Mohon tunggu...
Sony Hartono
Sony Hartono Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Pria Yang Hobi Menulis

Kutulis apa yang membuncah di pikiranku

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jakarta Bisa Kok Surplus Air!

12 September 2019   22:34 Diperbarui: 14 September 2019   15:11 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Coba kita bayangkan, masing-masing rumah punya satu sumur resapan dengan daya tampung misalkan anggaplah 2 m3. Jika di Jakarta ini ada 3 juta rumah tapak, maka 6 juta m3 air hujan tidak langsung melimpas ke saluran air ataupun ke sungai, sangat-sangat signifikan mengurangi genangan air bahkan banjir yang sering terjadi pada musim hujan.

Keberadaan sumur resapan sebagai pengganti pohon penangkap air hujan, sangat urgent dibutuhkan di ibukota Jakarta ini yang dari tahun ke tahun mengalami penurunan muka air tanah dan otomatis juga mengalami penurunan tanah yang cukup progresif. 

Pengambilan air tanah dangkal ataupun air tanah dalam secara berlebihan semakin mempercepat proses tenggelamnya Jakarta dan intrusi air laut. Dengan adanya sumur resapan, setidaknya bisa mengurangi secara signifikan bahkan tidak mustahil bisa menghentikan proses tersebut.

2. Rain Harvesting

Selain membangun sumur resapan, alangkah lebih baik jika masyarakat juga punya penampungan air hujan yang bisa digunakan musim kemarau. Jadi desainnya bisa saja dikoneksikan dengan sumur resapan. 

Jika air hujan masuk penampungan air, maka ketika penuh otomatis bisa dilimpaskan ke sumur resapan sehingga tidak langsung mengalir ke saluran air/sungai.

Kita bisa mencontoh kearifan lokal masyarakat di daerah-daerah yang memanfaatkan air hujan untuk rumah tangga. Pengalaman saya ketika tinggal di Pontianak, masyarakat setempat sangat menghargai air hujan karena air sumur berwarna hitam kecoklatan akibat dari gambut, sedangkan air sungai pun seringkali menjadi payau ketika musim kemarau karena air laut masuk ke Sungai Kapuas yang sedang surut. 

Mereka mensiasatinya dengan cara menyalurkan air hujan melalui talang-talang air langsung masuk ke bak-bak mandi yang saling terhubung, tandon-tandon air di bawah tanah ataupun ke gentong-gentong besar yang ada di halaman rumah. 

Saya pun senang sekali ketika hujan datang, air di bak mandi terisi penuh dan saya bisa mandi dengan puas, hehe..... Pengalaman itu membuat saya tersadar betapa selama ini saya kurang bersyukur dan kerap kali menyia-nyiakan air bersih.

Di sana air PDAM pun ketika musim kemarau seringkali menjadi tidak layak konsumsi karena menjadi payau. Air baku PDAM Pontianak dari Sungai Kapuas yang terintrusi air laut ketika kemarau sehingga air PDAM pun tidak bisa menjadi air tawar layak konsumsi karena ketiadaan teknologi desalinasi. 

Kita warga Jakarta perlu merubah mind set bahwa hujan adalah berkah, bukan dijadikan kambing hitam penyebab banjir tahunan dengan cara mengelolanya secara benar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun