Desa Sukawangi, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat merupakan daerah yang dilewati Pegunungan Selatan Jawa yang membuat relief wilayahnya kasar yang terdiri banyak lereng terjal sehingga rawan bencana longsor.
Bencana longsor yang setiap tahun terjadi di Desa Sukawangi ini ternyata masih diikuti dengan rendahnya kapasitas masyarakat dari aspek lembaga kebencanaan, pendidikan bencana, peringatan dini, dan jalur serta tempat evakuasi yang belum tersedia.
Oleh karena itu, kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat terintegrasi Kuliah Kerja Nyata (P2M-KKN) dengan topik Pelatihan Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Longsor ini dilakukan dengan tujuan untuk memetakan titik rawan longsor di Desa Sukawangi serta memberikan penyuluhan bencana longsor sebagai bentuk edukasi bencana pada masyarakat.
Kegiatan Pelatihan dilakukan pada tanggal 26 September 2021 di lantai dua Aula Kecamatan Sukamakmur, kegiatan ini dilakukan dengan metode yang dikemas menjadi penyuluhan dan pelatihan plotting daerah rawan longsor menggunakan telepon selular yang didampingi oleh beberapa mahasiswa. Kegiatan dihadiri 30 orang peserta yang diundang untuk menghadiri acara ini dan melibatkan juga pemuda karang taruna.
Materi penyuluhan tentang penguatan kapasitas masyarakat disampaikan oleh Ilham Mataburu,M.Si Dosen Geografi UNJ dan Erry Septiadi dari ACT (Aksi Cepat Tanggap). Kegiatan ini difokuskan pada peningkatan kapasitas masyarakat terhadap bencana longsor.
Penulusuran data di lapangan dalam kegiatan penguatan kapasitas wilayah rawan longsor menunjukkan bahwa terdapat tiga kampung yang terdampak longsor tahun 2021, yaitu Kampung Cigadel, Selawangi, dan Sirnarasa dengan total 10 titik terdampak longsor.
Dari kuesioner yang dibagikan, 50% masyarakat di Desa Sukawangi memahami betul ancamannya, kemudian dalam upaya kesiapan rencana tanggap darurat bencana longsor sebesar 61.9% masyarakat termasuk ke dalam kategori pemahaman sangat tinggi.
Namun dalam aspek penilaian kapasitas, secara kelembagaan diperoleh bahwa belum adanya komunitas bencana seperti Destana, dan keikutsertaan masyarakat Desa Sukawangi menjadi anggota Tagana Kecamatan hanya satu orang saja.
Untuk itu pentingnya pemahaman kebutuhan masyarakat Desa Sukawangi di daerah rawan longsor perlu dilakukan dengan menentukan arah dan kebijakan yang mampu memberikan edukasi sehingga tercipta kesadaran penguatan kapasitas kebencanaan.