberapa rumah sakit khususnya yang berada didaerah masih was-was dengan stock pasokan APD yang terbilang masih kurang.

Pergeseran kekurangan APD dikota-kota besar seperti di Jakarta dan sekitarnya kini sedang menyasar daerah-daerah yang ada di kabupaten khususnya puskesmas sebagai benteng pertahanan kesehatan dasar didesa.

Mengingat kasus ini juga sedang menjadi ancaman bagi tenaga medis dan tenaga kesehatan yang berjibaku diakar rumput. Proses transmisi penyakit corona dari manusia ke manusia memang sangat cepat.

Wajar bila Haris Ashar, Aktivis HAM meminta agar pemerintah bekerja lebih cepat seperti virus corona. Ditambah lagi sejak saat pemberlakuan libur sekolah dan bekerja dari rumah masing-masing, orang-orang dari kota banyak yang mudik kekampung halaman karena pembatasan sosial ini.

Tantangan pencegahan dan pengendalian virus corona pun akhirnya turun hingga kelevel bawa. Berdasarkan aturan dari pemerintah, orang-orang dari luar daerah maupun dari luar negeri, jika kembali ke desa maka ditetapkan sebagai Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan harus melakukan karantina mandiri selama 14 hari.

Kemudian  ada lagi dengan Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Orang yang masuk kategori ini adalah sudah dirawat oleh tenaga kesehatan (menjadi pasien) dan menunjukkan gejala sakit seperti demam, batuk, pilek, dan sesak napas.

Lain lagi dengan suspect corona. Pada level ini orang orang yang diduga kuat telah terjangkit virus corona dan sempat kontak langsung dengan pasien yang positif corona. Pasien yang masuk kategori ini akan dirawat difasilitas tingkat lanjutan yakni rumah sakit dan akan menjalani serangkai pemeriksaan laboratorium yang ketat.

Untuk memetakan dan menemukan orang dengan kategori ODP dan PDP petugas kesehatan yang dilapangan harus melakukan tracking secara aktif dan terorganisir.

Sampai disini, masalah tersebut tentu bak simalakama bagi tenaga kesehatan di puskesmas. Tenaga kesehatan yang dipuskesmas saat ini juga sedang dalam kegelisahan.  Karena sekian banyak dari mereka, masih ragu-ragu dan bingung bagaimana menangani para  ODP serta PDP ini.

Tentu ada rasa takut dan was-was jika para tenaga kesehatan ini diberi tugas dan wewenang untuk memeriksa para ODP dan PDP tersebut. Langkah kaki mereka berat karena tidak dibekali oleh dua hal.

Yang pertama adalah skill dan pengalaman untuk kontak langsung dengan pasien ODP maupun PDP. Yang kedua adalah mereka menggunakan atau bahkan tidak menggunakan seragam APD yang sesuai standar yang ditetapkan.

Skenario ini tentu sangat fatal jika dijalankan. Karena fakta menunjukan tenaga medis adalah orang yang sering terkena dampak negatif penanganan pasien infeksi corona.

Namun, mau tak mau, suka tidak suka ini adalah tanggung jawab tenaga kesehatan. Jujur saja sebenarnya tenaga kesehatan dipuskesmas banyak yang takut jika diberi mandat untuk memeriksa pasien ODP dan PDP tanpa APD.  

Alhasil karena didesak oleh tanggung jawab, bermodalkan bahan seadanya, tanggung jawab tetap ditunaikan. Jas hujan, sepatu boot dan kacamata renang, disulap menjadi APD siap pakai anti corona.

Alih-alih menunggu bantuan APD datang dari pemerintah, para perantau yang datang dari rantauan, Jakarta misalnya sudah lebih dulu masuk kekampung. Maju kena, mundur kena.

Oleh karena itu, jika tenaga kesehatan dan para influencer aktif bersuara agar masyarakat mau bersama berperang melawan corona itu bukan karena mereka ingin menakut-nakuti masyarakat. Namun hanya ingin memastikan keselamatan bersama. Kuncinya adalah tetap disiplin menjaga kesehatan dan melakukan imbauan dari pemerintah.

Prinsip pencegahan infeksi dipuskesmas sebenarnya juga menerapkan prinsip yang sama dengan yang diterapkan oleh rumah sakit yakni 3A. Apa itu?

Aman Diri, Aman Lingkungan dan Aman Pasien. Inilah simalakama yang dihadapi oleh tenaga kesehatan saat ini. Jika maju melayani, maka berpotensi tertular. Jika tidak melayani, maka dianggap lalai dan tidak patuh pada tanggung jawab serta sumpah setia sebagai abdi negara dan profesi. Point sumpah yang paling menohok itu adalah:

"MENGUTAMAKAN KEPENTINGAN UMUM DIATAS KEPENTINGAN PRIBADI DAN GOLONGAN"

Sekian dan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun