Sejak isu corona menjadi populer dari Wuhan, China. Indonesia belum juga memulai untuk menetapkan status waspada khusunya warga negara yang berasal dari China. Entah alasannya apa, namun tentu saja maayarakat semakim was-was bila turis dan wisman terus berdatangan. Kedatangan mereka pun masih penuh tanda tanya, apakah membawa rejeki atau datang membawa penyakit.
Alih-alih mencari influencer asing untuk mereduksi dampak corona, kini pemerintah akhirnya menelan ludah sendiri. Dengan adanya dua orang negara kita yang positif terkena dampak corona, bukan tidak mungkin kita menunda rencana tersebut dan fokus mengerjakan pencegahan virus corona.
Hal lain yang membuat langkah pemerintah kurang greget adalah lambannya proses mitigasi bencana soal virus corona ini. Dengan adanya proses Mitigasi ini, tentunya kita lebih yakin bahwa pemerintah sebagai pelaksana amanat untuk melindungi segenap rakyatnya telah siap dalam mengantisipasi bahaya penyebaran virus tersebut.
Hal ini pun diakui sendiri oleh Presiden. Dalam laman yang sama presiden berujar bahwa "Kita juga jaga 135 pintu masuk ke negara kita, baik darat, laut dan udara. Semua dijaga ketat meskipun dalam praktiknya ini tidak...karena ngecek dengan thermal scanner kadang-kadang keakuratannya juga tidak bisa dijamin 100 persen".
Pintunya dijaga ketat, namun dengan fasilitas yang tidak menyakinkan serta tindakan selanjutnya dari itu, Apa? Masih menjadi misteri.
Orang Jepang yang datang ke Indonesia ini rupa-rupanya positif mengidap Corona. Kemudian Ia datang ke Indonesia. Dan menularkan penyakitnya. Setelah diketahui positif corona, tim langsung bergerak.
Di sinilah letak kelalaian kita. Seharusnya para orang asing yang masuk ke Indonesia, perlu ditetapkan statusnya sebagi suspect. Mengapa suspect? Karena orang tersebut berasal dari luar negara kita dan tentunya Ia telah melakukan kontak dengan masyarakat lain yang kita sama sekali tidak tahu apakah itu negatif atau positif terkena corona.
Protokolnya seharusnya mencegah dengan melakukan pengawasan selama beberapa hari. Seperti yang juga disampaikan oleh pak Jokowi bahwa alat thermal scanner itu tidak memjamin hasil pemeriksaannya,disinilah diperlukan rencana tindak lanjut untuk benar benar memastikan bahwa yang bersangkutan memang terbebas dari virus corona.
Jika orang Jepang lebih cepat kita tangani, saya yakin masyarakat kita tidak akan menjadi korban. Wajar bila isu liar menyebut mungkinkah pemerintah berbohong soal corona?
Sekarang nasi telah menjadi bubur. Saudara kita sekarang sedang ditangani secara intensif dirumah sakit. Cukuplah korban yang berjatuhan akibat kasus corona ini. Kedepannya, mulai hari ini, sekiranya presiden mampu lebih tegas untuk memberikan instruksi yang cepat dan terukur demi mereduksi bahaya corona beserta hoaks-hoaksnya yang menyertainya.
Dan kita sebagai warga negara yang baik, mari menjaga pola hidup bersih dan sehat seperti pesan presiden, "Kita harus jaga higienis, banyak cuci tangan, kita penting sekali. Kontak yang tidak perlu saya kira tidak dilakukan terlebih dahulu. Kemudian juga menjaga tubuh agar fit sehingga imunitas itu ada di dalam kita."