Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Politik

Siapa Pecundang Politik Itu Bung Fadjroel?

24 Maret 2020   22:50 Diperbarui: 24 Maret 2020   22:44 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto (okezone.com)

Mengaitkan setiap fenomena dengan politik itu memang tidak ada salahnya. Selain sebagai bumbu tambahan. Hal ini juga perlu dilakukan untuk mereduksi isu utamanya.

Orang-orang akhirnya lebih mengejar isu politiknya ketimbang solusi dari masalah utamanya apa.

Manusia politik juga memang doyan memanfaatkan setiap situasi demi kepentingan sendiri. Hal ini diungkapkan langsung oleh Juru Bicara Preisden, Bung Fadjroel. Demikian sapaan akrabnya.

Ia dalam bingkai pemandangannya melihat bahwa ada pecundang politik dalam wabah yang sedang menimpa negeri kita.  Berikut potongan pernyataan lengkap beliau yang saya kutip dari laman twiter resminya @fadjroel,

"Para pecundang politik mencoba mengail keuntungan di tengah kesulitan masyarakat melawan Covid-19,"  FR.

Ada keterangan FR yang menandakan bahwa cuitan tersebut adalah pandangan pribadi beliau bukan dalam kapasitasnya sebagai Juru Bicara Presiden.

Apa bung fadjroel lupa? Bukan hanya karena korona para politikus bajingan itu nyinyir, disetiap musibah lainpun mereka selalu menyiram bensin di api yang menyalah. Mereka sepertinya sudah tidak memiliki pekarangan untuk disirami air.

Entah siapa pecundang politik yang dimaksud oleh Fadjroel, namun saya rasa bung jangan kelihatan kaku dan terlalu tergesa-gesa untuk menaikkan api emosi.

Yang perlu dilakukan sekarang adalah imbauan terus menerus kepada rakyat agar melakukan karantina mandiri secara disiplin dan penyiapan APD untuk tenaga medis yang sedang kekurangan.

Sembari melakukan itu, jangan lupa pikirkan juga mereka yang saat ini terancam kehilangan pekerjaan, penurunan omset, dan nilai rupiah yang semakin hari semakin mendekati ajalnya karena korona.

Sejak kasus korona telah mendarat ditanah air. Sejak saat itupulah lah kritik bertubi-tubi datang menghinggapi istana. Yah mungkin itu azab untuk para pejabat teras agar tidak menjawab musibah dengan canda. Tapi dengan aksi nyata.

Saat ini korban virus korona terus bertambah. Melansir laman kompas.com, update perkembangan kasus corona di Indonesia(24/3) sudah berjumlah 686 orang. 30 orang berhasil sembuh dan 55 dinyatakan meninggal dunia. Angka ini jadi yang paling tinggi dibanding negara lain di kawasan Asia Tenggara.

Pemerintah sedari awal hingga saat ini dinilai telah membuat kesalahan fatal. Bahkan ada pesan berantai di lini masa bahwa orang yang paling bertanggung jawab terhadap malapetaka ini adalah presiden Joko Widodo.

Alasannya karena presiden lah yang membuka pintu masuk negara untuk mendatangkan orang asing agar mau menikmati pariwisata kita.

Bawahan beliau jugalah melalui Kemenkes, diketahui tidak mampu untuk menyiapkan protokol pencegahan virus korona. Bahkan data hasil riset tim peneliti dari Harvard yang menyebut kalau mungkin sudah ada warga Indonesia yang terinfeksi Corona malah ditolak mentah-mentah.

Cuma dinegara kitalah, para pembawa virus ini diajak untuk masuk dan menikmati putihnya pasir pantai jimbaran, indahnya koral Wakatobi dan betapa megahnya bangunan candi borobudur itu. Mereka dapat enaknya, lalu kita dapat apanya?

Apa yang dirasakan oleh bung Fadjorel tidak sampai itu. Masih dalam cuitan yang sama ia berujar bahwa "Kita catat perilaku mereka, selain melawan Covid-19, kita bersama melawan para pecundang politik. Insya Allah kita menjadi pemenang! Ber-sama2 dalam #GotongRoyongKemanusiaan ~ FR,"

Catatan budi baik dan budi jahat mereka sejatinya memang terekam. Namun yang menjadi soal adalah apa yang bisa pemerintah lakukan untuk menghadapi mereka dalam rangka menuju kemenangan itu?

Jika kita tanya balik, mampukah pemerintah menjawab kritik mereka dengan kerja yang nyata tanpa gegabah dan terarah?

Saya rasa hal tersebut sangat urung dilakukan. Jika saja kasus korona ini dijadikan sebagai alat untuk menaikkan elektabilitas, itu sudah barang pasti dilakukan.

Jangankan virus bung, isu agama, politik ayat dan mayat saja bisa diolah menjadi kantong suara. Lalu mengapa kasus korona tidak?

Jika bung Fadjroel terkejut melihat sikon politik dinegeri ini, kalau begitu saya ucapkan selamat datang. Bung masih lama menjabat sebagai Jubir Preisden Jokowi. Jangan terheran-heran, terkejut-kejut berlebihan.

Yang tersisa sekarang adalah bagaimana cara meraih kemenangan itu bung?

Saya berharap saat membuka twiter, bung mencuit tentang strategi-strategi pemerintah dalam membalikkan keadaan ini. Namun jika hal ini belum ada, berarti mereka akan terus menerus mendulang keuntungan ditengan musibah ini. Saya rasa hal tersebut harus segera dihentikan.

Tetapi jika bung berhasil, lampirkanlah data-data itu didepan para pecundang politik yang bung sudah sembunyikan nama dan identitasnya. Moga-moga mereka jadi sadar dan mau bergabung dengan pemerintahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun