Semuanya hanya mengganjal hidup dan berkembangnya profesi kefarmasian dirumah sakit. Akhirnya kita semua harus sama sama sadar bahwa ruang pelayanan kefarmasian akhirnya sedang terkunci. Eksistensi nantinya akan semakin dipertanyakan mengingat ruang ruang tersebut harus ditutup. Jangan banyak berharap banyak ferguso.
Belum selesai dengan pengurangan jumlah tenaga apoteker dirumah sakit. Kini penggolongan pelayanan kefarmasian juga diturunkan. Lalu apa sebenarnya yang terjadi? Seharusnya pelayanan kefarmasian itu idealnya tergolong dalam apa? Pelayanan medik kah? Penunjang medik kah? Non medik kah? Atau pelayanan tanpa tanda jasa ?
Pelayanan kefarmasian era ini sangat berorientasi pada pasien (patient oriented). Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan farmasi, sudah seharusnya juga pelayanan kefarmasian semakin mendapatkan ruang dan panggung sesuai porsinya. Namun, kini panggung itu sedang tertutup awan tebal.
Jasa-jasa pelayanan kefarmasian seperti, pencegahan Drug Related Problem (DRP), pengendalian resistensi antimikroba, pemantauan terapi obat, pemantauan khusus peresepan obat obat yang off label, pemantauan dosis, penggunaan higt alert medication , Obat-obatan kemoterapi,
Nutrisi parenteral,Â
Dispensing sediaan steril dan pemantauan MESO mungkin sudah tidak dianggap penting lagi. Atau mungkin saja pelayanan tersebut sudah setara dengan pelayanan laundry. Tidak ada urgensinya sama sekali.
Apa yang diharapkan oleh sebagian besar teman sejawat dan teman teman farmasis lainnya ialah agar pelayanan farmasi sesuai dengan disiplin keilmuannya. Tenaga farmasi dididik dalam proses pembelajaran yang ketat. Menguasai ilmu kimia, farmasi fisika, biokimia, dan ilmu ilmu lainnya membuat seorang farmasi harus mampu dan cakap dalam memberikan pelayanan kefarmasian yang benar benar berkualitas.Â
Sebelum terjun kemasyarakat pun, tenaga farmasi juga harus melakukan ujian profesi dan setelah lulus selanjutnya mengambil sumpah profesi. Semua proses tersebut berjalan tidak mudah dan penuh usaha. Jadi sudah seyogyanya ruang intepretasi pelayanan kefarmasian harus diberi nafas agar dapat terus mengembangkan nilai-nilai keilmuannya.
Pelayanan kefarmasian juga sangat bersentuhan langsung dengan pasien. Dimana ketika dilakukan pelayanan visite farmasi klinik, Apoteker mampu mendeteksi hasil-hasil terapi obat pada pasien yang selanjutnya akan mengeluarkan rekomendasi kepada dokter agar tetap menggunakan obat yang sama atau menggantinya dengan obat yang lain. Semua itu demi mencapai  derajat kesehatan pasien yang setinggi-tingginya.
Lalu akan bagaimana nasib pelayanan kefarmasian setelah terbitnya peraturan ini? Untuk saat ini, kita harus banyak bersabar. Teman teman sejawat tak perlu risau. Kalian yang tadinya mungkin bisa visite dan melakukan pelayanan farmasi klinik dirumah sakit, mungkin kini harus bersiap-siap berkawan dengan pegawai laundry. Pegawai laundry itu mulia kok.Â
Mereka juga turut serta dalam menjamin kostum dan pakaian operasi agar tetap bersih dan steril. Jadi untuk semntara waktu, rajin-rajinlah nongkrong dengan pegawai laundry. Baik dirumah sakit maupun didekat kontrakanmu.
Jangan sampai dengan adanya polemik ini. Kita kemudian bermalas-malasan dan menurunkan profesionalitas kerja kita. Yang sewajarnya kita lakukan ialah terus meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian baik di puskesmas, klinik, dan rumah sakit.Â