Mohon tunggu...
Sony Hartono
Sony Hartono Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Pria Yang Hobi Menulis

Kutulis apa yang membuncah di pikiranku

Selanjutnya

Tutup

Financial

Sudah Bayar Pajak, Kok Masih Dianggap Belum Patuh Sih?

27 Oktober 2018   23:49 Diperbarui: 27 Oktober 2018   23:53 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Megahnya Kantor Walikota Tangsel (dok. pribadi)

Persepsi seperti itu mungkin dialami oleh sebagian dari masyarakat kita. Mengapa bisa begitu, adakah yang salah?

Saya tidak pernah melewatkan bayar pajak bumi dan bangunan, malahan selalu jauh-jauh hari sebelum deadline-nya. Saya punya motor dan mobil juga tidak pernah telat bayar pajaknya, STNK saya nggak pernah mati hanya gara-gara telat bayar pajak.

Pajak penerangan jalan juga otomatis saya bayar ketika bayar tagihan listrik ataupun beli token listrik, bunga deposito ataupun tabungan juga otomatis kena pajak. Saya juga sudah bayar BPHTB saat beli rumah dengan nominal yang jauh dari kata sedikit, sampai saya makan di restoran pun tidak lepas dari pajak. Kok tega-teganya ya kami masih dianggap belum patuh pajak.....

Eitss... ..jangan keburu emosi dulu dong. Mungkin ada mispersepsi di antara kita (pemerintah dan masyarakat). Semua contoh pajak di atas adalah pajak daerah, berbeda dengan apa yang didengung-dengungkan pemerintah di televisi dalam hal ini oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang lebih fokus membidik kepatuhan terhadap pajak penghasilan. Jangan lupa, penghasilan juga dipajaki lho, hayo udah bayar yang semestinya belum.....

Jadi gini, yang namanya pajak di Indonesia ini dibedakan menjadi dua yaitu Pajak Pusat yang merupakan kewenangan Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, sedangkan Pajak Daerah merupakan kewenangan dari masing-masing pemerintah daerah.

Pajak Daerah sendiri masih dibagi menjadi dua,yaitu yang menjadi kewenangan pemda provinsi dan pemda kabupaten/kota. Nah, yang selama ini digembar-gemborkan dalam hal kepatuhan pajak, tax amnesty, ataupun pengemplangan pajak itu yang berkaitan dengan pajak penghasilan yang merupakan salah satu dari jenis Pajak Pusat.

Apa saja to yang termasuk pajak pusat dan daerah?

Pajak Pusat:

  1. Pajak Penghasilan (PPh)
  2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
  3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
  4. Bea Meterai
  5. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor Perkebunan, Perhutanan, dan Pertambangan
  6. Cukai
  7. Pajak Ekspor (Bea Keluar)
  8. Pajak Impor (Bea Masuk)

Pajak Daerah Provinsi

  1. Pajak Kendaraan Bermotor
  2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
  3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
  4. Pajak Rokok
  5. Pajak Air Permukaan

Pajak Daerah Kabupaten/Kota

  1. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Perdesaan dan Perkotaan
  2. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB)
  3. Pajak Hotel
  4. Pajak Restoran
  5. Pajak Reklame
  6. Pajak Hiburan
  7. Pajak Penerangan Jalan
  8. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
  9. Pajak Air Tanah
  10. Pajak Parkir
  11. Pajak Sarang Burung Walet

Total Penerimaan pajak lebih dari Rp1000 Triliun yang sering diberitakan itu hanya berasal dari Pajak Pusat saja, yang menjadi sumber utama penerimaan negara dalam APBN. Lalu, pajak daerah larinya kemana dong? Pajak daerah masuk ke dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tentunya semakin besar pajak daerahnya semakin besar pula PAD-nya, semakin cepat maju daerahnya.

Coba kita tengok di kota tempat tinggal saya yaitu Tangerang Selatan (Tangsel), yang akan berusia 10 tahun bulan depan. Mengutip Antaranews.com, PAD Tangsel tahun 2017 mencapai 3 Triliun Rupiah. Angka yang luar biasa besar untuk sekelas Kabupaten/Kota, bahkan jauh melebihi PAD dari beberapa provinsi di Indonesia.

Uniknya di Tangsel sebagian besar PAD-nya berasal dari PBB dan BPHTB yang mana perekonomian Tangsel memang ditopang oleh sektor Real Estate, mulai dari Bintaro Jaya, Alam Sutra, sampai dengan Bumi Serpong Damai (BSD). Sudah terbayang berapa besar PBB dan BPHTB dari menjamurnya perumahan kelas atas di kota ini, belum lagi ditambah puluhan bahkan ratusan perumahan kelas menengah sampai bawah. Jelas cepat sugih kota baru ini....

Tidak banyak daerah di Indonesia yang seberuntung Kota Tangerang Selatan atau daerah-daerah kaya lainnya. Mereka butuh uluran APBN yang tidak sedikit untuk membangun daerahnya, karena PAD yang relatif kecil. Nah, di sinilah peran pajak pusat yang notabene 'aktor' utama penentu APBN sebagai sarana pemerataan pembangunan di Indonesia.

Kesuksesan penerimaan pajak pusat salah satunya ditentukan melalui partisipasi seluruh wajib pajak di Indonesia untuk sadar dan patuh terhadap kewajiban membayar pajak penghasilan sebagaimana mestinya. Tidak hanya mengharapkan kepatuhan dari masyarakat saja, tetapi Pemerintah perlu memformulasikan skema baru pajak penghasilan yang tentunya tidak memberatkan masyarakat sekaligus membuat nyaman masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Referensi:

Anshari Ritonga. 2017. Pengantar Ilmu Hukum Pajak dan Perpajakan di Indonesia

Antaranews. 2018. PAD Tangsel Melebihi Target. https://banten.antaranews.com/berita/29329/pad-tangsel-melebihi-target tanggal akses 27-10-2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun