Mohon tunggu...
Sony Hartono
Sony Hartono Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Pria Yang Hobi Menulis

Kutulis apa yang membuncah di pikiranku

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Citilink Kok Nggak Ngaret Lagi Sih...?

21 Oktober 2014   21:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:13 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Yang paling bikin males ketika memutuskan memilih moda transportasi udara adalah sering molornya jadwal penerbangan. Lebih menyakitkan lagi  jika kita sudah terburu-buru ke bandara namun ternyata jadwalnya ditunda lebih dari setengah jam, bahkan parahnya berjam-jam. Di negara kita ini maskapai yang terkenal paling on time adalah Garuda Indonesia, maskapai BUMN yang akhir-akhir ini sering kupertanyakan konsistensi ketepatan jadwal penerbangannya.

Nah, bagaimana dengan Citilink? Aku masih ingat pada tahun 2013 ketika harga tiket citilink sangat murah, seringkali rute Balikpapan-Surabaya harganya hanya berkisar Rp300.000-an. Bahkan aku pernah mendapatkan tiket promo Rp55.000,00 untuk Balikpapan-Jakarta. Murahnya harga tiket ternyata berimbas dengan pelayanannya, terutama masalah ketepatan waktu penerbangan. Seringkali keberangkatan pesawatnya molor sekitar setengah jam. Meskipun hanya berkisar setengah jam, tapi sudahberhasil  membuat para calon penumpangnya jengkel.

Pengalaman berbeda kurasakan saat aku pulang Hari Raya Idul Adha awal bulan ini. Tiket citilink sudah kukantongi sejak awal Juli kemarin. Beberapa hari menjelang keberangkatan, aku check in melalui aplikasi Citilink di iOS untuk keberangkatan tanggal 3 Oktober dan balik tanggal 6 Oktober. Asiknya check in lewat aplikasi mobile ini bisa dilakukan 14 hari sebelum hari H keberangkatan, berbeda halnya dengan check in melalui website Ciitilink yang baru dibuka 24 jam sebelum keberangkatan. Beberapa kali check  in melalui aplikasi mobile, aku mendapat kursi di pintu darurat yang jelas lebih luas ruang kakinya, lumayanlah kaki yang panjang ini bisa selonjor lebih leluasa. Masalah kursi di pintu darurat, di jendela, di lorong tidak begitu masalah bagiku, yang paling utama adalah ketepatan waktu keberangkatan, karena aku tipe orang yang kurang sabar jika disuruh menunggu lebih lama. Kebetulan saat itu Citilink dengan penerbangan QG 635 rute Balikpapan-Surabaya waktu boarding-nya tepat sekali. "Ah, ini paling kebetulan aja, paling besok-besok kembali ngaret lagi boarding-nya!", pikirku saat itu.

Ternyata dugaanku salah, ketika aku kembali dari Surabaya ke Balikpapan, Citilink QG 634 yang kunaiki, on time juga boarding-nya. Kejadian yang sama juga terjadi saat hari Minggu 19 Oktober kemarin aku naik Citilink QG 862 rute Jakarta-Balikpapan, on time juga boarding-nya, sampai berhasil membuatku terburu-buru ke toilet karena salah antisipasi, dalam pola pikirku tentang Citilink masih beranggapan suka ngaret jadi aku menunda-nunda ke toilet sebelum boarding, ternyata dugaanku salah besar.

Yang aku heran kenapa malah maskapai sebesar Garuda Indonesia yang sepengetahuanku terkenal lebih on time daripada maskapai lainnya malah seringkali tidak on time untuk penerbangan malam hari terutama penerbangan terakhir. Seperti yang kualami pada tanggal 15 Oktober kemarin aku mengambil penerbangan dengan Garuda GA 577 rute Balikpapan-Jakarta dimana terjadi keterlambatan lebih dari 30 menit dari jadwal semula, padahal anak perusahaannya yaitu citilink sudah mulai on time untuk setiap jadwalnya. Aku jadi teringat lebih dari setahun yang lalu ketika mengambil penerbangan terakhir ke Jakarta dari Balikpapan dengan Garuda juga terjadi hal serupa. Aku kroscek dengan teman kantor yang sering menggunakan Citilink dalam sebulan terakhir ini juga memberikan review yang sama atas pelayanan Citilink. Pemisahan airport tax dari tiket Garuda saya rasa juga sebagai langkah mundur dari pelayanan Garuda, begitu pula dengan layanan aplikasi mobile Garuda yang seringkali mengalami error ketika mau check in melalui aplikasi tersebut.

Rasanya aneh ketika Citilink berubah menjadi lebih baik, mengapa Garuda sebagai induk usahanya malah kurang prima pelayanannya, padahal sudah mendapatkan berbagai penghargaan dari Skytrax lho. Jadwal yang padat bukan alasan untuk mentolerir setiap keterlambatan. Jika sudah tahu hal tersebut akan terjadi seharusnya pihak maskapai sudah membuat jeda waktu kedatangan dan keberangkatan pesawat yang cukup dengan mempertimbangkan segala potensi penyebab keterlambatan. Kita bisa maklum kalau terlambat take off karena antre untuk take off dikarenakan padatnya penggunaan landas pacu, namun kalau terlambat boarding itu yang sebenarnya harus bisa diatasi oleh maskapai.

Lalu pertanyaannya, apakah pembaca yang dalam sebulan terakhir ini menggunakan citilink mengalami perubahan yang cukup signifikan soal ketepatan waktu boarding? Atau hanya saya saja yang mengalaminya? Kalau saya saja, berarti saat itu saya lagi beruntung. Kalau pembaca mengalami pengalaman yang sama dengan saya berarti patut kita kasih dua jempol buat Manajemen Citilink.

Oiya, ada satu yang kurang kusuka dari Citilink, yaitu ketika menjual mie instan cup saat penerbangan berlangsung. Menurutku aroma mie instan yang diseduh sangat menyengat dan tajam, apalagi dalam kondisi kelembaban rendah dan dingin seperti dalam kabin pesawat, sungguh menusuk hidung dan membuatku kurang nyaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun