Kemudian bagaimana tenaga gizi mampu berinovasi dengan memanfaatkan pengolahan makanan lokal sebagai sebuah alternatif dalam memanfaatkan kearifan lokal untuk mencegah stunting, gizi buruk dan gizi kurang pada balita. Aksi reaksi tenaga gizi nusantara sehat ini tentunya juga ingin memantik terciptanya pemberdayaan masyarakat yang mampu mengasuh bayi dan balita secara benar. Misalnya bagaimana pendampingan pemberian ASI selama 6 bulan, mengaktifkan ibu dan ayah untuk mengikuti posyandu bayi balita, mengajarkan pola asuh anak secara benar dan membangun keluarga sehat dengan melakukan germas.
Edukasi yang penting juga dilakukan ialah bagaimana masyarakat mampu memahami obat dengan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat. Selama ini masyarakat mengaku mahal membeli obat akibat kurangnya informasi yang mereka dapatkan. Oleh karena itu edukasi dan promosi tentang penggunaan obat yang baik, aman dan murah bisa diterima di apotek puskesmas secara cuma-cuma.
Disamping memberikan pelayanan dan pemberdayaan kesehatan yang mandiri, Nusantara Sehat juga mampu menjadi lidah untuk menyampaikan program-program pemerintah seperti pemberian jaminan akses pelayanan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu melalui pemberian bantuan iuran program JKN oleh pemerintah. Sehingga tingkat kepesertaan pengguna JKN semakin meningkat dan masyarakat bisa mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas. Kualitas ini dibuktikan dengan adanya akreditasi puskesmas secara berkala demi menjamin mutu dan pelayanan kepada masyarakat.
Semua ini semata mata adalah kerja nyata untuk memberikan dampak yang luar biasa. Mengingat kejadian kasus stunting serta kematian ibu dan bayi sering terjadi didaerah rawan yang kurang tenaga kesehatan dan daerah pelosok yang masih minim akan pendidikan kesehatan.
Selain bekerja dilapangan, nusantara sehat juga mampu bersinergi dengan kepala kepala desa setempat. Memang perlu kita sadari bahwa, ketercapaian penanganan kesehatan dimasyarakat perlu interaksi dan kerja sama antar semua lini. Kepala Desa sebagai Kuasa Pengguna Anggaran Desa setidaknya harus mengalokasikan 10 persen dana desanya untuk pembangunan kesehatan. Misalnya saja pemberian Makananan Tambahan bagi keluarga miskin dan ekonomi lemah atau pembagian jamban gratis untuk penanganan sanitasi yang masih buruk.
Jika kita melalukan cross vertikal, maka kelihatan bahwa Kementrian Kesehatan mengadvokasi Kementerian Desa agar mau menuangkan  regulasi penganggaran dana desa khusunya bidang kesehatan. Sehingga dana desa tidak hanya untuk pembangunan fisik atau ekonomi namun juga turut serta dalam pembangunan kesehatan. Dari bawah, nusantara sehat menjadi suksesor hasil-hasil advokasi itu sehingga Dana Desa terkawal dan teralokasi sesuai yang kita harapakan.
Kolaborasi dan sinergitivitas ini merupakan cikal bakal yang harus terus kita lakukan. Mengingat pekerjaan ini adAlah PR besar bagi kita semua, khususnya  tenaga kesehatan yang telah disumpah dan saat ini tergabung dalam Program Nusantara Sehat. Mengutip laman kompas.com, "Kolaborasi ini dirasakan sangat berperan penting mengingat intervensi spesifik yang menjadi tanggungjawab Kementerian Kesehatan hanya berkontribusi sebesar 30% dalam penanganan stunting, sedangkan 70 persen merupakan kontribusi dari multisektoral dalam bentuk intervensi sensitif," kata dr. Terawan.
Dari data ini terlihat bahwa peran multisektoral dan penggerak yang berada dibawah bagaikan mur yang menguatkan pila-pilar besi. Sehingga peran dan kesiapan Nusantara Sehat harus terus berpacu demi menjawab empat pesan strategis tersebut.
Setiap langkah kecil yang dikolaborasikan secara sinergi akan menghasilkan hasil yang besar. Nusantara sehat siap sedia menjawab tantangan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H