Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengentaskan Banjir

4 Januari 2020   13:28 Diperbarui: 4 Januari 2020   13:42 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber foto : Liputan6.com)

Fenomena banjir yang melanda beberapa daerah di Jabodetabek terjadi pada saat awal tahun baru 2020. Tepatnya tanggal 1 Januari 2020 pagi, air telah menggenangi rumah rumah warga. Sungguh malang nasib warga yang rumahnya terkena dampak banjir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan ketabahan dan kekuatan dalam menghadapinya. Amin.

Banjir merupakan bencana alam yang bukan hal tabu bagi masyarakat. Khususnya bagi masyarakat yang bermukim diwilayah DKI Jakarta. Menurut sejarawan Babe Ridwan,  semenjak era kolonial dulu, Jakarta memang sudah menjadi langganan banjir. Waduh kalau sudah jadi langganan berarti udah jadi member dong. Bisa dapat diskon gak?? Heheh. Agar airnya kurang kurang dikit gitu.

Namun Malang tak dapat ditolak, Untung tak dapat diraih. Air telah memenuhi rumah rumah warga hingga ke atap. Naasnya banyak warga yang terjebak dirumah dan harus dievakuasi menggunakan ban karet. Syukurnya, tim tanggap darurat bergerak cepat mengatasi dan mengevakuasi korban banjir hingga bisa diselamatkan.

Menjadi langganan banjir tentunya sudah biasa bagi warga Jakarta. Namun tidak elok rupanya jika kita betah akan suasana ini. Mengingat Jakarta adalah rumah bersama sebagai Ibu Kota Negara. Kita harus sama sama memikirkan solusi ampuh mrngatasi banjir yang tiap tahun kita alami dan liati terjadi berulang ulang.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan sesungguhnya punya konsep yang ia tawarkan sewaktu berkampanye. Melalui konsep NATURALISASI bukan NORMALISASI diharapkan mampu mengentaskan masalah masalah banjir di DKI. "Air yang jatuh dari bumi kelangit itu seharusnya tidak dimasukkan ke gorong gorong lalu diteruskan ke laut. Tetapi dimasukkan kedalam tanah. Seperti di negara negara maju".  

Tentunya ini menarik didiskusikan. Namun, pada kenyataannya banjir tetap terjadi lagi dan lagi bahkan lebih parah dari tahun sebelumnya. Banyak pembelaan dan kritikan terhadap janji janji kampanye pak anies ini. Sebagaian kelompok oposisi serius bergema untuk menuntut anies bekerja lebih baik lagi dalam menata kota dan sungai sungai yang melintasi Jakarta. Bukan hanya menata kata kata saja.  

Tentu semua warga berharap agar DKI Jakarta sebagai ibukota negara bisa bebas dari banjir dan sekaligus mampu mengelola air hujan dengat debit yang banyak itu sebagai alternatif energi terbarukan.

Air air sungai yang meluap dan gorong gorong yang tersumbat karena sampah dan pengendapan serta minimnya daerah resapan air di DKI merupakan beberapa akar masalah dilingkungan pemerintah provinsi Jakarta.

Sungai sungai yang akan  dan telah dinaturalisasi seharusnya sudah kelihatan kontribusinya. Tetapi sampai saat ini beberapa kalangan, khususnya anggota DPRD DKI Jakarta menilai ini belum memebrikan dampak apa apa. Adalah hal yang lumrah jika para wakil rakyat ini vokal pada permasalahan kasus banjir.

Lalu sebagai warga negara yang baik, apa yang sebaiknya kita lakukan untuk mengatasi banjir?

1. Memilih pemimpin yang tipe pekerja.
Pemimpin dalam hal ini sangat menentukan keberlangsungan hidup org banyak. Kebijakan kebijakan pemimpin berefek pada masyarakat yang setiap hari hidup dan mencari makan.

Kerugian yang ditimbulkan oleh bencana banjir sangat besar. Sedangkan  biaya ganti rugi atau sumbangan yang masuk untuk membantu korban banjir tidak mencukupi bagi mereka mengingat banyak harta dan barang barang pemilik korban banjir yang rusak akibat tergenang air dan hanyut terbawa arus banjir.

Olehnya, warga DKI pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya harus jeli dalam melihat dan memilih pemimpin yang bekerja terlepas dari suku, agama atau rasnya. Sehingga tanggung jawab moral masyarkat dalam memilih pemimpinnya dapat dipertanggungjawabkan.

Pemimpin tipe bekerja juga harus bekerja dengan konsep dan rencana yang matang disertai target yang jelas. Tidak asal bekerja tetapi juga mempertimbangakn aspek aspek lingkungan yang akan dibenahi dan bagaimana kehidupan masyarakat disana jika akan dibenanahi.

Pendekatan yang sangat persuasif harus dikedepankan. Pemerintah tidak ujuk ujuk langsung melakukan betonisasi tanpa izin dan saran dari masyarakat. Pertimbangan pertimbangan ini harus juga diperhatikan sehingga masyarakat juga ikut serta dalam merumuskan dan mengeksekusi kebijakan.

2. Menjaga lingkungan bersama sama
Bencana alam adalah hal yang tak bisa kita prediksi kapan akan terjadi. Itu adalah teori lama. Dengan bantuan teknologi dan ilmu pengetahuan kita mampu mendeteksi kapan dan dimana bencana alam itu akan terjadi.

Namun tentu juga disertai juga dengan menjaga alam dan lingkungan agar tetap asri. Bersahabat dengan alam memang hal yang indah. Karena jika alam telah marah dan enggan bersahabat dengan manusia, jadinya seperti memakan korban jiwa dan merampas harta harta dunia.

Masyarakat yang menjadi korban banjir harus berawas awas dalam memperlakukan lingkungannya. Jangan lagi membuang sampah sembarang, memelihara tanaman sebagai bentuk kecintaan terhadap alam dan tentu merawat nya bersama sama dengan tidak merusaknya.

Selokan dan gorong gorong yang tersumbat, dibenahi sehingga saluran air menjadi lancar. Dan yang tidak kalah penting adalah tidak membuang sampah dan limbah kesungai.

Saya rasa ini saja yang penulis dapat bagikan buat sahabat kompasiana. Jangan saling menyalahkan. Mengkritisi boleh tetapi jangan asal. Berikan saran yang membangun .Teruntuk pemerintah, masyarakat menunggu hasil  kerja dan karya nyatamu. Jangan beretorika saja, tetapi pandailah bekerja dan bersahabat dengan masyarakatmu sehingga mereka puas akan hasil kinerjamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun